Justin Bieber - Company
"Udah ngerti kan semua?"
Suara Gadhra pagi itu membuat ketiga orang di hadapannya mengangguk paham. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi namun Gadhra, Kalia, Dika, dan Vira sudah berada di tempat observasi kantor cabang. Beberapa saat kemudian keempatnya berpisah, menuju areanya masing-masing.
"Kal," panggil Gadhra yang membuat perempuan itu menghentikan langkahnya.
"Kalo ada temuan yang janggal, dicatet aja terus kasih ke gue ya."
Kalia mengangguk. Beberapa detik kemudian semuanya sudah menjalankan tugasnya masing-masing. Divisi operasional yang ditempati Gadhra dan Kalia secara garis besar memiliki tugas untuk mengelola dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi perusahaan.
Observasi kali ini dilakukan untuk mencari tahu adanya biaya-biaya operasional yang tidak diperlukan, agar dapat dipangkas habis-habisan sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Karena kantor pusat tempat Gadhra bekerja mendapat laporan bahwa kantor cabang di Medan memiliki penurunan profit yang sangat signifikan.
Kalia melangkahkan kakinya menuju area-nya, dan mulai melakukan observasi-nya. Kegiatan observasi dimulai dengan memperkenalkan diri kepada karyawan yang bekerja, kemudian melakukan controlling terhadap kegiatan operasional, hingga wawancara kepada pihak yang bersangkutan.
Harus Kalia akui, proses wawancara ini cukup membuatnya kelabakan. Pertama, ini merupakan pertama kalinya perempuan itu melakukan observasi. Kedua, subjek wawancara sampai detik ini terus melihatnya dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Ketiga, informasi yang didapatnya masih sedikit karena subjek wawancara mampu memutarbalikkan fakta— yang membuat Kalia tidak menemukan temuan apapun yang mengganjal.
"Ada lagi dek yang mau ko tanyakan?"
Kalia menghela nafasnya. Benar-benar merasa lelah dengan wanita yang duduk di hadapannya ini. Tiap kata yang dikeluarkannya dengan logat Medan yang sangat kental selalu mampu membuat Kalia menciut.
"Enggak Bu, sudah cukup." Kalia tersenyum kecil. "Terimakasih banyak ya Bu."
Wanita itu mengangguk. Dengan cepat wanita itu berdiri, dan membalas uluran tangan Kalia yang juga langsung menyusulnya berdiri.
"Bagus jadi artis aja kau dek, tampangmu ada." kata wanita itu sebelum dia beranjak. "Gak cocok kau kerja kek gini." (Mending kamu jadi artis aja, tampangmu bagus. Gak cocok kerja kayak gini.)
Perkataan wanita itu barusan sukses membuat Kalia yang sedang membereskan dokumennya terdiam. Dia sempat mematung sebentar selama beberapa detik, sebelum perempuan itu mendudukkan tubuhnya yang serasa lemas ke atas kursi, dan menghela nafasnya pelan. Air matanya dibiarkan mengalir perlahan di wajahnya.
Sebegitu tidak becusnya kah dia sampai-sampai wanita itu berkata seperti barusan?
Kalia diam. Perempuan itu membiarkan dirinya untuk menenangkan diri sebentar, sebelum akhirnya dia melirik jam tangan dan waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Benar-benar merasa lelah. Sebenarnya yang paling melelahkan secara fisik adalah saat dirinya melakukan controlling terhadap kegiatan operasional. Namun proses wawancara tadi benar-benar membuatnya lelah secara mental dan bathin.
Setelah kurang lebih sepuluh menit dia menenangkan dirinya, Kalia berdiri dari tempatnya duduk dan langsung berjalan menuju titik temunya dengan yang lain.
Gapapa Kal, gapapa.
****
Gadhra mesakukkan berkas-berkas temuannya ke dalam file yang dipegangnya. Setelah enam jam lebih melakukan observasi, dia melangkahkan kakinya kembali menuju titik temu tim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart His Heart
Teen Fiction[Proses Penerbitan] I am a big mess, I'm sorry. But this mess loves you endlessly, this mess loves you endlessly for God's sake. | #20 in Teen Fiction, February 24th 2017