ZAYN, Taylor Swift - I Don't Wanna Live Forever
Suara klakson yang baru saja berbunyi membuat Gadhra sontak membelokkan mobilnya ke kanan. Seorang pria di mobil sebelah kirinya membuka kaca jendela dan menatap Gadhra tajam. Sumpah, saat ini Gadhra sudah sangat malas untuk membuka kaca mobilnya dan berteriak, "Ngapain lo liat-liat? Suka?"
Gadhra tetap menyetir mobilnya sambil berulang kali menelepon Kalia. Oke, harus Gadhra akui kejadian tadi memang salahnya karena dia menyetir sambil melihat ponselnya- yang membuat dia tidak menyadari mobilnya semakin mepet ke kiri.
Berulang kali dia menelepon Kalia untuk menanyakan keberadaan perempuan itu, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya dia memutuskan untuk ke rumahnya saja.
Butuh waktu sekitar satu setengah jam perjalanan Kebayoran - Bintaro di hari Sabtu sore seperti ini. Sekali lagi, Gadhra mencoba menelepon Kalia tapi hasilnya nihil. Kalia memang terkadang suka malas memegang ponselnya kalau di rumah, katanya.
"Aku tuh mager banget Mas megang hp kalo di rumah," kata Kalia. "Tapi semenjak sama kamu jadi enggak males lagi he he lagi gombal nih."
Gadhra tertawa sambil telunjuknya memencet hidung Kalia lama.
"Apaan dah lu gombal ngomong-ngomong."
Jantung Gadhra langsung berdegup dengan cepat saat dia sudah sampai di depan rumah Kalia. Rumah yang hampir... Tiga minggu— mungkin?— ini tidak pernah dikunjunginya. Mengingat terakhir kali dia ke sini, sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya terjadi. Dan sepertinya, hari ini juga akan seperti itu.
Gadhra melangkahkan kakinya menuju pagar rumah Kalia yang terbuka, dan langsung berjalan menuju pintu depan yang terbuka lebar itu.
Benar saja, setelah melihat mobil Dio parkir di depan rumah Kalia, kini Gadhra melihat laki-laki itu sedang berlutut, berlutut di hadapan ibu Kalia, dengan Kahfi yang menggendong Keisha. Dan Kalia, Kalia yang berdiri di sebelah Kahfi melihat Gadhra yang berdiri di depan pintu rumahnya.
****
Matahari di sore hari yang sudah tidak bersinar terlalu terik, menyempurnakan sore itu bagi Kalia yang sedang berkutat dengan skripsinya, sambil duduk di kursi santai halaman belakang rumahnya dengan pemandangan kolam renang di hadapannya.
"Nih," Kahfi meletakkan segelas minuman di atas meja sebelah Kalia. "Orange juice pesenan tuan putri."
Kalia tertawa dan mengucapkan terimakasih kepada Kakaknya yang juga duduk di kursi santai di sebelahnya, dibatasi dengan meja kecil di tengah-tengah mereka.
"Tumben kamu masih di rumah jam segini," kata Kalia kepada Kahfi.
Kahfi tertawa kecil. "Anin lagi ada trip sama orang kantonya," katanya. "Ntar malem paling mau ke Soho, traktiran temen."
"Social House?" Kalia melihat Kahfi.
Kahfi mengangguk. "Mau ikut?"
"Enggak ah, ntar aku cengo doang. Mending skripsian." jawab Kalia sambil tertawa. "Don't drink too much, ntar kamu nyetir sendiri loh."
Mendengar perkataan adiknya, Kahfi tertawa kecil dan mengangguk.
"Itu-,"
"Mbak Kalia!"
Belum selesai Kahfi melanjutkan omongannya, suara pintu kaca yang digeser dan Mbak Tar, asisten rumah tangga Kalia yang satu lagi— Selain Bi Titin— membuat kedua kakak beradik itu melihat ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restart His Heart
Teen Fiction[Proses Penerbitan] I am a big mess, I'm sorry. But this mess loves you endlessly, this mess loves you endlessly for God's sake. | #20 in Teen Fiction, February 24th 2017