Arka berkacak pinggang, menatap wanita tua yang duduk di depannya, "Ma, mama tau nggak kali kebiasaan mama yang satu ini perlu dibuang?"
Rini tersenyum kemudian melirik Karin yang duduk disebelahnya, "Kalian tinggal berangkat apa susahnya coba? Iya kan, Karin?"
Karin diam, tak tau harus menjawab apa. Karena kalimat yang keluar dari mulutnya akan menentukan jalan pembicaraan antar suami dan ibu mertuanya.
"Baiklah ma, biar Arka sama Karin diskusi dulu, ayo Karin." Arka menarik Karin berniat membawanya ke kamar.
"Disini aja kenapa? Memangnya harus ke kamar?" sungut Rini.
Arka mendesah pelan, "Ini bagian suami-istri ma, " kemudian membawa Karin ke kamar.
Setelah sampai di kamar, Arka menyuruh Karin duduk di tepi ranjang, "Karin, dengarkan aku. Jika nanti mama bertanya tentang, ehm.. tentang apa kita sudah melakukan hubungan suami-istri atau proses baby atau apalah itu, katakan saja sudah. Karena dia akan memaksa kita pergi honeymoon sekarang juga jika kamu berkata belum. Bukannya aku tidak mau, tapi sekarang tugas di kantor sedang menumpuk dan kamu pasti sibuk belajar untuk ujian masuk universitas, bukan?"
"Iya, kak." Jawab Karin singkat.
Arka meringis pelan, melihat Karin selalu mengikuti maunya membuat hatinya sedikit sakit, dia merasa menjadi suami egois tanpa meminta pendapat dari pihak istri. Arka berjongkok, mengadahkan wajahnya untuk melihat wajah datar Karin.
"Tapi kamu harus siap-siap, karena hari dimana kita melakukan honeymoon, kamu harus memberikan semua yang menjadi kewajibanmu sebagai istri," ucapnya dengan senyum menyerigai yang tercetak di wajahnya.Karin mengangguk, menjulurkan kedua tangannya untuk meraih wajah Arka, "Bersabarlah, karena hatiku masih belum sepenuhnya terbuka untuk kakak"
Clek..
Suara pintu terbuka membuat Karin dengan cepat menarik kedua tangannya, tapi Arka menahannya.
Dengan wajah sumringah melihat pemandangan itu, Rini menjerit tak jelas, "Maaf mama mengganggu, kalian lanjutkan saja, mama mau pamit pulang." Ucap Rini berniat menutup pintu kembali.
"Tunggu ma, kami mau bilang jika honeymoon itu harus ditunda. Pekerjaanku sedang banyak ma dan Karin juga lagi sibuk untuk Ujian Nasional." Kata Arka.
"Iyakan Karin?" Arka menarik pinggang Karin untuk menambah kesan romantis didepan Rini.
Karin mengangguk meski wajahnya sudah memerah. Ia merasa panas disekujur tubuhnya.
Rini menghela nafas panjang, "Ya sudah, mama pulang dulu. Kalian lanjutkan saja kegiatan kalian barusan." Rini mengedipkan matanya sembari menutup pintu.
Arka menghela nafas lega, lalu melirik Karin yang diam dan tertunduk disampingnya. Sifat nakalnya muncul, "Karin, kenapa? Kamu malu? Masa dipeluk suami aja malu? Bagaimana jika kamu harus melaksanakan tugasmu sebagai istri?" Godanya.
Tak melihat respon dari Karin, Arka semakin tertarik untuk melihat seberapa polos istrinya itu, "Jawablah aku, atau aku akan serang sekarang?" Bisiknya.
Karin langsung menatap Arka, "Memangnya kita lagi main apa kak? Sampai main serang-serangan?" Ucapnya lalu berjalan keluar kamar.
"Wow, istriku luar biasa." Gumam Arka dan mengikuti Karin keluar kamar.
***
Ting..tong..
"Kak, bukakan pintu depan" teriak karin dari dapur. Arka yang tengah menikmati berita di televisi enggan bergerak tapi karena Karin jarang-jarang minta tolong, dia merasa harus melakukan.
"Siapa? Anda siapa?" Tanya Arka dengan kening berkerut saat melihat seorang pria berdiri di depan pintu rumahnya.
"Lo yang siapa? Ini rumah pacar gue. Lo siapa? Selingkuhan Karin?" Emosi pria itu dan langsung menyerang Arka tapi berhasil ditahan Arka.
"LO YANG SIAPA? ENAK BANGET LO BILANG KARIN PACAR ELO" teriak Arka meraih kerah kaos yang digunakan pria itu. Satpam berniat membantu Arka tapi Arka melarangnya.
"Kenapa kak? Siapa yang data--" Karin menggantung kalimatnya saat melihat siapa yang datang, gelas yang tadinya berada di tangannya sudah pecah dan berserakan di lantai.
"R—Rio?" Suara Karin bergetar. Pria yang bernama Rio itu menghempaskan tangan Arka yang berada di kerahnya. Ia berjalan mendekati Karin yang berdiri tepat dibelakang Arka.
Arka langsung menghentikan langkah pria itu, "Jangan dekati istri gue." ucap Arka dingin.
"ISTRI? Karin istri elo? Elo mimpi, bro. Karin itu pacar gue." Rio sudah bersiap melayangkan tinjunya pada Arka.
"HENTIKAN RIO!" Jerit Karin membuat Arka kebingungan.
Karin berjalan mendekati pria bernama Rio itu, "Hanya kita yang perlu bicara disini."
Karin mendekati Arka yang masih diam, air matanya mulai berjatuhan, "Kak, biarkan aku berbicara dengannya. Masuklah dan jangan pedulikan kami." Suaranya bergetar. Arka menggeleng, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Karin kenudian mengusap air mata yang sudah membasahi wajah Karin.
"Jangan menangis. Jangan tangisi pria lain selain aku. Siapa dia Karin? Kenapa aku tidak bisa mendengar pembicaraan kalian? Jelaskan Karin! Siapa dia? Aku akan tetap disini melihat kalian." Arka tak mau mengindahkan permintaan Karin.
Karin menggeleng pelan, meski suaranya sudah mulai serak karena menangis, "Tidak kak, aku tak mau menyakiti perasaan kakak. Masuklah dan nanti aku ceritakan semuanya." Melihat Karin seperti itu membuat perasaan Arka tidak enak. Dengan berat hati, Arka memilih menurut lalu masuk ke dalam rumah. Saat sudah berada di rumah, Arka sengaja bersandar di pintu agar bisa mendengar pembicaraan antara Karin dan pria bernama Rio itu.
"Karin siapa dia? Kau selingkuh dariku?" Rio langsung mendekati Karin dan berniat menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"LEPASKAN! KAU TAK BERHAK MENYENTUHKU, RIO." teriak Karin emosi
Arka yang mendengar itu bertanya-tanya apa hubungan Karin dan Rio, karena Karin tak pernah se-emosi itu sebelumnya.
"Kenapa Karin? Siapa dia? Kau selingkuh dariku?" Tanya Rio lagi.
"Dia suamiku. Aku sudah menikah. Selingkuh? Hah, hubungan kita sudah berakhir lama." Balas Karin.
"Apa? Suami? Dasar pelacur, perempuan murahan." Rio melayangkan sebuah tamparan di pipi kiri Karin. Karin yang tertampar hanya meringis pelan dengan tawa kecil
Arka sudah siap membuka pintu dan melayangkan tinju pada pria bernama Rio itu dan merobek mulut kotor Rio yang berani mengatakan Karin perempuan murahan. Tapi dia tau meskipun dia pergi keluar, itu akan hanya membuat masalah mereka semakin membesar. Dia yakin jika Karin bisa menyelesaikan masalahnya."Lanjutkan Rio! Ini tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku dulu. Ini hanya terasa seperti sengatan semut tak sebanding dengan perlakuanmu dulu. Sekarang yang kuminta pergilah, jangan ganggu aku lagi. Kita tidak siapa-siapa lagi." Ucap Karin berjalan meninggalkan Rio.
"KARIN, KAU AKAN MENJADI MILIKKU LAGI. INGAT ITU!" Dengan uring-uringan, Rio pergi dengan segala kekesalannya.
Arka langsung membuka pintu, medekati Karin yang diam tertunduk dengan suara isakan.
Karin yang merasakan kehadiran Arka langsung memeluk Arka lalu mnangis dalan pelukannya, "Kak,apa yang harus kulakukan? Aku ini orang jahat. Aku sudah menyakiti hatinya. Aku sudah membuat kakak khawatir. Bagiamana ini?" Isakan demi isakan terus meluncur dari mulut Karin. Arka yang tak mengerti maksud dari isakan Karin, hanya bisa memeluknya erat, tanpa tahu apa yang terjadi.
"Tenanglah, ada aku disini." Bisik Arka sembari mengusap puncak kepala Karin.
Apa yang sebenarnya terjadi?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...