[21] - The Last

4.6K 239 13
                                        

"Kali ini semoga logika gue nggak salah memilih, karena gue telah merelakan kata hati untuk sebuah logika."

■□■□■


Waktu seakan berhenti berputar, menjadikan dua orang yang sedang beradu tatap seperti lagi melakukan Mannequin Challenge. Menatap datar cowok yang sedang memberinya tatapan rindu tak jauh di depannya.

Ketika kedua pasang mata itu disatukan, saat itu juga Zedney membuang tatapan matanya kearah lain. Membuat Rehan mengernyitkan dahinya, namun ia paham.

Hanya sesaat sampai Zedney melajukan langkah kakinya mendekat kearah Rehan. Sedangkan Rehan masih terlihat kikuk dengan bucket bunga di tangannya.

Ketika menatap manik mata cewek yang kini sudah duduk di sampingnya, terlihat jelas terisi oleh kepiluan. Membuat Rehan makin tak enak hati. Lantas dia langsung mengeluarkan senyum hangat dan menyerahkan bucket bunga itu tepat diatas telapak tangan Zedney.

Zedney menolehkan wajahnya dan mengulas senyum. Meski bila dihitung, hanya seperkian detik senyuman itu tertata di wajah cantiknya. Lalu suasana kembali hening seperti semula.

Masing - masing masih asik mengolah kata di dalam otaknya. Belum ada yang berani menyahutkan suaranya. Sampai suatu tangan terulur menggenggam lembut tangan mungil yang tergeletak lemas di atas paha.

Zedney menoleh, sesaat ketika mulutnya yang akan mengucapkan kata langsung dipotong oleh kalimat perdana Rehan malam ini.

"Aku tau, nggak seharusnya aku minta maaf untuk yang kesekian kali sama kamu, setelah semua rasa sakit yang akhir - akhir ini menelan kepercayaan kamu sama aku. Tapi kamu harus tau, aku sayang sama kamu!" Kalimat itu meluncur dengan mulusnya dari mulut Rehan. To the point tanpa embel - embel yang lain.

Zedney masih diam, mencoba mentelaah setiap kata demi kata yang diucapkan kekasihnya itu.

"Dia, seperti yang kamu tau dan seperti yang kamu lihat, memang kembali. Tapi bukan berarti juga kembali ke dalam hidup aku. Please Zee, you are my girl, and you know if I love you more than others. Trust me, please!" Rehan mencoba meyakinkan kekasihnya itu untuk tetap mempertahankan hubungan yang baru terjalin seumur jagung ini.

Zedney masih diam. Menatap lekat mata cowok yang kini juga sedang menatap sendu kearahnya. Dari mata itu, Zedney mencari, berharap menemukan kesungguhan yang barusan dikatakan kekasihnya itu.

"Please say something Zee!"

Setelah membisu dalam beberapa waktu, Zedney memejamkan kedua matanya. Menarik dalam nafasnya, dan menghembuskannya gusar. Membuat cowok di hadapannya saat ini mengerti jelas perasaan cewek itu.

"Kak," jeda, "Kak Rehan juga harus ingat, ketika kepercayaan yang dikasih seseorang itu dipatahkan, meski hanya sekali oleh kesalahan kecil, tetap aja kepercayaan itu udah nggak seutuhnya bisa kembali dipercaya dengan baik. Dan bayangkan kalo kesalahan itu adalah kesalahan besar!"

"Aku, berusaha untuk selalu percaya sama semua yang kak Rehan lakukan, dan kak Rehan katakan. Tapi, setelah kepercayaan yang aku kasih untuk kali kedua juga dipatahkan oleh kakak sendiri, rasanya hanya akan menjadi nggak guna jika aku kasih kepercayaan yang ketiga." Suaranya bergetar, namun Zedney masih mampu menahan bulir air mata yang akan segera menetes.

Rehan semakin menggenggam erat sebelah tangan Zedney. Dari genggamannya itu mengisyaratkan agar Zedney tetap berada disisinya. Tidak untuk pergi.

Perkataan Zedney barusan membuat nafas Rehan seolah - olah tercekat di kerongkongannya. Tersirat makna ingin melepaskan hatinya dari Rehan. Dan Rehan, tak ingin itu terjadi.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang