"Kenapa spesies cowok kayak lo harus lahir di muka bumi ini? Menyebalkan!"
■□■□■
Tidak!!!
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6.45 menit. Itu tandanya 15 menit lagi Zedney harus sudah sampai di sekolah. Mustahil baginya untuk datang tepat waktu dalam waktu sesingkat itu.
Pak Naryo -sopir rumah- mendadak harus mengantar papahnya pergi ke Bandara karena urusan pekerjaan. Mamahnya sudah berangkat ke kantor sejak setengah jam yang lalu. Sedangkan abangnya, Oki, sudah pasti tak bisa diandalkan sepagi ini. Pasalnya ia baru saja pulang dini hari setelah main dari rumah temannya.
Waktu tak mengizinkan Zedney untuk berpikir lebih lama. Akhirnya dengan modal nekat yang ia punya, cewek itu memutuskan berlari menuju halte bis depan komplek perumahannya.
1 menit..
2 menit..
3 menit..
4 menit..
5 menit bis tak kunjung datang. Wajahnya terlihat semakin panik. Keringat terus mengalir membasahi pelipisnya. Kakinya melangkah kesana kemari untuk mengutarakan betapa panik dirinya. Matanya terus menyapu dari dua arah yang saling berlawanan, berharap agar bis segera datang menjemputnya.Tak henti ia terus merapalkan doa dalam hati.
Semenit setelahnya ia terpaku saat sebuah mobil yang tak asing berhenti tepat di hadapan tubuh cewek itu. Mobil sedan hitam dengan kaca setengah turun yang memaparkan jelas sang pengemudi.
Deg!!!
Serangan apalagi kali ini? Setelah ia dibuat hampir jantungan karena waktu masuknya tinggal hitungan menit, kini seorang cowok tampan dengan mobilnya pun menghampiri tubuh Zedney. Cowok yang benar-benar membuatnya menghayal tujuh tingkatan, Rehan.
"Ayo naik!" Pinta Rehan to the point, karena sepertinya ia sudah tau apa yang ditunggu cewek itu. Dan indahnya lagi Rehan menatap dengan senyuman penuh makna. Siapapun yang melihat senyuman itu bisa dijamin tak akan rela mengalihkan pandangan.
Zedney hanya diam mematung, wajahnya datar tanpa ekspresi. Matanya hanya terfokus pada satu objek, yaitu sang pengemudi.
"Zee ayo naik, nanti kita terlambat!"
Lagi, kata 'kita' kembali disebutnya.
Tanpa banyak berbasa basi segera Zedney masuk ke dalam mobil milik pengemudi tampan itu. Kembali ia pamerkan sederet gigi putihnya ketika Zedney sudah duduk di samping Rehan.
Rehan tak tahan melihat tingkah Zedney yang membuatnya selalu ingin tertawa. Didekat Zedney ia lupa akan segala masalah. Yang ia ingat bahwa ia merasa nyaman di samping cewek itu.
Rehan langsung menginjak gas dan melaju dengan kecepatan di atas batas normal. Zedney yang sebelumnya tak pernah naik mobil dengan kecepatan super kilat seperti ini langsung reflek menarik lengan cowok di sampingnya. Matanya ia pejamkan kuat-kuat.
Rehan kembali tertawa dibalik kemudinya, "Pegangan yang kuat Zee, kalo mau peluk juga boleh kok." Ujarnya bercanda, namun sejujurnya ia serius.
"Ih kak gue takut! Pelanin dikit kecepatannya dong!"
"Kalo gue pelanin yang ada entar telat." Jawabnya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last [Completed]
Teen FictionLo ibarat logika, dan dia ibarat kata hati. Sejauh apapun gue memperjuangkan logika, pada ujung jalan tetap aja ada dia sebagai kata hati gue. Karena pada dasarnya cinta itu tentang kata hati, bukan sebuah logika.