[7] - The Last

5.9K 331 20
                                        

"Alasan lo menangis adalah dia yang lo cinta. Tapi juga harus lo ingat, alasan lo tersenyum adalah gue yang lo abaikan."

■□■□■

Senin, hari pertama untuk sepasang kekasih baru menjajakan kakinya di lantai sekolah. Keduanya berjalan memasuki area sekolah dengan sebelah tangan yang saling terikat. Dan jelas, banyak pasang mata yang menjadikannya pusat di jalan itu.

Cowok itu tersenyum, seakan-akan tak sedikit pun merasa terganggu oleh banyak mata yang menyorotnya. Berbeda dengan Zedney, cewek itu lebih banyak tertunduk memperhatikan jalan ketimbang objek di depannya.

Sampai keduanya berhenti sebab teriakan memekikan yang menyahuti nama Rehan.

"My Rehaaaaaaann!" Kara teriak heboh dengan arah jalan menuju Rehan. Lantas hal itu menjadikan ketiganya pusat, bukan, kelimanya, karena Kara tak pernah lepas dari dua ondel-ondelnya.

"Apa?" Jawab Rehan dingin.

"Kenapa sama dia sih? Lo sendiri tau, selama ini gue lah yang bersusah payah memperjuangkan lo, Han!" Drama dimulai, Kara memperankan adegan dimana dirinya lah yang terlihat paling menyedihkan. Matanya berkaca-kaca, dan hal itu justru membuat Rehan semakin malas meladeninya.

"Dan selama ini juga lo kan tau, gue nggak ada niat sedikit pun buat ke elo!"

Kara bungkam, rasanya kalimat Rehan tadi telah membekap mulutnya secara paksa.

Dan dari ujung koridor, Dinar yang semula hanya tak sengaja lewat ikut berhenti dan menyaksikan drama yang sedang terjadi. Ini bukan dirinya sebenanrnya, yang menjadi kepo tentang urusan orang lain. Tapi menurutnya, ada satu hal yang harus menjadikannya kepo, yaitu tentang Zedney. Menatap datar seakan tak peduli, walau sebenarnya ia sangat peduli.

Sementara Rehan semakin enggan menanggapi drama Kara. Ia menggandeng tangan Zedney dan melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya masing-masing. Tapi sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan yang di lontarkan kilat oleh Kara langsung membuat keduanya kembali menoleh. Bukan hanya keduanya, Dinar dan seisi koridor pun semakin mempertajam pandangan hingga memperlebar pendengaran.

"Terus gimana sama Dena? Gimana hubungan lo sama dia? Katanya lo cuma mau setia sama satu cewek, yaitu dia. Tapi kenapa lo malah bawa masuk cewek lain ke hati lo, Rehan?" Teriak Kara sarkastis.

"Gue nggak bisa bayangin perasaan Dena yang udah dibayang-bayangin oleh kesetiaan, yang udah bertahun-tahun jalin hubungan sama lo dan akhirnya justru ditinggal juga sama orang yang menjanjikan kesetiaan itu!" Ujarnya lagi.

Mata Rehan memerah. Tangannya mengepal keras. Satu hal yang melintas di benaknya saat ini, andai saja Kara adalah seorang cowok, detik ini juga ia habisi dirinya.

Sementara Zedney cukup terkejut atas pernyataan yang diujarkan Kara. Sekarang, sedikit demi sedikit pertanyaan tentang Dena terjawab sudah.

"Tau apa lo tentang gue sama dia? Lo nggak lebih dari seseorang yang mengejar orang yang lo suka dengan cara menghancurkannya!" Suara Rehan terdengar mengeras beberapa oktaf. Sedangkan genggamannya ia eratkan dengan Zedney.

Dan cowok di ujung koridor itu, mendengar jelas semua perdebatan tadi. Tangannya mengepal tak kalah kuat dari Rehan. Ingin rasanya sekarang juga ia tarik Zedney dari lingkaran yang akan membuatnya terluka. Tapi ia sadar, ia hanya seseorang yang tak lain adalah pelindung bisu.

■□■□■

Kelas masih terlihat sepi karena hari ini Zedney datang lebih awal dari biasanya. Dan hari pertamanya sekolah setelah terikat status dengan Rehan,yang ia fikir akan membuatnya semakin semangat justru berbanding terbalik dengan perkiraannya. Setelah kejadian tadi, pikirannya tak lepas dari sosok Dena, dan kisah yang terjadi antara cewek itu dengan sang kekasih. Sampai dirinya tak sadar akan panggilan ketiga sahabatnya yang semakin geram lantas tak juga mendapat sahutan oleh Zedney.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang