[10]

546K 22.6K 197
                                    

"Udah baikan?" tanya Arka sembari memberikan segelas air putih pada Karin yang masih berusaha menenangkan diri.

Karin mengangguk lalu mengambil air itu dan langsung meneguknya hingga kandas.

Arka ikut duduk di samping Karin, mengambil tisu dan mulai membersihkan sisa air mata di wajah Karin. Ia sudah sangat ingin tau siapa pria bernama Rio tadi dan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.

Setelah cukup yakin jika Karin sudah tenang, Arka berniat mempertanyakan kejadian tadi sebelum rambutnya rontok karena terlalu memikirkannya.
"Ka—"

"Kak, aku tau jika kakak pasti ingin bertanya tapi aku mau istirahat dulu dan besok pagi kita bahas kembali." Ucap Karin memotong perkataan Arka. Arka yang mengerti jika Karin perlu waktu untuk tenang sepenuhnya harus rela mengalah dan dihantui pertanyaan yang jawabannya masih tertunda.

"Hm.. yaudah. Kamu tidur duluan. Aku masih ada tugas untuk rapat besok, " ujar Arka. Karin segera beranjak dari duduknya tanpa sepatah kata. Dari kejauhan, Arka bisa melihat betapa lemahnya Karin saat ini, entah apa yang mampu membuatnya seperti itu atau karena kedatangan laki-laki bernama Rio itu, sungguh dia tak tahu. Sebenarnya Arka merasa wajah Rio itu tidak asing dimatanya. Sekilas seperti ia pernah melihatnya tapi dia sedikitpun tak mengingatnya.

***

"Haah..." desah Arka frustasi terlihat sejak tadi dia mengacak-acak rambutnya. Dia tak bisa fokus pada tugasnya hanya karena terlalu memikirkan Karin dan laki-laki bernama Rio tadi. Itu cukup mengganjal pikirannya. Dia tak pernah mengambil repot setiap berhubungan dengan wanita. Entah karena Karin itu istri sahnya atau karena apa yang pasti Arka tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya meskipun dia sudah menjalin hubungan dengan Gria.

Semakin memikirkannya, semakin membuat Arka tak tenang.
Daripada stress mending tidur, batin Arka merapikan dokumen-dokumennya kemudian pergi kekamar.

Sebelum sempat membuka pintu, Arka langsung menghentikan langkahnya. Ia mengacak rambutnya frustasi lagi.

Kenapa dia menangis lagi? Apa Rio itu orang yang sangat membuatnya merasa sangat menyakitkan? Terdengar suara tangisan yang samar-samar, Arka yakin jika Karin sedang menahan suara tangisannya agar tidak terdengar olehnya.

Didorongnya pelan pintu pembatas ruangan itu, terlihat Karin tidur dengan arah membelakanginya. Suara tangisan tadi hilang.

Arka menyusup tidur disamping Karin. Tak ada pembicaraan ringan seperti yang sering mereka lakukan disaat ingin tidur. Tapi sekarang hanya hening, masing-masing bergelut dengan pikirannya.

Tubuh Karin tergerak sebentar saat merasakan tangan melingkar di tubuhnya. Arka menyungging senyum tipis saat tangannya relfeks memeluk Karin dari belakang. Berusaha menyalurkan sedikit kehangatan.

"Tidurlah. Biarkan segala sesuatu yang menyedihkan beranjak dan sambutlah kebahagiaan yang sudah menunggumu. Jangan tenggelam dalam kesedihan yang hanya membuatmu menjadi lemah. Jika itu hanya menyakiti tapi tidak bisa menyembuhkan, lupakan dan jangan pernah ingat lagi." ucap Arka pelan. Terasa jika tubuh mungil dalam pelukannya kembali bergetar menandakan Karin kembali menangis.
Arka memejam matanya sejenak, mencari cara lain untuk menenangkan istrinya itu.
Arka menarik tubuh Karin agar menghadap kearahnya namun Karin mengkakukan tubuhnya hingga Arka kesulitan untuk melakukannya.

"J-jangan kak. A-aku engga-k mau kakak lihat aku lemah seperti ini," kata Karin dengan suara seraknya, bahkan sudah terdengar seperti suara cicitan saking kecilnya.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang