[Super-Extra-Part] TWO

260K 10K 414
                                    

Karin menatap wajah Arka yang menurutnya sedikit menjijikkan namun sedikit lucu juga. Pria itu terus menatapnya dengan senyum anehnya. Entah apa yang dipikirkan pria itu Karin sama sekali tidak bisa menebaknya.

"Kakak nggak kerja?" tanya Karin akhirnya karena suaminya itu tidak juga bangkit dari tidurnya padahal waktu sudah menunjuk pukul 6 pagi.

Arka menggeleng, "Maunya nemenin kamu aja."

"Ish, Kak. Pokoknya Kakak harus kerja. Aku buatin sarapan dulu. Bangun gih, mandi sana." Karin menyibak selimut yang menutupinya kemudian berlalu meninggalkan Arka.

Karin sebenarnya sangat kesal sekarang karena perbuatan sahabat satu-satunya, Vita. Padahal dia berencana membuat kejutan atas kehamilannya namun Vita dengan tidak tau dirinya mengatakannya lebih dahulu pada Arka tidak lama setelah kesalahpahaman di klub malam itu. Vita begitu saja menelpon Arka lalu memberitahunya. Karin ingin sekali menghampiri sahabatnya itu lalu melampiaskan kekesalannya tapi kabar buruknya entah kenapa Vita dengan mencurigakannya pergi ke Jepang sendirian. Sewaktu ditanyai Vita hanya mengatakan butuh waktu sendiri, itu mungkin perihal pertengkarannya dengan Vico.

Karin langsung menyediakan sarapan begitu berkutat dengan dapur.

"Nanti Mama bakal datang Rin, jadi kamu jangan kemana-mana, okay?" Tiba-tiba Arka muncul masih dengan keadaan belum mandi lalu memeluk Karin.

"Kak, please, aku lagi megang pisau. Mau ada berita kalo istri membunuh suaminya dengan pisau masak, mau?" ancam Karin karena kaget.

Arka tidak memperdulikan ucapan Karin, "Aku bukannya meluk kamu, tapi aku meluk anak aku."

"Anak aku?" Karin menautkan alisnya, "Kayaknya dia ada di dalam perut aku, berarti anak aku, bukan anak Kakak."

"Tapi aku yang buat," celoteh Arka dengan senyum tak berdosa.

Karin spontan menajamkan matanya, lalu melepaskan pelukan Arka, "Kak, jangan buat aku melakukan hal yang menyeramkan, you know..."

"Apa?" tanya Arka dengan polosnya.

Karin tidak menjawab. Ia hanya menggerakkan pisau di tangannya seperti sedang mencincang sesuatu. Arka mengerti maksud istrinya itu lalu bergerak mundur karena Karin sungguh terlihat menyeramkan sekarang. "Siap boss, aku mandi dulu. Bye."

***

Vita menatap ponselnya nanar, berharap ada pesan atau telepon dari seseorang yang amat sangat dibenci sekarang, namun rasa cintanya masih mengalahkan rasa bencinya.

Dia kini berada di Shibuya, ikon dari Tokyo, Jepang. Padahal tempat itu sangat ramai tetapi bagi Vita tetap saja ada rasa kesepian. Mungkin karena dia merindukan seseorang.

Dia menyelusuri jalanan yang padat itu tanpa tujuan yang jelas. Awal mula dia bisa ada di Jepang adalah karena pertengkarannya dengan Vico malam itu. Satu hal yang Vita benci, malam itu Vico melukai perasaannya begitu dalam. Dia tahu bagaimana sifat pria itu, terlalu berterus terang dan itu sudah sering dialaminya ketika pria itu mengomentari cara berpakaiannya, cara berbicaranya, cara berpikirnya dan lainnya. Tapi Vita selalu bersabar karena dia pikir apa yang Vico katakan itu semua benar. Namun yang malam itu Vico katanya sungguh melukainya.

Vita merasa ponselnya bergetar dan dengan cepat dia langsung mengecek siapa yang menelpon, berharap itu adalah Vico. Tapi itu bukan Vico namun itu membuatnya sedikit terkejut, itu mamanya Vico, Viola.

"Halo Tante."

Suara ramah Viola terdengar, "Halo nak Vita, selamat pagi."

"Pagi Ma, ada apa ya Ma?" tanya Vita sedikit ragu.

"Mama mau tanya, kamu ada masalah apa sama Vico, hem?" tanya Viola lembut.

"Ah, bukan apa-apa kok Ma. Memangnya Vico bilang apa Ma?"

"Yakin kamu, Nak? Soalnya beberapa hari ini Vico terlihat frustasi. Tadi Mama tanya kenapa, dia cuma bilang nama kamu. Bener kalian nggak ada masalah?"

Hati Vita tiba-tiba tersentuh begitu mengetahui pria yang dia rindukan itu frustasi karena dirinya, "Hanya masalah anak muda kok Ma."

"Ya sudah, kalian selesaikan baik-baik. Jangan sampai berlarut-larut, masa mau nikah masih suka bertengkar." Nasihat Viola lembut.

"Iya Ma. Aku sayang Mama." balas Vita dengan senyum kecil tercetak jelas di bibirnya.

"Mama sayang kamu juga, Nak. Kamu jaga kesehatan ya. Mama tutup ini Sayang." Viola memutuskan sambungan.

Seketika Vita ingin pulang namun apa salahnya bersantai dulu sendiri sebelum menemui Vico lagi. Sebab dia harus menghapuskan luka yang dibuat pria itu agar dia tidak membenci pria itu saat bertemu nanti.

***

"Mama untuk apa beli semua ini?" Protes Karin pada Rini-mama mertuanya.

Rini mengabaikan Karin dan terus memilih barang-barang yang menurut Karin belum dibutuhkan saat ini.

"Ma, udah dong Ma. Karin sama Kak Arka bisa kok beli sendiri."

Rini menggeleng, "Ini untuk cucu pertama Mama. Salah?"

"Enggak Ma, cuma-" Kalimat Karin terpotong begitu Rini menyuruhnya diam. "Kamu jangan banyak ngomong Karin, nanti tenaga kamu habis. Kasihan cucu Mama."

Kini mereka berada di salah satu toko perlengkapan bayi. Tadinya Karin mengira mama mertuanya itu hanya akan melihat-lihat namun Rini terus saja membeli barang-barang secara random hanya untuk cucunya yang bahkan belum berumur 1 bulan.

"Ma, kita kan belum tau perempuan atau laki-laki," ucap Karin pelan.

Rini menggeleng kecil, "Yang mana saja boleh. Mau laki-laki atau perempuan, soalnya Mama nggak punya satu cucu. Harus ada laki-laki sama perempuan. Jadi setelah cucu yang ini lahir, Mama mau satu lagi."

"Ma.. Ini aja belum lahir, masa minta satu lagi."

"Biar kamu sama Arka tau mau gimana setelah cucu ini lahir." Rini menatap Karin dengan wajah semangat, "Sekarang kita makan, Mama nggak mau cucu Mama kelaparan."

Karin mengangguk kecil. Dia hanya bisa terdiam melihat perlakuan mama mertuanya itu. Belum melahirkan saja dia sudah pusing karena secara tidak langsung Rini memintanya memiliki anak lebih dari satu. Sanggup, nggak, ya? Batinnya.

***

Hello guys

Gimana? Aneh? Comment, okay?

Buat teman-teman yuk cek cerita baru aku yang lain, soalnya aku ada cerita baru judulnya 'Past & Present' yang mana ceritanya tentang seseorang yang kena penyakit yaitu Gagal Move On, buat yang pernah ngerasain pasti suka ceritanya. Di cek ya:)

Lalu aku kan ada cerita sequel dari LH, itu judulnya 'Promise' yang menceritakan tentang anaknya Arka&Karin. Buat yang belum baca boleh di cek yuk:)

Sebelum itu jangan lupa follow IG aku @iinelsey_ buat teman-teman yang mau bertanya-tanya tentang apa aja:) Let's be friend.

Btw, kalo LH naik cetak jadi novel, ada yang mau beli, nggak? Comment, ya:)

Jadi jangan lupa bintang dan sarannya teman-teman, see you

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang