[11] Tentang yang Datang dan Pergi

5.3K 522 13
                                    

Aku bertanya padamu, dimana orang-orang itu berada ketika mereka pergi dan tak kembali? Lalu jawabmu, di suatu tempat yang jauh. Tempat yang tak bisa kudatangi,

yakni masa lalu.

***

"Risa? Ngapain berdiri doang di sini?" Gerakan Gilang berhenti. Tubuhnya sempurna menghadap perempuan berambut pendek sebahu tersebut dengan mata memicing heran.

Risa, lagi-lagi salah tingkah, dan hanya menggaruk kepalanya yang mungkin tiba-tiba gatal. "E-Eh, Gilang! Bikin kaget aja," sahut Risa sambil menyengir malu. "Mau masuk tapi takut ada Bu Tatik... galak sih, hehe."

Alis Gilang terangkat. "Gak ada Bu Tatik, lagi keluar ada urusan," jawabnya sedetik sebelum mengarahkan dagunya ke dalam UKS. "Masuk aja. Rena lagi pura-pura tidur."

Risa mengangguk. Tangannya langsung terangkat untuk membuka pintu UKS ketika Gilang melengos pergi. 

Laki-laki itu tidak sadar tangan Risa bergetar.

Laki-laki itu tidak sadar ada sesuatu yang ditahan Risa di balik cengirannya yang lebar.

***

"Risa!" Rena menyambut kedatangan Risa dengan sepertiga antusias. Pertama, separuh semangatnya sudah menguap karena pengumuman tadi pagi, tergantikan rasa dongkol dan panas yang bersarang di hatinya. Kedua, tubuhnya masih terasa tidak enak; obat yang ia minum belum bereaksi sepenuhnya. Tapi ia tetap menyunggingkan senyum begitu Risa duduk di kursi dekat kasur. Tubuhnya sudah duduk tegak sejak temannya itu membuka pintu.

"Laras mana?" tanya Rena begitu melihat satu temannya absen.

Risa menggedikan bahu. "Biasa, belum kelar ngerjain tugas kimia," jawab Risa dengan nada prihatin. 

Rena hanya ber-oh pelan, lalu mengerutkan kening. Baru sadar dengan rambut Risa yang berubah. "Potong rambut?"

"Yoi, biar bisa move on!" Risa terkekeh.

"Move on dari siapa?" Alis Rena terangkat.

Risa terdiam sebentar lalu mengibaskan tangannya, sambil terkikik kecil. "Duh, Ren, itu kan cuma mitos! Jangan serius-serius amat nanti botak!"

Terdengar rengutan dari Rena, tetapi Risa tidak ambil pusing. Dengan rambut pendeknya yang berayun riang ketika ia bergerak, perempuan itu memainkan kakinya yang menendang-nendang udara kosong selagi duduk di kursi. 

"Jadi, kenapa lo bisa ada di UKS?" tanya Risa, kepalanya agak miring ke samping. "Kambuh lagi?"

Rena mengangguk membenarkan. Memang kenyataannya sudah beberapa kali penyakitnya kambuh di sekolah. "Lupa sarapan, padahal tadi niatnya mau makan di kelas sebelum bel."

"Yeee, pikun," ledek Risa sambil tertawa. "Mikirin siapa sih, sampe lupa makan?"

"Mikirin kamu," sahut Rena bercanda, meski ekspresinya datar. Ia tiba-tiba teringat dengan kejadian tadi pagi –ah, tidak. Sesungguhnya kejadian tadi pagi masih terus terngiang di otaknya. Hanya saja kali ini Rena teringat dengan niatnya untuk bercerita pada Risa dan Laras.

"Gue musikalisasi puisi bareng Raffa," kata Rena dengan suara pelan.

Tidak ada tanggapan selama beberapa detik. Risa melongo kaget, dan Rena hanya bisa memaklumi.

"Serius?" Mata Risa membulat. "Ah, gila! Raffa?"

"Iya." Rena mengangguk. Ia memainkan ujung selimut dengan telunjuk dan ibu jari. "Bu Retta ganti beberapa perwakilan. Dan Gilang diganti jadi ikut lomba panjat pinang, Raffa ikut musikalisasi puisi."

R untuk RaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang