∈∋
"Apa maksudmu, Karin?" tanya Vico dengan suara yang terdengar sedikit bergetar.
"Aku hanya bertanya, di mana Kak Arka, sekarang." Karin mengulang ucapannya dengan tegas dan matanya terus menatap Vico yang selalu menghindari kontak mata dengannya. Sekarang Karin semakin yakin jika Vico benar-benar menyembunyikan sesuatu darinya dan itu tentang keberadaan Arka.
"Katakan yang sebenarnya, Kak. Jangan berbohong, kumohon," pinta Karin dengan suara kecilnya.Vico menunduk lalu terdengar menghela napas. Ia menyisir rambutnya mundur, kemudian menatap Karin. "Apakah aku harus mengatakannya lagi, Karin? Aku tidak ingin kau merasa sakit hanya karena mendengar kabar itu lagi."
Dengan cepat Karin mengeleng, "Tidak Kak, katakan saja. Tapi kuharap kamu tidak berbohong padaku, Kak. Sebab aku datang bukan untuk mendengar kebohongan melainkan sesuatu yang seharusnya sejak dulu kudengar."
"Karin, Arka itu sudah meninggal. Jangan membuatku berbohong dengan mengatakan jika dia masih hidup." Vico terlihat frustasi karena sejak tadi dia mengacak rambutnya dan terus menghela napas.
"Kakak memang berbohong sekarang. Buktinya Kakak bilang jika Kak Arka sudah meninggal, buktinya Kak Arka masih hidup, Kak. Dia masih hidup." Karin bersikeras dan terus mengabaikan apa yang dikatakan Vico sebab otaknya sudah menyimpan fakta jika Arka masih hidup.
Vico mendecak, "Jangan bodoh, Karin," bentak Vico dengan tatapan tajam namun tetap ada tatapan hangat di sana. "Jangan membuat dirimu semakin tersakiti hanya karena opini-mu sendiri. Anggapan yang kamu ciptakan karena rasa kehilangan yang masih ada sampai sekarang."
Tidak ada tanda jika Karin akan membalas ucapan Vico. Dia hanya diam dengan wajah serius melihat ke arah Vico.
"Kumohon Karin, jangan seperti ini, kumohon. Kamu hanya akan menyakiti dirimu sendiri dan aku tidak ingin kamu menderita. Cukup kemarin kamu menangisinya. Sekarang jangan menangis lagi, tersenyumlah, dan mulailah kehidupanmu yang baru. Sebab tidak ada gunanya jika manusia hanya diam di tempat dan terus saja melihat ke masa lalu. Jangan biarkan masa lalu mengikatmu, Karin. Sebab terlalu banyak rasa sakit yang kamu sudah rasakan. Tolong, jangan menambahinya lagi," lirih Vico menghela napas panjang. Matanya melemah kala Karin mulai terisak di hadapannya. Pemandangan yang sangat dibenci Vico—perempuan menangis.
"Tapi dia mengatakan jika Kak Arka masih hidup," ungkap Karin mengingat pembicaraannya dengan Egi tadi.
Benar jika anggapannya akan keberadaan Arka mulai menguasainya semenjak Egi mengatakan jika Arka masih hidup. Anggapan yang dulu sudah dia pendam agar tidak membuatnya seperti orang bodoh yang mencari orang mati dengan mudahnya hancur dan kembali muncul di permukaan. Sekarang dia merutuki kebodohannya karena percaya akan Egi, yang mungkin hanya berniat membuatnya down.
"Siapa yang mengatakannya, Karin?" Vico mendadak terlihat serius dengan kerutan di dahinya.
"Egi. Dia tiba-tiba muncul dan mengatakan jika Kak Arka masih hidup dan Kak Vico sedang menyembunyikan Kak Arka di suatu tempat."
"Jangan percaya Karin. Itu mungkin hanya rencana jahatnya. Dia itu tidak akan kembali tiba-tiba hanya untuk mengatakan hal itu. Karin, sadarlah, dia berbohong." Vico berkata seakan dia meminta Karin untuk tidak mempercayai Egi namun Karin memilih percaya kepada Egi dibandingkan percaya pada Vico yang sangat mencurigakan sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...