Aku dan Marcel keluar dari penginapan sepuluh menit kemudian, sudah siap untuk jogging. Matahari sudah bersinar, tapi belum terlalu tinggi. Tetap saja pemandangannya membuatku terus-terusan berdecak kagum.
Meskipun judulnya 'jogging', tapi langkah Marcel masih jauh lebih lebar dari langkahku, sehingga berkali-kali ia harus berhenti dan menungguku menyusulnya. Tidak mudah berlari lebih cepat, apalagi dengan kondisi kaki pegal seperti ini. Tapi aku mungkin akan menyesal seumur hidup kalau sampai melewatkan momen ini.
Sekali lagi Marcel berhenti dan menungguku dengan sabar, sementara aku terengah-engah menyusulnya. Ia menyunggingkan senyum pengertian saat aku mendekat.
"Kau jarang olahraga ya?"
Aku berhenti dan setengah membungkuk untuk mengatur napas. "Bukankah itu sudah jelas?"
"Kau masih kuat berlari? Jangan memaksakan dirimu sendiri. Aku tidak mau kau pingsan." ujar Marcel.
Aku baru saja hendak menjawab, saat kudengar seseorang memanggil namaku. Aku menoleh untuk mencari sumber suara dan menemukan Julie sedang melambai padaku dari arah penginapan. Ia berjalan menghampiri kami dan beberapa saat kemudian Eric baru terlihat.
"Kalian bangun pagi sekali." ujarnya saat jarak kami sudah dekat.
"Kami mau mencari udara segar. Lagipula, pemandangan pantai saat pagi jauh lebih indah kan." jawab Marcel.
"Yeah, kau benar." Julie menyetujui. "Bolehkah aku bergabung dengan kalian?"
"Tentu saja." balas Marcel.
Saat itu Eric bergabung bersama kami. Di luar keinginanku, aku memberinya tatapan yang lebih ramah dari biasanya. Kurasa ia berhak mendapatkan itu.
"Well, kalau begitu kalian para cowok duluan saja. Aku akan berlari bersama Alice." Julie memberiku tatapan penuh arti, tapi aku tidak bisa memahami maksudnya.
"Oke." jawabku pendek.
"Baiklah, ayo Marcel! Sudah lama kita tidak jogging bersama." Eric meninju lengan saudaranya.
"Kau benar. Kalau begitu kami duluan, ladies." Marcel dan Eric berlari mendahului kami.
Aku dan Julie ikut berlari lebih pelan di belakang sambil mengagumi kilauan lembut ombak yang memantulkan cahaya mentari pagi.
"Jadi, apa yang kau lakukan dengan Marcel semalam?" Julie bertanya tiba-tiba. Nadanya terlalu menyelidik untuk bisa disebut basa-basi.
"Kami mengobrol sebentar, lalu tidur."
Julie tersenyum mencurigakan. "Apakah kalian melakukannya?"
"Ke mana arah pembicaraan ini?" Aku menatapnya skeptis.
"Ayolah, Alice! Jangan sok polos. Kau tahu persis apa yang sedang kubicarakan." kata Julie kesal.
"Well, kami tidak melakukannya." gumamku.
Julie mencibir, kecewa dengan jawabanku. "Lalu apa saja yang kalian lakukan? Menghitung utang negara?"
"Kurasa ini bukan saat yang tepat." Aku beralasan.
"Tapi kau menyukainya kan?"
"Tentu saja." jawabku otomatis.
"Cukup menyukainya untuk...?"
Aku meringis. "Bisakah kita mengganti topik?"
"Tidak. Tidak bisa." balas Julie keras kepala. Ia kelihatannya terhibur sekali. "Paling tidak kalian berciuman kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweeter than Fiction
Romance"Kau mungkin menyayangi mereka berdua, tapi kau hanya mencintai salah satu. Dan siapa pun dia, hanya hatimu yang tahu." Dongeng tak selamanya indah. Begitu juga hidup. Seperti roller coaster, naik, turun, penuh kejutan. Tak perlu risau, karena saa...