[32] - The Last

4.3K 215 8
                                        

"Karena rindu itu berat. Jadi jangan menciptakan rindu berkepanjangan diantara kita!"

■□■□■

Miniatur popeye dan olive sudah terbungkus rapih oleh papper bag berwarna coklat muda. Digenggam sang pemilik erat-erat setelah melewati beberapa fase menyebalkan. Pasalnya, ketiga sahabatnya itu terus saja mendumal ketika Zedney tak henti-henti menghampiri berbagai toko berbau cowok. Mau tak mau ia harus menyumpal ketiga mulut itu dengan sebuah ice cream.

Memang, Zedney pun mengakui, dirinya sendiri merasa lelah ketika hampir semua toko berbau cowok telah ia hampiri. Dari berbagai jenis toko, tak ada satupun barang yang menyentuh hatinya. Hingga ketiga sahabatnya harus pasrah dan merelakan kakinya yang pegal untuk melanjutkan pencarian ke toko yang lain.

Sampai akhirnya disebuah toko terakhir, sebuah miniatur lucu berbentuk tokoh kartun popeye dan olive telah singgah dihatinya. Membuat cewek itu tersenyum tiada henti, memundurkan beberapa langkah ingatan, mengingat sebaris kalimat yang terlontar dari mulutnya untuk sang kekasih.

I love you more than olive love popeye.

Kalimat sederhana yang saat itu membuat Dinar pun tiada henti tersenyum. Menggenggam erat tangannya seperti tak ingin dilepas sedetikpun. Menatap manik mata seorang bidadari cantik yang juga mengulas senyum manisnya.

And I need you like plankton need formulas crabby patty.

Seketika lamunan itu buyar dengan adanya Vanya menarik ujung rambut Zedney. Membuat cewek itu meringis meski tarikan itu tak seberapa. Hanya saja Zedney merasa terkejut.

"Hello mbak cantik, ngelamun aja deh lo!"

"Tau nih, mikirin apa sih? ayang beb?" Sambung Giselle membenarkan letak kaca mata kuda yang bertengger diatas rambut hitamnya.

"Kepo deh anda, hahah."

Sementara itu Dhera terlihat meringkukkan badan sambil memegang perutnya, "aduh girls, gue nggak kuat sumpah deh!"

Dan saat itu juga ketiganya menatap panik Dhera yang terlihat kesakitan. "Lo kenapa ra?

"Aduh.."

"Jangan aduh-aduh mulu, gue nggak tau lo kenapa ra!"

"Gue laper anjirr!"

"DHERAAA!!!" teriak Vanya kesal karena sikap Dhera yang membuatnya panik setengah mati. Tidak, itu terlalu lebay.

Sementara Zedney dan Giselle sama-sama memberikan tatapan membunuhnya. Dan hanya dibalas cengiran tanpa dosa oleh si pelaku.

Setelah meminta maaf dan tak ingin ketiga sahabatnya tenggelam dalam rasa kesal, Dhera mengiming-imingkan traktiran. Seketika semua wajah itu terlihat berbinar dan tanpa ampun menarik jail tangan Dhera kesebuah restoran bernuansa Jepang.

"Eh eh apa deh narik-narik gue kesini?" Dhera menahan langkah kakinya agar tak masuk kesebuah restoran besar yang pasti akan langsung menguras kantongnya.

"Katanya mau nraktir, yaudah kita makan." Ucap Zedney heboh.

"Ya nggak disini juga, gila kali dompet cantik gue langsung nangis entar!"

"No no no Dhera! Intinya kan lo mau nraktir, dan kita mau makannya disini, oke?" Ujar Giselle dan langsung menarik lagi lengan Dhera dibantu Vanya dan dikomandoi Zedney.

■□■□■

Pukul lima sore, sebuah mobil sedan mendarat mulus disamping mobil sedan lainnya yang terparkir dihalaman rumahnya. Dahi cewek itu berkerut, mengenal mobil yang kini berada disampingnya tanpa terhalang apapun.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang