Sinar matahari mulai menyelinap malu-malu dibalik tirai berwarna cream itu. Menyinari sepasang suami-istri yang tengah terlelap.
Karin mengeliat pelan saat tangannya berusaha meraih jam weker di atas nakas. Dilihatnya jam dengan keadaan yang belum sepenuhnya tersadar. Ia kembali meletakkannya di tempat semula kemudian bangkit dan berjalan keluar kamar.
Seperti biasa, dia akan membuat sarapan lalu pergi mandi. Selesai mandi ia langsung mengganti pakaiannya ke seragam sekolah.
Baru ia membangunkan Arka. Ia keluar dari kamar mandi, dia biasanya mengganti pakaian di kamar mandi karena merasa tak nyaman harus mengganti pakaian didepan Arka.
"Kak—Kyaaa.." jerit Karin tiba-tiba. Arka mengedip-kedipkan matanya pelan, lalu terkekeh.
"Udah berapa kali aku bilang? Terbiasalah melihatku seperti ini." Tukas Arka menunjuk tubuh bagian atasnya yang tak tertutup apapun. Arka dengan segala keisengannya, mendekati Karin yang masih setia menutup matanya. Dipegangnya kedua tangan gadis itu, mencoba membuka telapak tangan Karin."Udah? Kamu harus terbiasa melihatku seperti ini. Ini tak akan kamu lihat sebentar tapi mungkin sampai 50 tahun kedepan." Ucap Arka saat ia berhasil membuka tutupan tangan diwajah Karin.
Wajah Karin sudah memerah, dia bahkan tak berani menatap wajah Arka yang tengah berdiri dihadapannya.
"Iya kak.." cicit Karin pelan, berusaha menatap mata hitam milik Arka.Arka tersenyum tipis lalu melepas pegangannya karena Karin mulai terlihat gelisah.
"Sarapan udah selesai?" Tanyanya.Karin mengangguk, "Udah kak."
"Kalau begitu, aku tunggu di meja makan." Ucap Arka mengacak rambut basah Karin.
Karin berdiri menatap bahu Arka yang lebar, Tidak Karin. Kau tidak boleh langsung jatuh cinta padanya.Kau harus yakin jika dia bukan seperti pria brengsek itu. Kau pernah disakiti. Batinnya.
Setelah selesai menyiapkan buku yang akan dibawa ke sekolah. Karin berjalan turun untuk sarapan. Ia menatap Arka heran.
"Kakak enggak kerja? Kok belum siap-siap?" Tanyanya melihat Arka belum rapi seperti biasanya. Sebenarnya ia sedikit risih melihat Arka bertelanjang dada seperti itu tetapi dia juga tidak punya hak melarangnya, Arka tak meminta haknya sebagai suami saja sudah cukup.Arka menggeleng, "Enggak, aku hari ini ambil cuti. Kerjaan dikantor sudah selesai untuk minggu ini. Buruan sarapannya nanti telat." Ucap Arka.
Karin duduk, dilihatnya makanan yang dibuatnya tadi tidak ada lagi, "Kak, yang Karin masak tadi mana?"
Arka terkekeh pelan, "Udah dingin aku panasin."
"Makanlah." Sambungnya.
"Iya kak" jawab Karin tersenyum tipis.
***
"Udah kak, sampai sini aja." Kata Karin saat mereka sudah sampai didepan gerbang. Seperti biasa Vita dan Sasha sudah menunggu Karin ditempat biasa.
"Yaudah, temen kamu datangnya jam berapa?" Tanya Arka.
"Sepulang sekolah kak, oh iya kak, boleh minta tolong?" Tanya Karin ragu.
Arka mengangkat alisnya, "Boleh, apa?" Karin mengeluarkan secarik kertas kecil dari sakunya lalu menyerahkannya pada Arka. Arka menatap heran kertas itu lalu bertanya, "Kamu nyuruh aku belanja?"
Karin mengangguk cepat, "Mereka bilang mau coba soto buatan Karin. Kebetulan bahannya abis, kakak belanja ada di Pasar Baru di simpang kompleks. Nanti kakak terserah mau beli daging ayam atau sapi." Jelas Karin kemudian keluar dari mobil dan menghampiri Vita dan Sasha yang menatapnya semangat.
"Gimana? Kak Arka bolehin?" Tanya Vita dan Sasha antusias.
Karin mengangguk membuat kedua sahabatnya itu menjerit hebat."Pagi-pagi aja udah heboh." Sinis Karin berjalan meninggalkan Vita dan Sasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...