[25]

342K 12.9K 396
                                    

Karin berulang kali menghirup nafas dalam-dalam saat kedua kakinya sudah menapak di Bandara Soekarno-Hatta semenit yang lalu. Arka terkekeh geli melihat sikap istrinya itu seakan sudah sangat lama meninggalkan Jakarta.

"Kamu kayak udah bertahun-tahun enggak pulang ke Jakarta," ujar Arka sembari mengacak-acak rambut Karin. Karin hanya bisa mengerucutkan bibir kesal saat tangan jahil Arka dengan bebasnya mengacak-acak rambutnya.

"Terserah aku dong Kak, sebagai orang Indonesia, harusnya Kakak punya rasa nasionalisme. Aku rindu udara tanah airku, Kakakku sayang." Ketus Karin lalu menarik kopernya begitu barangnya sudah terlihat.

Tidak terasa, study tour di Singapura sudah selesai. Bagi Karin, study tour kali ini tidak begitu menyenangkan tetapi juga tidak membosankan, padahal baru kali ini dia ikut study tour sejak SMP. Setelah selesai diabsen, murid SMA PelBang diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan diberi dua hari libur untuk beristirahat. Karindengan antusias pulang kerumah karena dia sudah sangat merindukan dapur kesayangannya.

Begitu Karin sudah sampai di luar bandara, langkahnya terhenti saat melihat Fannesa dengan kopernya turun dari taksi. Karin langsung menghampirinya.

"Kak Fannesa," panggil Karin sambil menepuk bahu Fannesa.

Fannesa langsung berbalik badan lalu tersenyum begitu mendapati Karin di hadapannya, "Eh, Karin, udah pulang ya?"

"Kakak mau kemana?" Tanya Karin seraya melirik koper besar dibalik tubuh Fannesa.

Fannesa tersenyum kecil, "Kakak dipanggil mendadak sama Universitas, jadi acara ulang tahun Kakak, Kakak batalin dan maaf ya, nggak bisa ngehabisin waktu sama kamu. By the way, Kak Arka dimana?"

Karin menunjuk kebelakangnya berketepatan Arka sudah datang dengan koper ditangannya, Fannesa langsung tersenyum lebar lalu berlari mendekati Arka.

Mata Karin membulat sempurna saat Fannesa dengan santainya mencium bibir Arka. Dan yang membuat Karin panas, Arka hanya diam, dan paling mengerikannya lagi, Arka terlihat menikmatinya dengan mata terpejam. Karin memang tidak bisa melihat ciuman mereka karena Fannesa tepat membelakanginya.

"KAK FANNESA..." jerit Karin tiba-tiba. Semua yang berlalu-lalang di sekitar mereka spontan melirik Karin.

Fannesa lalu berbalik dengan wajah memerah, lalu terkekeh, "Hahaha, sorry dek, makanya punya suami jangan ganteng banget. Menggoda iman tau ah."

Karin mendekati Fannesa dan Arka lalu mengerucutkan bibirnya, "Aku...aku..." Karin berucap terbata-bata, tak mampu menyelesaikan kalimatnya.

"Kamu cemburu, ya?" Goda Fannesa dengan tatapan menyelidiki.

Wajah Karin memerah, "Enggak, ah."

"Beneran?"

"Iya, buat apa cemburu?"

Fannesa terkekeh pelan, "Jadi bisa sekali lagi?"

Karin menggeleng dengan cepat membuat Fannesa akhirnya tertawa terpingkal-pingkal. Ia lalu menyenggol Arka saat Karin dengan wajah kesal pergi keluar untuk mengambil kopernya yang tertinggal di luar.

"Apa yang Kakak lakukan sampai si dingin Karin bisa berubah seperti itu?" Tanya Fannesa dengan wajah menyekidiki.

Arka terlihat berpikir, "Karena permainan di ranjang, mungkin." Balasnya dengan kekehan kecil.

Fannesa melirik.jam tangannya lalu menatap Arka, "Aku mau berangkat, btw Kak, pesanku, jangan pernah lepasin Karin. Kalau Kakak lepasin dia, aku bakal ngincar Kakak ke belahan dunia manapun."

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang