36 | Time Heals All Wounds, Does It?

17.8K 2.1K 69
                                    

A Rocket To The Moon - Like We Used To

"Makasih ya Mbak."

Suara Ditha yang baru saja mengambil kantong plastik belanjaannya, membuat Kalia yang sedang memainkan ponselnya bergerak dari meja kasir dan mengikuti temannya itu keluar.

"Duh ileh, yang gajinya baru turun." kata Kalia sambil tertawa.

Ditha dan Kalia baru saja keluar dari Stradivarius, salah satu women's clothing store yang berada di Pondok Indah Mall. Kemarin Ditha menghubungi Kalia, bilang kalau hari ini gajinya sudah turun dan dia harus ke kantor tempatnya magang hari ini, untuk mengurus beberapa hal sebelum upah magangnya di transfer ke rekeningnya.

Setelah itu, perempuan itu meminta Kalia menemaninya ke PIM sepulang Kalia kantor, untuk membeli beberapa barang yang sudah lama diincarnya. Karena hari ini sistem plat ganjil genap berlaku untuk plat yang genap, maka mau tidak mau Kalia yang membawa mobil karena plat mobil Ditha ganjil.

"Nanti gue traktir deh," kata Ditha.

Disinilah mereka sekarang. Sesaat setelah sampai ke PIM, keduanya langsung mengganti office outfit-nya dengan pakaian casual mereka yang sudah disiapkan dari rumah. Jujur saja Kalia memang tidak pernah betah menggunakan office outfit-nya ke mall, atau ke tempat lain selain kantor. Dan Gadhra cukup sering mengajaknya makan kalau laki-laki itu sedang tidak lembur- yang artinya ga sering-sering amat karena Gadhra benar-benar jarang bisa pulang on time jam 5.

Ditha tertawa. "Seneng banget gue gaji turun," katanya. "Jadi pengen cepet-cepet kerja deh Kal."

"Iya," Kalia mengangguk. "Tapi lo ga punya waktu untuk social life kalo kerja kantoran."

"Iya sih," jawab Ditha. "Magang aja cape banget ya Kal, apalagi kerja."

"Udah gitu kita masih enak," Kalia melihat Ditha. "Jam lima teng boleh pulang, ga pake lembur."

Ditha mengangguk, menyetujui perkataan Kalia. Keduanya melangkahkan kakinya menuju Blacklisted, salah satu coffee shop yang berada di street gallery, PIM 3. Kalia langsung memesan menu favoritnya, calamari, dan minumannya, Sea Salt Caramel Coffee.

"Calamari mulu lo," kata Ditha setelah mereka selesai memesan. "Muka lo lama-lama kayak cumi."

Sontak Kalia tertawa. Tiap kali ke Blacklisted, Kalia memang selalu memesan calamari, karena entah kenapa calamari di sini benar-benar terasa enak. Dia juga pernah membawa Gadhra ke sini dan memperkenalkan menu favoritnya itu.

"Ya elah cumi goreng tepung doang mah si Nuri gue suruh bikin di rumah juga bisa."

Satu-satunya komentar Gadhra sebelum pada akhirnya dia mencicipi calamari itu, dan berujung dengan Gadhra yang selalu mengajaknya ke Blacklisted kalau mereka ke PIM. Ketagihan calamari, katanya.

"Eh lo gajinya belom turun emang?"

Pertanyaan Ditha membuat Kalia tersadar dari lamunannya.

Kalia menggeleng. "Belom," katanya. "Gue kan extend dua bulan magangnya."

"Oh iya," Ditha menutup buku menu di hadapannya. "Meanwhile gue di sini udah gabut aja. Engga deng, masih ada skripsi thingy. Terus lo kapan kelar magangnya?"

Kalia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. "Bulan ini kelar gue insyaAllah."

Ditha melihat Kalia. "Lo udah mau kelar magangnya, terus hubungan lo sama Ka Gadhra?"

Mendengar pertanyaan Ditha, Kalia langsung terdiam. Sebenarnya itu yang sedang dipikirkannya beberapa hari ini. Hubungannya dengan Gadhra belum membaik sama sekali, sementara masa magangnya di kantor Gadhra sudah mau selesai- yang artinya, dia akan sulit untuk bertemu dengan Gadhra, atau minimal hanya melihat mukanya saja. Bagaimana kalau mereka akan terus seperti ini? Tidak berhubungan sama sekali, tidak mengobrol sama sekali- kecuali keadaan memaksa seperti Gadhra yang memberikannya tugas, atau mereka harus berpua-pura di depan semua orang, bahkan melakukan kontak mata pun jarang. Sementara kalau dia sudah keluar dari kantor, kesempatannya untuk berbaikan dengan Gadhra semakin menipis.

Restart His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang