The Neighbourhood - Sweater Weather
"You love her that much."
Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Kalia membuat Gadhra tersadar dari lamunannya dan menghadap ke belakang, ke arah perempuan itu.
Gadhra tertawa kecil. Dia mengangkat kedua bahunya. "Still trying to change the word from love, to loved."
Kalia tersenyum. "Good luck then."
Kedua bola mata Gadhra kini melihat Kalia yang sudah mulai berjalan kembali ke kursi mereka tadi. Perlahan dia mulai melangkahkan kakinya menyusul Kalia, dan men-sejajarkan dirinya dengan perempuan itu.
Selama beberapa menit ke depan, keduanya tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Kalia sibuk dengan ponselnya sedangkan Gadhra daritadi hanya mempreteli kotak rokoknya yang sudah habis, sambil sesekali melihat Kalia.
"Kal," panggil Gadhra. "Makasih ya."
Kalia yang masih memainkan ponselnya, menyelipkan rambutnya di belakang telinga sebelah kanannya. Perlahan dia melihat ke arah Gadhra yang duduk di sebelah kanannya.
"Makasih buat?"
Gadhra menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi yang berada di waiting room. Kepalanya direbahkannya di sandaran itu, yang membuat posisi duduknya menjadi lebih rendah dibanding Kalia. Kedua bola matanya melihat ke arah Kalia yang masih dengan posisi menatapnya.
"For took care of me last night."
Kalia tersenyum. Disandarkannya tubuhnya di sandaran kursi, sambil kepalanya direbahkannya persis seperti yang dilakukan oleh Gadhra. Kepalanya digerakkan ke arah kanan, melihat Gadhra yang masih menatapnya.
"You are very welcome, Mas."
Gadhra tersenyum. Masih dengan posisi menyandarkan kepala di kursi, laki-laki itu memalingkan pandangannya melihat ke arah langit-langit bandara. Perlahan dipejamkannya kedua matanya, berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya yang masih belum terlalu fit sebentar.
"Kalia,"
Kalia yang masih merebahkan kepalanya melihat ke arah Gadhra yang ternyata sudah memejamkan matanya.
"Waktu tadi gue bilang lo kemaren cantik banget," kata Gadhra. "Gue ga bohong."
****
Kalia dapat merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Dia menggoyang-goyangkan kakinya, kedua bola matanya melihat sekeliling dengan cahaya yang redup. Dipeluknya erat selimut pesawat yang sedari tadi menyelimutinya, sambil berusaha untuk menenangkan dirinya.
Saat ini pesawat yang ditumpangi oleh Gadhra, Kalia, Vira, Dika, dan rombongan lainnya berguncang cukup keras. Cuaca yang tidak mendukung serta hari yang mulai gelap menjadi penyebab dari guncangan itu. Kalia bahkan dapat melihat seorang pramugari yang sedang berkeliling memberikan minuman langsung berjongkok sambil mengamankan air panas yang berada di trolley yang dibawanya.
Lampu di dalam pesawat mati. Hanya ada 2 kecil yang menyala dari dalam pesawat, yang membuat Kalia semakin tidak mampu untuk menenangkan dirinya.
Dilihatnya Gadhra yang duduk di sebelah kirinya, persis di sebelah jendela. Dia masih tertidur. Mungkin karena badannya yang masih belum terlalu fit. Vira dan Dika duduk di kursi yang cukup jauh dengan mereka. Sebelah kanan Kalia- seorang pria yang juga salah satu dari rombongan mereka, hanya diam dibalik kepanikannya.
Dengan tubuh yang masih bergetar, Kalia menggigit bibir bawahnya cukup kencang. Berusaha mengurangi rasa takut yang menggelutinya. Perlahan, air matanya mulai mengalir di pipi perempuan itu. Rasa takutnya naik pesawat semakin memperparah keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart His Heart
Teen Fiction[Proses Penerbitan] I am a big mess, I'm sorry. But this mess loves you endlessly, this mess loves you endlessly for God's sake. | #20 in Teen Fiction, February 24th 2017