[23] - The Last

4.3K 219 1
                                        

"Sekalipun gue harus kehilangan, setidaknya lo tau perasaan gue!"

■□■□■

Benar saja, hanya berselang 15 menit berita kedekatan yang tak biasa antara Zedney dan Dinar sudah menyebar luas diseluruh penjuru sekolah. Tentu saja berita itu juga sudah sampai dititik terdalam telinga Rehan.

Bagaimana tidak, dengan lihai Kara mengupload foto keduanya dimedia sosial sekolah yang paling ter up to date. Dan tak lagi heran kenapa dengan cepatnya berita norak itu menyebar luas.

"Ih sok cantik banget sih tu cewek!"

"Anak baru aja laga nya sok banget ewhh!"

"Oh My God pacar gue dua - duanya diembat?!"

Sekiranya seperti itulah celetukan dari para penggemar The most wanted, Rehan dan Dinar. Untuk kali ini, para fans yang menjudge lebih mendominasi dari pihak Dinar. Dan lagi, Zedney lah yang harus menumpu semua judge dari para hatters, terutama bagi para penentang hubungan itu.

Zedney berusaha menahan amarah yang sudah memuncak ketika melewati koridor menuju ruang kelasnya. Menahan amarah dan malu itu yang utama harus ia lakukan saat ini. Setelah sepenuhnya ia tau apa penyebab pembullyan nya.

Dipertengahan jalan saat tak ada objek yang ia pandang selain jalanan didepannya, pandangannya dipertemukan dengan sosok cewek yang berhasil membuat amarahnya semakin bergejolak. Dengan seringai liciknya ketiga cewek itu bersidekap santai. Dan mereka mulai mengitari tubuh Zedney yang masih mematung dengan laga.

"Ck ck ck, aduh gue heran deh girls, apasih istimewanya ini cewek sampe - sampe The most wanted boy kita kecantol begitu?" Kara memutari tubuh Zedney dihadapan banyak siswa - siswi yang ikut menonton.

"Jangan - jangan..." Meta melanjuti dengan ekspresi yang dibuat seolah - olah ia terkejut.

"Jangan - jangan main pelet lagi, wow!?" Dengan entengnya perkataan itu keluar dari mulut Kara. Diiringi tepukan tangan dari ketiga cewek itu setelahnya.

Dan tepat saat itu juga amarah Zedney benar - benar sudah tak dapat dibendung. Kenapa ia tak bisa menjalani kisah cinta pertamanya semulus cerita - cerita cinta yang lain? Apa ia tak berhak merasakannya? Ini terlalu menyakitkan. Hanya mengotori hari - hari SMA nya dengan warna gelap.

"Cukup!" Bentakan itu membuat banyak pasang mata menatapnya kosong.

"Kenapa disekolah favorit sebagus ini harus banyak menampung para murid tak ber atitude? Omongannya bahkan lebih busuk dari bau sampah! Nggak bermutu!" Zedney menatap cewek dihadapannya itu tak kalah tajam, dan kini sukses dibuatnya melongo tak percaya.

"Ngomong apa barusan? Bisa diulang? Kurang ajar banget ya lo jadi junior, lo nggak tau gue siapa, hah?" Kara tak kalah membentak, membuat perselisihan ini semakin menarik untuk disimak.

"Buat apa menjadi senior kalo nggak bisa memberi contoh atitude yang baik buat juniornya, percuma! Buat apa jadi senior kalo kerjaannya cuma penyebar berita - berita yang tak beralas realita? Apa masih pantas disebut senior jika selalu menjudge para juniornya? Masih pantas?!" Panjang lebar pertanyaan hingga pernyataan itu Zedney lontarkan dengan suara yang dinaiki beberapa oktaf.

Sementara Kara kembali dibuatnya tak berkutik. Begitupun dengan para ondel - ondelnya, Meta dan Adel. Kata - kata Zedney barusan sepertinya membuat harga dirinya sebagai senior hits SMK Nusantara telah terinjak begitu saja. Malu menyelimuti ketiganya.

Zedney puas dengan perkataannya yang menggebrak tiga senior didepannya saat ini tanpa kekerasan fisik maupun kalimat. Matanya tersenyum, meski tak diikuti senyum dibibirnya.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang