[LAST] enam (2)

271K 11.4K 588
                                    

Jangan berharap pada suatu hal yang belum pasti. Karena saat kau tidak mendapatkan apa yang harapkan, maka kau akan menyalahkan dirimu sendiri dan itu menyiksa.

Karin menghela napas panjang kala membaca barisan kalimat itu di sebuah novel yang baru saja dibelinya beberapa saat yang lalu. Saat ia menemukan novel itu berada di rak novel romantis, Karin sama sekali tidak berniat membacanya karena dia tidak suka dengan kisah yang ada di novel, serasa terlalu dibuat-buat.

Namun ketika Karin iseng membaca blurb salah satu buku yang diambilnya secara acak, ia mulai tertarik dengan kelanjutan blurb itu. Entah mengapa, ia merasa kisah itu berdasarkan jalan hidupnya. Seperti membaca biografi sendiri.

Dan sekarang Karin merasa hatinya tercabik-cabik begitu membaca buku itu. Kisah yang ditampilkan di buku itu sama persis dengan yang dialaminya. Kehilanganorang yang disayang tanpa tahu kenapa dan bagaimana, Seakan-akan ada yang disembunyikan. Rasanya benar jika dunia ini adalah panggung misteri. Selalu saja ada yang harus ditutup-tutupi tanpa tahu bagaimana perasaaan pihak yang menjadi korban misteri itu.

Karin menutup novel itu, memejamkan matanya sejenak. Ponselnya mendadak bergetar, menandakan ada seseorang yang menelpon. Tanpa pikir panjang, Karin langsung mengambil ponselnya. Nama Vita terpampang disana dan Karin pun langsung menerimanya.

"Lo di mana, Rin? Ini penting," ucap Vita terburu-buru, seperti sedang ketakutan.

"Di rumah, kenapa?" jawab Karin dengan kening berkerut karena bingung dengan maksud sahabatnya itu.

"Oke, gue ke sana sekarang." Vita pun memutuskan panggilannya. Karin menghela napas karena tingkah Vita yang sangat sangat aneh menurutnya. "Tuh anak kenapa, yah?" gumam Karin cemas.

Seseorang menghampiri Karin dan menyodorkan secangkir kopi, "Siapa?" tanyanya.

"Thanks, Ga." Karin menerima cangkir itu lalu menyesapnya, "Itu Vita, dia aneh."

"Lo aja aneh, gimana temen lo nggak aneh," ucap Angga mengejek. 

Karin mendesis mendengar ucapan Angga. "Udah reda, pulang lo sana. Nebeng mulu lo di rumah gue," balas Karin menyindir, dia sudah bosan melihat Angga dua hari berturut-turut di rumahnya. Belum lagi besok kuliah dan pastinya akan bertemu dengannya lagi.

"Nggak mau ah, masih gerimis. Ntar gue sakit, galau lo," kata Angga sok kepedean sehingga Karin langsung memperlihatkan wajah ingin muntah. "Buat apa gue galau. Gue senang malahan."

"Bohong aja terus. Ntar lo galau enggak ketemu sama gue." Angga masih bersikeras dengan kepedeannya.

Karin memutar bola mata malas. Berdebat dengan Angga tidak akan ada habisnya. Jika diumpamakan, Angga itu jauh lebih berisik daripada fangirl yang bertemu dengan biasnya. Karin menatap layar ponselnya, mencari sesuatu yang menarik dari ponselnya. Tapi kejam, ponselnya lebih membosankan dibandingkan nonton sinetron ribuan episode.

Angga menatap Karin lekat. Dia heran dengan perempuan yang sudah hampir setahun ini menghiasi hari-harinya dengan tingkah aneh dan misteriusnya. Seolah-olah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Karin dan tak ada orang lain yang bisa tahu apa itu. Angga tahu sangat banyak laki-laki yang begitu gencar mendekati Karin selama ini, bahkan sudah sangat banyak senioran di kampus menjadi korban penolakan Karin. Bahkan sebelum mereka menyatakan perasaan, Karin sudah lebih dulu memberitahu untuk tidak menyukainya. Tanpa  Karin sadari sifat misteriusnya itu yang membuat banyak orang jatuh hati padanya. Termasuk Angga sendiri.

***

"Vita, dengerin aku dulu, please." Vico memegang kedua lengan Vita, memohon agar perempuan itu tenang, "Tenang Vita. Aku bisa jelasin."

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang