A Rocket To The Moon - Baby Blue Eyes
Kedua bola mata Dio memperhatikan perempuan yang duduk di hadapannya dengan seksama. Dia dapat merasakan darahnya mengalir dengan kencang, saat pada akhirnya dia bisa kembali berada di café ini, bersama dengan orang yang sama.
Kalia melirik jam tangan kecil yang melingkar di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk mereka sampai di café ini dari bandara, mengingat jalanan cukup macet karena sedang jam pulang kerja.
Perempuan itu melihat sekeliling, sudah lama rasanya dia tidak kesini. Lebih tepatnya, dia memang menghindari tempat ini. Even a place could bring back thousands memories for you, right? Kalia hanya tidak mau terlarut dalam kenangan itu, di saat fakta yang sebenarnya adalah orang itu tidak lagi sama.
"Kamu keliatan lebih dewasa sekarang."
Pernyataan yang diucapkan oleh Dio barusan membuat Kalia yang sedang melihat sekeliling, mengalihkan pandangannya kepada Dio yang duduk di hadapannya. Dio masih memperhatikan segala yang ada pada Kalia. Rambutnya, cara berpakaiannya, gerak-geriknya, behaviour, serta attitude nya terlihat lebih dewasa.
Kalia tersenyum. Harus dia akui saat ini dia senang berada disini dengan Dio, dan membiarkan dirinya kembali kepada kenangan masa lalunya untuk sebentar saja. Setidaknya mereka pernah merasakan indahnya jatuh cinta satu sama lain.
"Ayah sama Bunda apa kabar Kal?"
Mendengar pertanyaan Dio, Kalia yang tadinya sedang mengeluarkan ponselnya dari dalam tas tersenyum kecil.
"They got divorced."
Dio sontak diam. Tangannya yang sedari tadi memainkan rokok yang dipegangnya diletakkannya di atas meja, sambil mendekatkan asbak dihadapannya dan mematikan puntung rokok itu.
"They did?" tanya Dio pelan. "Kapan?"
Kalia mengangguk. "Baru sih, dua tahun yang lalu kurang lebih."
Jujur saja, Dio cukup kaget mendengar perkataan Kalia barusan. Setaunya, keluarga Kalia merupakan salah satu keluarga yang tidak bermasalah. Tidak bermasalah dalam arti mereka baik-baik saja. Dio tidak pernah mendengar Kalia bercerita mengenai orangtuanya yang ribut besar, kecuali hanya cekcok kecil yang memang sewajarnya dilakukan oleh pasangan.
Dio menatap Kalia. "Are you okay then?"
Mendengar perkataan Dio yang terdengar cukup khawatir kepadanya, Kalia tertawa kecil.
"I'm fine," jawab Kalia. "I'm totally fine. Toh aku masih bisa ketemu dua-duanya meskipun udah beda rumah. Jadi, ya.. Ya udah."
Dio tersenyum kecil. "Boleh aku tanya kenapa?"
Kalia diam sebentar dan mengangkat kedua bahunya. "They're just a human though."
Dio diam. Kedua bola matanya melihat Kalia lekat-lekat. Dia dapat merasakan hatinya sedikit tercekat, bahkan dia tidak tahu apa yang sudah dijalankan oleh Kalia selama ini. Perlahan, tangannya bergerak mengelus-elus kepala Kalia. Dia dapat melihat dengan jelas Kalia yang sedikit tersentak, namun dibiarkannya hingga rasa canggung itu sedikit berkurang.
Perlahan Dio berdiri dari tempatnya duduk. Dimasukkannya ponsel dan dompetnya ke kantongnya, sebelum dia beranjak menuju kasir untuk memesan.
"Dolce Latte, less coffee?" tanya Dio.
Kalia tersenyum lebar dan mengangguk
Dio tertawa kecil. "Always ya," katanya. "Ya udah, aku pesen dulu ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart His Heart
Teen Fiction[Proses Penerbitan] I am a big mess, I'm sorry. But this mess loves you endlessly, this mess loves you endlessly for God's sake. | #20 in Teen Fiction, February 24th 2017