28 | Please Don't Make Any Sudden Moves

19.7K 2.1K 79
                                    

Twentyone Pilots - Heathens

Mau tau keuntungan berpacaran dengan anak magang? Gadhra tidak perlu repot-repot menyembunyikan hubungannya dengan Kalia, karena tidak ada peraturan tertulis di kantor Gadhra yang menyatakan kalau karyawan tidak boleh berpacaran dengan anak magang.

Beberapa kantor memang melarang sesama karyawannya menikah, salah satunya kantor Gadhra. Kalau ada sesama karyawan di kantor Gadhra menikah, salah satu dari mereka harus mengundurkan diri. Peraturan standar kantor. Terutama untuk bank yang cukup ternama seperti tempat Gadhra bekerja saat ini.

Memang peraturannya hanya untuk yang menikah, bukan pacaran. Tapi banyak pasangan di kantor yang masih berpacaran harus backstreet dari bos mereka, takut si bos shock akan kehilangan karyawan terbaik mereka, dan melakukan segala cara untuk mempertahankan karyawan itu. Mutasi ke daerah misalnya, dengan iming-iming dinaikkan jabatan tapi harus pindah ke daerah, dan mau tidak mau si karyawan harus nurut karena masih terikat dengan kontrak dinas.

Tapi dari semua itu, balik lagi kepada kebijakan bos mereka masing-masing. Beberapa divisi memiliki pemimpin yang cukup santai dengan karyawan mereka yang berpacaran, asalkan nanti kalau menikah mereka sudah memutuskan siapa di antara pasangan itu yang akan keluar. Tapi tidak dengan divisi Gadhra. Bu Ester, ketua divisi operasional pernah memutasikan salah satu orang operasional karena ketauan berpacaran dengan teman se-tim nya.

Keduanya termasuk dalam jejeran karyawan terbaik di divisi itu. Makanya Bu Ester memindahkan pihak laki-laki ke Pekanbaru, agar keduanya tetap bertahan di kantor. Alhasil pasangan itu putus karena LDR dan tetap bekerja di kantor sampai saat ini. Begitulah dunia kerja.

Untungnya Gadhra berpacaran dengan Kalia, selaku anak magang yang berarti dia tidak permanen di kantor. Tapi kata Pak Denny, kalau bisa tetap disembunyikan dari Bu Ester, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Kalia masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 12. Perempuan itu baru saja kembali dari Family Mart, salah satu minimarket di kantor yang berada di lantai satu, dengan Dolce Latte di tangan kanannya dan Hot Cappuccino di tangan kirinya.

Sumpah, kalian harus coba Dolce Latte yang ada di Family Mart. Selain murah cuma sepuluh ribu rupiah, rasanya juga enak. Kalia sendiri lebih suka Dolce Latte yang less coffee. Biasanya di kantor saat jam makan siang Family Mart selalu ramai dengan orang yang mengantri Dolce Latte. Makanya Kalia lebih senang beli pagi-pagi saat baru tiba di kantor, atau jam nanggung seperti saat ini, saat waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Gadhra, sudah berapa kali saya bilang, tidak boleh menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi."

Sontak Gadhra langsung gelagapan menutup Window Youtube-nya. "Maaf, Bu, maaf...."

Kalia langsung tertawa terbahak-bahak.

Gadhra menoleh. "Shit! Gue kira beneran Bu Ester! Kal apaan sih lo bikin gue jantungan tau gak?!"

Kalia yang baru saja masuk ke dalam ruangan duduk di kursinya dan memegang perutnya yang sakit karena tertawa.

"Puas lo puas?!"

Kalia masih terkikik. "Maaf deh Mas," katanya. "Nih aku bawain Cappuccino."

"Abis dari bawah?"

Kalia mengangguk.

Ruangan mereka saat ini sedang kosong, karena semua pada rapat kecuali Gadhra dan Shilla. Tapi Shilla lagi pumping (memompa ASI) di ruang laktasi (ruangan khusus untuk wanita memompa ASI). Alhasil, Gadhra harus menunggu keputusan rapat untuk melanjutkan pekerjaannya dan Kalia belum mendapatkan tugas apapun dari pembimbingnya itu.

"Makasih ya sweetie."

Gadhra tertawa keras setelah melihat wajah Kalia seperti menunjukkan raut wajah lo-barusan-manggil-gue-apa.

Satu sama.

Ponsel Kalia yang bergetar di atas meja membuat keduanya melirik ke arah ponsel itu. Kalia bergerak mengambil ponselnya, dan memberikan kode kepada Gadhra untuk keluar yang dibalas dengan anggukan oleh laki-laki itu.

Gadhra mengambil Cappuccino di hadapannya. Diseruputnya pelan minuman dari Kalia itu, sebelum dia tersenyum kecil melihat minuman yang dipegangnya.

Perhatian-perhatian kecil seperti ini yang membuat Gadhra semakin jatuh cinta kepada Kalia. Hal-hal kecil yang tidak pernah diminta oleh Gadhra, bahkan tidak terpikirkan oleh laki-laki itu. Sifat Kalia yang mampu mengayomi Gadhra, yang selalu tau kapanpun Gadhra sedang banyak pikiran, dan dengan lembutnya dia akan menarik Gadhra ke dalam pelukannya, dan Kalia yang terkadang suka manja yang membuat Gadhra selalu ingin melindungi dan menuntun dia.

Gadhra tidak tahu bagaimana jadinya kalau dia kehilangan itu semua. Karena Gadhra akui, Kalia berhasil merubah perasaannya yang pada awalnya diyakininya akan terus stuck dan tidak akan pernah berubah. Because when God gives you a 'No', it means you must wait until He gives you the best. Dan kini Gadhra percaya itu.

"Mas Gadhra, Ayah barusan nelfon. Katanya ntar sore dia ada meeting di sekitar sini. Terus ngajakin ketemuan di GI. Mas Gadhra ikut ya?"

****

"Biasa aja kali Mas, ga usah panik gitu."

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, Gadhra dan Kalia terjebak di macetnya Sudirman. Padahal jarak dari kantor ke GI cukup dekat. Mungkin kalau naik motor mereka sudah sampai daritadi. Dan sepertinya, sistem ganjil genap belum terlalu efektif untuk mengatasi banyaknya pengguna mobil di Jakarta.

"Gimana aku ga panik Kal?" Gadhra melihat Kalia. "Dalam beberapa menit lagi aku mau ketemu Ayah kamu."

Kalia tertawa. "Ayah bukan hantu kali."

"Ya iya," kata Gadhra. "Tapi kalo aku salah langkah dikit itu berpengaruh ke hubungan kita ke depannya."

"Mas pikirannya terlalu jauh deh."

"Kal, nih ya." Gadhra melihat Kalia. "Gimana kalo misalnya bokap lo ga suka sama gue? Gimana kalo misalnya gue keselek terus nyembur ke bokap lo? Gimana kalo misalnya tampang gue ga sesuai sama tipe bokap lo?"

Sontak Kalia tertawa mendengar perkataan Gadhra.

"Gimana kalo misalnya bokap lo nanya 'udah sejauh mana hubungan kalian?' Terus gue keceplosan ngomong 'baru pelukan sama ciuman doang kok Om, selebihnya nanti aja kalo udah halal'."

"Mas!"

Gadhra tertawa. "Abis ngomong gitu gue nyayat diri sumpah Kal."

Sekitar sepuluh menit kemudian keduanya sudah masuk ke kawasan Grand Indonesia, dan Gadhra mulai mencari parkir di basement. Tidak butuh waktu lama sampai keduanya menemukan parkir di dekat pintu masuk.

Gadhra memperhatikan Kalia yang sedang menjepit sebagian rambut luarnya ke belakang, dan sisanya dibiarkan tergerai indah di tubuhnya. Setelah itu, Gadhra mulai merapihkan lengan kemejanya yang digulung, sebelum dia bertanya kepada Kalia.

"Kal mendingan dikancing apa engga ini atasnya?"

Kalia melihat Gadhra dan tersenyum kecil. "Dibuka aja," jawabnya. "Lebih santai."

Gadhra menuruti perkataan Kalia. Jemarinya membuka salah satu kancing teratas kemejanya, sehingga memang terkesan lebih santai.

Setelah itu, Gadhra mengajak Kalia untuk turun. Sebelum Gadhra mematikan mesin mobil, Kalia mengambil ponselnya yang di charge di mobil dan diletakkan di bawah radio. Reflek Gadhra melihat ke arah ponsel yang menyala karena baru saja dilepaskan charger-nya oleh Kalia. Salah satu notifikasi yang tertangkap oleh kedua bola mata Gadhra membuat lelaki itu sempat terdiam, sebelum dia melihat ke arah Kalia.

"Lo masih contact sama Dio?"

----⛔----

Restart His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang