[25] - The Last

4.4K 246 5
                                    

"Jangan mendekat jika lo hanya jadikan gue pelampiasan!"

■□■□■

Tak mau dipandang lemah hanya karena seorang cowok, meski kenyataannya memang sebegitu pahit. Zedney menghapus setiap bulir air mata yang meninggalkan bengkak dimatanya. Mencoba tersenyum, meski senyuman itu hanyalah kedok untuk menutupi semua kesakitan yang ia rasa.

Ia menatap pantulan dirinya dalam cermin toilet sekolah. Terlihat baik - baik saja dengan pemalsuan senyumnya.

Lantas dirinya keluar dari toilet yang sempat menjadi saksi atas tangisannya yang tumpah melimpah. Beriringan bersama pasangan kaki lainnya menuju ruang kelas.

Waktu istirahat menyisakan beberapa menit lagi dan ruang kelasnya saat ini masih terbilang cukup sepi. Dan ia temukan tiga perempuan cantik yang tersenyum penasaran kearahnya. Baru saja ia mendarat dibangkunya, pertanyaan langsung menggema, "Zee, gimana?"

Yang didapat hanyalah sebuah senyuman. Membuat ketiga cewek itu terpaut heran. Dan mungkin, mereka paham.

"Are you okay?" Tanya Vanya memastikan, meletakan sebelah tangannya dibahu cewek itu.

Zedney tersenyum sendu. Sekali lagi, ketiganya paham. Bahwa sahabatnya itu tak sedang baik - baik aja.

"I'm okay!" Lirihnya.

Sentuhan lembut dibahu Zedney membuat pertahanannya untuk tak menangis lagi roboh seketika. Bahkan untuk menahan tangisnya saja ia tak mampu. Sesakit inikah rasanya?

Ketiganya bersitatap ketika melihat Zedney yang kembali tenggelam dalam isakan. Turut merasakan kepahitan yang dirasa sahabatnya itu, meski mereka pun belum tau yang terjadi.

■□■□■

Pulang sekolah petang ini harus ditemani oleh sang gemericik air yang membasahi tanah. Ditambah kesunyian ketika dirinya hanya seorang diri terduduk dihijaunya hamparan rumput yang luas. Menatap air didepannya yang terlihat ikut menari sebab hadirnya hujan.

Seragam sekolah sudah seutuhnya basah. Tapi ia masih bertahan dibawah air hujan itu.

Hujanlah yang membuatnya jauh lebih merasa tenang. Hujanlah yang mampu menyembunyikan air matanya. Hujanlah, dengan itu ia tutupi kesedihannya.

Sampai lamunannya buyar ketika ia hampir saja terlonjak melihat sosok disampingnya. Sebuah topeng marshmellow tiba - tiba saja sudah ikut duduk disampingnya. Menyembunyikan identitas sang pemilik.

Zedney masih terpaut heran melihat orang disampingnya yang tak kunjung membuka topeng itu. Dan selembar kertas dengan sebaris kalimat diserahkan olehnya. Dibawah gemericik hujan yang masih menari, dan perlahan tinta yang tertuliskan diatas lembar putih itu semakin memudar, Zedney mulai membaca.

Sekali - kali kalo mau nangis ke gue aja, jangan ke hujan mulu, nanti lo sakit! ~

Dan tepat diakhir kata sang pemilik kalimat itu melepas topeng yang ia kenakan.

Seketika raut berubah menjadi sangat sulit ditebak, entah senang ataupun marah. Kembali melengoskan pandangan kehamparan air dihadapannya tanpa lagi memperdulikan cowok itu.

Sempat terjadi keheningan, hanya gemericik air yang terdengar. Rasanya jadi canggung seperti ini.

"Zee"

Tak ada jawaban.

"Zee"

Lagi.

"Ck, denger gue nggak sih lo nyet!"

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang