Chapter 14

1.1K 40 18
                                    

Sepanjang malam itu, aku terus mengkhawatirkan hari esok. Diam-diam aku merasa antusias dan gelisah pada saat yang sama. Tapi aku sedikit lega karena aku akan menghabiskan waktu bersama Marcel juga. Selama aku berada di dekatnya, aku tak perlu memikirkan hal-hal lain. Hanya aku dan dia.

Pagi harinya tidak lebih baik. Aku berusaha menyibukkan diri dengan tugas-tugas rumah sementara menunggu Marcel datang. Barang-barangku sudah terkemas rapi di sebuah koper kecil sejak semalam dan aku tidak mau repot-repot mengeceknya lagi. Waktu terasa berjalan sangat lambat. Mungkin karena aku tidak bisa berhenti memandangi jam dinding.

Lewat tengah hari, Marcel menjemputku. Ia tampak keren dengan kaus abu-abu yang dipadukan dengan jaket biru, membuat warna matanya terlihat lebih menawan. Ia menyambutku dengan senyuman miringnya begitu aku membuka pintu.

"Sudah siap?" tanyanya.

Aku mendengus, kemudian berjalan ke mobilnya dengan kesal. "Kau seharusnya menolak rencana ini. Kenapa kau tidak mau bekerja sama?"

Marcel membukakan pintu mobilnya sambil tertawa. Kelihatannya tidak merasa bersalah sama sekali. "Menurutku ini bukan ide yang buruk. Memangnya kenapa kau tidak mau ikut?"

"Kita seharusnya memberi waktu bagi mereka untuk pergi berdua." Kurasa begitu. Aku sendiri tidak tahu kenapa ide ini tidak bisa membuatku sepenuhnya antusias.

"Mereka akan punya banyak waktu untuk itu— dan kita juga." Marcel memberiku tatapan menggoda. Dan kupu-kupu di perutku berterbangan lagi.

Aku mendesah, kemudian tersenyum padanya. "Baiklah."

Kami sudah sepakat untuk pergi ke Malibu. Eric dan Julie sudah menunggu kami di jalan utama sehingga kami bisa berangkat bersama-sama, meskipun dengan mobil terpisah.

Selama perjalanan, Marcel memutar lagu-lagu favorit kami dari stereo dan tenggelam dalam diam yang nyaman. Sesekali aku atau dia bersenandung mengikuti irama, tapi selebihnya aku hanya menikmati pemandangan di luar jendela sambil membiarkan sinar matahari memberikan kehangatan di wajahku.

Setibanya di Malibu, kami menuju penginapan elit yang bagian belakangnya langsung mengarah ke pantai. Eric check in untuk dua kamar, dan aku mulai merasa cemas dengan pembagian kamarnya.

"Ini kuncimu." Eric menyerahkan kunci kepada Marcel dan ia sendiri membawa satu kunci. Kami mendapat kamar yang berhadapan.

Baiklah, secara tersirat artinya aku akan sekamar dengan Marcel, sedangkan Eric dengan Julie. Keringat dingin mulai membasahi bagian belakang leherku, tapi Julie masih tampak sama santainya seperti tadi. Apakah hanya aku yang gugup di sini?

"Setelah ini kami mau langsung ke pantai." ujar Eric.

Marcel mengangguk. "Baiklah. Nanti kami menyusul."

Setelah Eric dan Julie masuk ke kamar mereka, Marcel membuka pintu kamar kami dan meletakkan koper di dekat sofa, kemudian berjalan menuju pintu kaca yang mengarah ke beranda. Di balik pintu itu, tampak jelas pemandangan pantai yang berpasir.

Aku menghela napas diam-diam, kemudian melangkah masuk. Tenggorokanku tercekat saat melihat tempat tidur putih di tengah ruangan dan fakta bahwa aku akan membaginya dengan Marcel malam ini. Kamar ini— bagaimanapun, lebih cocok untuk berbulan madu.

"Pemandangannya indah sekali." gumam Marcel.

Aku berdiri di sisinya, mengamati pasir putih dan ombak biru yang berkilauan sambil berharap keteganganku mereda.

"Kurasa kita sebaiknya ganti baju dulu. Eric dan Julie mungkin sudah menunggu di luar juga." ujar Marcel kemudian.

Aku menelan ludah tanpa kentara. "Aku akan ganti di kamar mandi."

Sweeter than FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang