7 | Begin Again?

26.4K 2.7K 106
                                    

Shawn Mendes - Imagination

"Mas Gadhra? Kemarin ga pulang?"

Kalia yang baru saja masuk ke dalam kantornya, sedikit terkejut melihat Gadhra yang sedang berkutat di laptopnya dan masih dengan pakaian yang sama dengan kemarin.

Gadhra tersenyum kecil. "Enggak Kal."

"Kenapa?"

"Lagi hectic banget."

Kalia mengangguk paham. Kemarin memang seharian suasana ruangan mereka sedang sibuk-sibuknya. Sampai-sampai Kalia tidak sempat diberi pekerjaan, saking sibuknya mereka.

Kalia sedikit merasa tidak enak kemarin karena tidak bisa membantu apapun. Karena setiap kali ditanya, semuanya menyuruh dia untuk istirahat saja.

Setelah duduk di kursinya, kedua bola mata Kalia melihat ke arah Gadhra yang duduk di meja sebelahnya sedang memijat-mijat pangkal hidungnya. Terlihat jelas kalau dia sangat kelelahan.

Pandangan Kalia berpindah ke arah gelas kaca di hadapan Gadhra yang sudah kosong. Perlahan Kalia berdiri, dan mengambil gelas kosong itu.

"Pinjem ya Mas gelasnya," katanya.

Gadhra yang memang benar-benar dalam keadaan penuh tekanan dengan pekerjaannya, tidak menjawab apa-apa dan hanya melihat Kalia yang kini sudah berjalan keluar dari ruangan.

Butuh waktu sekitar 20 menit bagi Kalia untuk kembali ke dalam ruangan sambil membawa teh manis hangat dan sebungkus roti di tangannya.

Kalia melangkahkan kakinya menuju meja Gadhra, dan meletakkan teh serta roti itu di hadapan Gadhra yang sedang memejamkan matanya dengan kepala yang diletakkan di atas tangan kanannya yang terlipat.

Mendengar suara benda yang diletakkan di atas mejanya, Gadhra reflek membuka matanya perlahan, dan langsung tersentak kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Kal?"

"Minum dulu teh nya Mas," kata Kalia. "Biar ada tenaga buat lanjutin kerjaannya."

"Hah?" Gadhra bangun dan menegakkan posisi duduknya. "Ini buat gue?"

Kalia mengangguk.

"Abis Mas Gadhra kaya stress banget gitu," kata Kalia. "Kalo kata nenek aku, pagi-pagi harus minum teh anget biar ada tenaganya."

Mendengar perkataan Kalia, sontak Gadhra terdiam. Pandangannya melihat ke arah Kalia yang duduk di sebelahnya. Entah kenapa, saat itu juga dia merasa sesuatu yang tidak dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri. Terharu karena seseorang peduli padanya? Entahlah, Gadhra juga tidak tahu.

"Eh apaan deh kok kesannya jadi kaya sok imut gitu." Kalia kembali mengeluarkan suaranya. "Tapi emang nenek aku ngomong gitu Mas."

Gadhra yang sedari tadi memperhatikan Kalia, tertawa setelah perempuan itu mengeluarkan suaranya lagi.

"Kal," kata Gadhra. "Kamu tuh ga perlu repot-repot kaya gini."

Tangan Gadhra bergerak mengambil teh di hadapannya.

"Tapi makasih ya," kata Gadhra lagi. "Didn't expect you would do this."

Kalia tersenyum dan mengangguk. Perempuan itu kini kembali fokus pada ponsel yang digenggamnya, membiarkan Gadhra menikmati teh dan rotinya.

Sesaat setelah Gadhra menikmati teh hangatnya, Gadhra memutarkan kursinya ke arah kiri, menghadap ke arah Kalia yang ternyata sudah membenamkan wajahnya di atas kedua tangannya yang terlipat— yang membuat Gadhra hanya dapat melihat rambutnya yang tergerai indah.

Restart His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang