[26] - The Last

4.2K 233 7
                                    

" Jangan jadi kekanakan untuk menjadikan masa lalu itu sebagai musuh!"

■□■□■

Usai kejadian kemarin siang Rehan belum menampakan diri dihadapan cewek yang memakai sweater pink bergambar panda. Padahal Zedney habiskan waktu malamnya hanya sekedar untuk menunggu notif dari cowok yang masih menggenggam status sebagai kekasihnya. Tapi notif yang diharapkan tak pernah ada hingga saat ini. Sepengecut itukan cowok itu? Sampai ia dengan santainya menggantung hubungan yang secara kasat mata sudah berakhir.

Berbagai pikiran tak mengenakan pun mulai memaksakan masuk. Meski Zedney sudah lebih mengikhlaskan untuk melepas Rehan, setidaknya hubungan yang terjalin hampir 3 bulan ini juga harus berakhir dengan baik - baik. Tapi yang ditunggu pun tak kunjung menghampiri setelah semua rasa sakit yang ditinggalkannya.

Zedney sempat terlihat frustasi dipembuka harinya ini. Padahal bel tua tanda masuk aja belum berdering. Sejujurnya, perasaannya sudah jauh lebih baik dari hari kemarin. Ia juga sudah tak mempermasalahkan lagi atas semua yang sudah terjadi, tapi ia cuma mau kejelasan yang lebih nyata dari Rehan.

Akhirnya setelah berdiam cukup lama ditaman sekolah, ia bangkit dan berjalan menuju ruang kelasnya. Bersikap seolah - olah semuanya baik - baik saja. Dan ia, tersenyum.

Kehadirannya dikelas langsung disambut senyuman hangat dari para malaikat cantiknya. Merekalah, salah satu alasan untuk Zedney selalu ingin berpijak disekolah ini.

"Pagi malaikat - malaikatku!" Senyum balasan nan cantik ia ulas untuk ketiga sahabatnya itu.

"Morn Zee!"

"Pagi cantikku!"

"Kita nantikan senyuman lo hari ini dan seterusnya, oke?"

"Oke!" Zedney menunjukan sederet giginya.

Lalu semuanya kembali melanjutkan aktifitas yang sempat terhenti tadi. Diantaranya Vanya yang sedang asik dengan buku contekan dimeja, Giselle yang terpaku pada novel digenggamannya, dan Dhera yang tersenyum seorang diri ketika menatap layar ponselnya. Tak luput, Zedney yang tak sengaja menemukan selembar kertas dikolong meja yang baru saja ia periksa. Kertas yang bertuliskan,

Zee, kita butuh bicara baik - baik ya, aku tunggu ditaman jam istirahat.

- Rehan

Hatinya bergetar namun ini lebih baik dari tadi. Setidaknya cowok yang ditunggunya itu bertindak sebelum Zedney yang memulai.

■□■□■

Setelah melewati beberapa pelajaran pada jam pertama, bel tua yang selalu dinantikan pun berdering. Dua cowok yang berada didalam satu bangku dan meja panjang pun melangkahkan kakinya beriringan keluar kelas.

"Duh kan gue jadi keringet dingin gini!" Rehan memperlambat pergerakan kakinya yang semula cepat.

Dinar yang menyadari hal itu lantas berhenti, "Bisa kok bisa, udah cepet ntar dia nunggu!"

"Bisa mati maksud lo?"

"Lo kebanyakan nonton final destination sih jadinya tambah sengklek!"

Rehan menempatkan langkah kakinya tepat didepan Dinar yang tengah berhenti. Menatapnya penuh keseriusan.

"Gue harus mulai ngomong dari mana nih? Ngeri mendadak gagu kan repot!"

Dinar mendengus kesal mendengar pernyataan sahabatnya yang semakin gila darinya. Mendorong pelan bahu itu sampai sedikit menjauh kebelakang.

"Ya apa ge, minta maaf terus lo jelasin bla bla bla! Udah cepet ntar keburu masuk lagi, jadi greget kan gue!"

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang