"Everything will gonna be alright, dear!"
***
Semalaman penuh setelah ia kembali dari perjalanan singkat dengan Dinar, tak sekalipun pikiran tentang perpisahannya besok hilang. Pikiran akan kesedihan yang memburu besok terus aja berkelana di dalam otaknya. Walaupun tak henti pula untuk dia terus meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Itu hanya sementara, mereka akan kembali tanpa jarak yang kan membentang lagi.
Jarum tepat menunjuk pukul setengah satu dini hari, tapi kelopak matanya belum juga mau menutup. Pikiran tentang cowok itu masih saja berkecamuk.
"Oh god!" Umpatnya.
Ia mencoba berbagai cara agar matanya itu segera mengantuk dan tertutup. Mencoba seperti yang kartun favoritnya lakukan, saat spongebob berlari mengitari tempat tidurnya, hingga minum susu dimalam hari. Hingga satu jam terlalui dan tubuhnya merasa lelah dengan sendirinya, akhirnya ia terlelap asal diatas kasur sambil memeluk boneka lilo stich pemberian Dinar.
***
Detik, menit, jam terus berputar, hingga terbit fajar cewek yang masih terlelap dibalik selimutnya enggan untuk bangkit. Padahal dari tadi gedoran pintu dari arah luar kamarnya semakin menaikan oktaf suara. Tapi Zedney justru menyelipkan kepalanya diantara bantal dan kasur.
"Kebo banguuuuuuun!" Teriak Oki tak henti menggedor daun pintu kamar adiknya itu.
"Adikku yang cantik bangun atau gue bor pintu kamar lo!" Teriaknya lagi.
"Anjir, kebo banget adek gue!" Umpatnya pelan seperti desiran angin.
Ini sudah pukul setengah sembilan siang, sedangkan Dinar take off pada pukul sepuluh siang. Dan Zedney masih terlelap dibalik selimutnya dan enggan untuk bangun. Sedangkan dari setengah jam yang lalu, Oki tak henti bersusah payah menggedor pintu kamar adiknya itu. Dari setengah jam yang lalu pula Dena dan Rehan setia menunggu sahabatnya itu di ruang tamu rumah Zedney.
Setelah gigi mulai bergemulutuk dan rahang mulai mengeras, Oki menuruni anak tangga dengan kesal. Menemui dua orang sahabat adiknya yang juga terlihat mulai gelisah.
"Gimana bang?" Tanya Dena setelah saja Oki sampai pada anak tangga terakhir.
"Gue ngga sanggup lagi dah. "Oki mengangkat kedua tangannya tinggi berlaga menyerah.
"Aduh bang, jangan nyerah dong, kita coba lagi ya sama-sama?" Bujuk Dena tak mau kalah.
"Adek gue itu kebo masyaAllah, mending lo berdua gih naik biar tau kebo nya adek gue." Ujar Oki mempersilahkan kedua sahabat adiknya itu untuk naik.
Keduanya langsung saja menaiki undakan anak tangga setengah berlari. Sesampainya di depan daun pintu yang masih tertutup rapat, ia mulai menggedornya. Awalnya perlahan, namun tak kunjung dibuka hingga gedoran itu benar-benar membuat orang dibaliknya merasa keberisikan yang amat sangat.
Dengan gontai Zedney bangkit dan membuka knop pintu kamarnya. Terkejut ketika mendapati Rehan dan Dena dengan wajah kesalnya berdiri tegak dihadapan cewek itu.
"Lah, lo?"
"Anjir banget lo kebo, udah sana cepet mandi ngga usah banyak tanya atau kita tinggal!" Kesal Dena menaikan beberapa oktaf suaranya.
"Lah apasih, gue baru bangun tiba-tiba disuruh mandi?" Jawabnya setengah sadar.
"Asdfghjkl ZEDNEY SEKARANG JAM SEMBILAN KURANG! PACAR LO TAKE OFF JAM SEPULUH!" Rehan tak kalah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last [Completed]
Ficção AdolescenteLo ibarat logika, dan dia ibarat kata hati. Sejauh apapun gue memperjuangkan logika, pada ujung jalan tetap aja ada dia sebagai kata hati gue. Karena pada dasarnya cinta itu tentang kata hati, bukan sebuah logika.