"APA MAUMU?" teriak Karin. Spontan kakinya mundur beberapa langkah kebelakang. Kakinya sudah gemetaran, jantungnya sudah berdetak snagat cepat, keringat mulai membasahi keningnya, dan mulutnya hanya bisa memanggil nama 'Arka'.
Rio malah menyengir sambil memajukan langkahnya dan hampir memasuki rumah Karin. "Dilihat dari ekspresimu, Sepertinya Arka tidak ada dirumah, bukan?" Rio kembali menampakkan senyum liciknya.
"PERGI KAU!! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI, RIOO??" Karin menjerit sekuat tenaga. Saat ini, dia tak tahu apa lagi yang akan terjadi padanya. Para satpam baru saja izin pulang karena ada acara keluarga. Vita belum juga kembali dari minimarket, sedangkan Arka tidak akan mungkin menolongnya.
"Karin, kita harus menyelesaikan masalah kita yang selalu saja diganggu orang lain," Rio tersenyum lebar layaknya orang sakit jiwa. Rio menangkap kedua tangan Karin lalu mendorongnya sehingga tubuh Karin terbentur cukup keras di dinding.
Karin meringis kesakitan tetapi rasa sakitnya begitu cepat dikalahkan dengan rasa takutnya. Karin bahkan tak sanggup memberontak karena keadaan tububnya tidal begitu stabil dan meskipun itu stabil, dia tidak akan pernah bisa menang dari Rio.
"Jangan takut Karin, kau akan kembali jadi milikku," Ucap Rio dengan tatapan mata yang begitu menakutkan. Rio terlihat sama seperti Psikopat daripada orang yang stress karena seorang wanita.
"LEPASKAN AKU RIOO!!" jeritnya lagi. Tetesan air mata bening kembali berjatuhan dari pelupuk matanya yang sudah memerah.
Karin memejamkan matanya tak sanggup melihat apa yang akan Rio lakukan terhadapnya. Tapi mata itu kembali terbuka saat Karin mendengar suara mobil Arka memasuki halaman rumah. Karin sangat yakin jika itu Arka.
"KAAK ARKAA, TOLONG KARIN!!" teriaknya meminta tolong.Arka dan Vico langsung bergegas turun saat mendengar suara teriakan Karin meminta tolong. Jantung Arka langsung berdegup kencang. Arka sangat takut jika Karin dilukai oleh Gria. Arka tak menyangka siapa yang dilihatnya sekarang. Orang yang paling ingin dia bunuh sekarang ada didepan matanya. Dan lagi orang iti berusaha menyakiti istrinya.
"BANGS*T LO.." Arka menarik Rio menjauh dari Karin kemudian mulai melayangkan tinjunya. Rio tidak hanya diam, dia kembali meninju wajah Arka hingga berdarah.
"AWALNYA DIA MILIK GUE DAN LO NGAMBIL DIA DARI GUE!" balas Rio.
Arka kembali membalas pukulan Rio, sehingga Rio terjatuh ke lantai, "DIA ISTRI GUE DAN DIA BUKAN MILIK LO, BANGS*T!"
Karin masih saja menitikkan air mata. Saat tersadar dengan apa yang terjadi di hadapannya, ia bangkit setelah luruh karena kakinya tak sanggup menahan tubuhnya lalu menghampiri Arka, "Su-sudah kak, sudah," ucapnya memohon agar Arka berhenti melukai Rio yang sudah babak belur. Arka tidak merespon, dia tetap saja memukuli Rio yang terkulai tak berdaya di lantai.
"Sudah k-kak, hentikan..aku mohon," ucap Karin lagi tetapi Arka tetap diam tak merespon. Bahkan darah mulai menetes dari kepalanya karena sempat terbentur cukup kelas di pilar penyangga rumah yang cukup tumpul.
"Kak-" lirih Karin.
Arka menatap Karin sejenak lalu kembali meneriakinya, "DIAMLAH KARIN!! DIA HARUS MATI! VICO BAWA KARIN PERGI LALU TELFON POLISI!! CEPAT!".
Vico mengangguk lalu menarik Karin untuk menjauh dari perkelahian antara Arka dan Rio. "Tidak kak, jika aku pergi, bisa-bisa kak Arka akan membunuh orang," lirih Karin menolak.
Tubuhnya sudah bergetar sangat hebat. Vico menghela nafas panjang kemudian menatap Karin serius, "Apa kamu percaya kepada Arka?" tanyanya yang langsung dijawab Karin dengan anggukan kepala. "Jadi percayalah, jika Arka tidak akan melalukan hal sebodoh itu, jadi ayo kita pergi,". Karin merasa yakin dengan apa yang diucapkan pria yang bahkan tidak dikenalnya itu. Jika itu kenalan Arka berarti dia bisa dupercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...