37 | What If It Doesn't?

18.3K 2.1K 68
                                    

Secondhand Serenade - Distance

"Dhra!"

Suara Shilla barusan sontak membuat Gadhra tersadar. Dilihatnya Pak Denny yang duduk di sebelahnya, dan Shilla juga Nindya yang duduk di depannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam namun mereka masih berada di ruang meeting, untuk mengejar target mereka yang sudah mendekati deadline.

"Dhra lo kenapa sih?" Shilla melihat Gadhra. "Daritadi ga fokus gitu."

Gadhra bergerak memijat-mijat pangkal hidungnya berulang kali.

"Sorry sorry," katanya pelan, kemudian melihat Pak Denny. "Pak, maaf saya lagi kurang fit aja."

Pak Denny melirik jam tangannya.

"Ya udah," kata Pak Denny. "Kita sampai sini saja dulu. Udah ga kondusif juga."

Ketiganya mengangguk diselingi dengan permintaan maaf Gadhra ke mereka. Gadhra langsung membereskan semua file-nya dan pamit sambil berjalan keluar dari ruang meeting. Dia melirik jam tangannya, lembur lagi. Besok pagi harus ke kantor lagi. Laki-laki itu benar-benar sedang merasa lelah, tangannya bergerak memijat-mijat kepalanya, sambil menunggu pintu lift terbuka.

"Dhra, lo mending istirahat deh." Shilla yang sudah berdiri di sebelah Gadhra mengeluarkan suaranya. "Daritadi kaya orang linglung tau ga."

Gadhra tertawa kecil. "Iya ya?" tanyanya. "Kurang kopi kayaknya gue, tadi ga ngopi emang."

Tiba-tiba Gadhra langsung terdiam. Biasanya kalau tau Gadhra mau lembur seperti ini, sore-sore sebelum Kalia pulang, perempuan itu selalu menyiapkan kopi di meja Gadhra. Entah dia bikin sendiri, atau tiba-tiba dia sudah muncul di ruangan sambil membawa hot cappuccino-nya Family Mart dengan Dolce Latte miliknya di tangan satunya lagi.

"Nih, biar ntar ga ngantuk lemburnya." katanya.

Pintu lift yang terbuka membuat Gadhra tersadar dari lamunannya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift. Ditekannya tombol lift angka 12, kemudian dia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"Eh gue langsung ke lobby ya," Shilla menekan tombol lantai satu. "Tadi udah langsung bawa barang-barang ke atas."

Gadhra dan Nindya mengangguk.

"Dijemput sama laki lo?" tanya Nindya.

Shilla mengangguk.

Gadhra dan Nindya melangkahkan kakinya ke luar lift, sesaat setelah mereka melambaikan tangannya kepada Shilla. Gadhra langsung berjalan ke ruangannya untuk mengambil tasnya, kemudian kembali berjalan menuju lift. Pengen cepet-cepet ketemu kasur, katanya.

"Lo lagi ada pikiran ya Dhra?"

Suara Nindya barusan saat mereka baru saja masuk ke dalam lift membuat Gadhra melihat ke arah perempuan itu.

"Maksudnya?"

Nindya bertanya dengan hati-hati. "Lagi ada masalah?"

Gadhra tertawa kecil. "Kok lo nanya gitu?"

"Ya," Nindya mengangkat kedua bahunya. "Keliatan aja."

Merespon pernyataan Nindya, Gadhra hanya tersenyum kecil. "Enggak, kok."

"Kalia ya?"

Gadhra melihat Nindya. "Hah?"

Nindya tertawa. "Keliatan banget kali lo berdua lagi ada masalah," katanya. "Dan dua-duanya act like nothing's wrong."

Restart His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang