32 | But The Truth Doesn't Always Make A Good Story

19.1K 2.2K 304
                                    

Kodaline - All I Want

Kalia menutup teleponnya dengan Gadhra.

Setelah mendengar perkataan Gadhra yang cukup membuatnya kaget tadi, harus diakui olehnya dia merasakan kecemburuan yang luar biasa. Mencoba untuk tidak marah dan tidak berpikir aneh-aneh sesuai dengan permintaan Gadhra, perempuan itu memberikan Gadhra waktu tiga menit untuk menjelaskan.

Setelah melakukan observasi di kantor cabang Kelapa Gading, Mr. Jayden, kepala cabang di sana yang memang seorang bule—mengajak mereka untuk duduk-duduk di Camden, sebuah bar yang terletak di daerah Gandaria. Karena tidak enak, Gadhra, Shilla, dan Nindya tidak bisa menolak. Mereka berangkat dari kantor cabang sekitar pukul tujuh malam.

Perjalanan dari Kelapa Gading ke Gandaria yang cukup jauh—apalagi di saat rush hour seperti ini cukup memakan waktu. Sekitar jam sepuluh, mereka sudah sampai di Camden dan bertemu dengan suami Shilla yang memang selalu ikut kalau urusan bisnis memaksa mereka untuk ke tempat seperti ini. Gadhra dan Shilla memutuskan untuk nge-beer saja, sedangkan Nindya, suami Shilla, dan si kepala cabang memutuskan untuk open bottle salah satu premium whiskey.

Nindya yang ternyata cepat keosnya kata Gadhra, benar-benar tertidur dan tidak bangun sama sekali.

"Untung maboknya ga nyusahin Kal."

Sekitar pukul satu pagi saat semuanya sudah mau pulang, Nindya masih tertidur.

"Kalo dibangunin cuma ha ho doang terus tidur lagi coba."

Alhasil, karena tidak ada satupun dari mereka yang tau rumah Nindya, dan ktp-nya masih ktp Bandung, Shilla menyuruh Gadhra membawanya ke apartemennya di Kebayoran, yang tidak jauh dari Gandaria.

"Lo gila ya? Kalia bisa ngamuk nanti. Lagian itu apartemen bukan cuma punya gue. Mau dikata apa gue sama temen-temen gue kalo ketauan bawa-bawa orang keos?"

"Ga mungkin ke rumah gue Dhra," kata Shilla. "Gue kan sama mertua, lebih mau dikata apa lagi gue sama mertua gue? Besok gue jelasin ke Kalia deh."

Akhirnya, setelah itu, Gadhra setuju untuk membawa Nindya ke apartemennya.

"Daripada di bawa si Mr. Jayden. Sukur kalo besok dia balik Kal."

Kalia tertawa.

"Sumpah dia aku taro di kamar tamu kok. Kamu kalo mau aku foto, aku foto deh sekarang aku sendirian di kamar."

Setelah pembicaraan itu, Kalia langsung mengangguk paham dan bilang kepada Gadhra kalau dia mengerti, sama persis seperti saat dia melihat Gadhra dalam keadaan mabuk—karena Via beberapa bulan yang lalu, saat dia awal-awal magang. Kalia tidak tahu alamat rumah Gadhra dan berakhir dengan dia membawa mobil laki-laki itu ke McD, menunggu sampai Gadhra terbangun.

"Ntar kalo Mbak Nindya bangun, jangan curhat tentang mantan ya," kata Kalia.

Gadhra tertawa. "Itu mah kita dulu."

Kalia kembali tiduran di kasurnya sambil mengecek ponselnya kembali, karena saat mendengar pengakuan Gadhra tadi dia langsung terduduk di kasur. Senyum kecil mengembang di bibirnya karena dia merasa lega, Gadhra jujur kepadanya. Bagaimana bisa dia tidak mencintai orang seperti Gadhra?

Tapi senyum itu langsung memudar, sesaat setelah dia membaca salah satu chat di ponselnya dari seseorang, yang dikirim pukul satu dini hari tadi.

****

"Morning sunshine! Loh mata kamu kenapa?!"

Restart His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang