Mariah Carey ft. Joe, 98 Degrees - Thank God I Found You
Suara pintu kamar yang terbuka membuat Kalia yang sedang berkutat dengan bab empat skripsinya melihat ke arah pintu. Perempuan yang mencepol rambutnya tinggi-tinggi itu tersenyum saat melihat Nina, ibunya masuk ke kamarnya.
"Bunda," sapa gadis itu.
"Lagi ngapain Dek?"
"Ini," Kalia duduk di kasurnya, tepat di sebelah Nina. "Baru mau mulai bab empat."
"Udah ketemu dosen pembimbingnya?"
"Udah tadi di kampus," jawab perempuan itu. "Bab satu sampe tiganya sih udah oke, ga perlu revisi lagi. Makanya aku udah mulai masuk bab empat."
Nina ber-oh panjang. "Ketemu Ditha dong tadi?"
Kalia mengangguk. "Iya!" katanya. "Giliran kaya gini aja kangen kampus Bun. Kemaren-kemaren kesel banget sama kampus."
Sontak Nina tertawa setelah mendengar perkataan anaknya. "Namanya juga manusia, ga pernah puas."
Kalia tertawa. "Emang."
Kedua bola mata Nina melihat anaknya melepas cepolannya, membiarkan rambutnya tergerai berantakan di tubuhnya. Kaos berwarna abu-abu tua beserta celana pendek yang digunakan gadis itu membuatnya jauh terlihat lebih santai.
"Dek," Nina sedikit merubah posisi duduknya, melihat Kalia. "Kata Ayah kamu lagi ngambek sama dia ya?"
Mengetahui arah pembicaraan Nina, Kalia tertawa kecil. "Ayah nelfon Bunda ya?"
Nina mengangguk.
"Sebel aja Bun sama Ayah," Kalia menjelaskan. "Kemaren pas ketemu Mas Gadhra tuh pertanyaan Ayah jahat-jahat banget deh pokoknya. Kan aku ga enak sama Mas Gadhra."
Nina tertawa kecil. "He's just worried about you."
Kalia mengangguk. "Iya, tapi ga gitu juga caranya Bun. Aku kalo digituin sama orangtua Mas Gadhra pulang-pulang nangis kali."
Nina membenarkan posisi duduknya, melihat Kalia yang memilin-milin bajunya sambil menjelaskan kepadanya. Wanita itu diam sebentar, berusaha mencari kalimat yang tidak menyinggung anak perempuannya itu.
"Bunda justru setuju sama yang Ayah lakuin," kata Nina. "Kamu ga bisa samain keadaannya kaya dulu. Ayah khawatir sama kamu, semua orang khawatir sama kamu. Ayah juga kaya gitu karena ga mau kejadian Dio keulang lagi. Siapa coba yang bisa liat anaknya kaya gitu Dek?"
Kalia langsung diam. Tidak bisa melawan apapun. Perkataan Nina memang benar, dan Kalia menyadari kalau saat ini dia hanya memikirkan kepentingannya saja. Kalia takut, kalau ayahnya terlalu berlebihan kepada Gadhra, laki-laki itu akan merasa tidak betah dan menyerah. Dan inti point dari keegoisan Kalia saat ini adalah: dia terlalu takut kehilangan Gadhra.
Tapi di sisi lain, dia juga harus bisa memahami posisi keluarganya yang khawatir dengan keadaannya, dan tidak ada yang mau hubungan Kalia saat ini berakhir dengan sangat mengecewakan, seperti bersama Dio.
Kalia mengangguk paham saat Nina baru saja menyuruhnya untuk meminta maaf kepada Firman, ayahnya. Setelah Nina beranjak dari kamarnya, gadis itu mengambil ponselnya yang diletakkannya di atas meja, kemudian jemarinya bergerak menghubungi nomor yang sebenarnya sudah dihafalnya di luar kepala.
"Halo? Ayah?"
****
"Chatime is coming!"
Suara Shilla sore itu cukup membuat orang-orang di dalam ruangan berseru. Shilla dan Kalia baru saja masuk sambil membawa kantong plastik yang berisi beraneka ragam Chatime di tangannya masing-masing. Seperti biasanya, kalau sedang iseng, kelompok mereka sering memesan delivery Chatime. Dan karena lagi baik, Pak Denny hari ini mentraktir semua bawahannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart His Heart
Teen Fiction[Proses Penerbitan] I am a big mess, I'm sorry. But this mess loves you endlessly, this mess loves you endlessly for God's sake. | #20 in Teen Fiction, February 24th 2017