"Gue pengen ngelak, tapi hati gue menolak. Karena nyatanya bersama lo lebih nyaman dari pada sama doi."
■□■□■
Bel istirahat berdenting beberapa saat yang lalu, tanda berakhirnya mata pelajaran ke dua. Tanpa aba-aba suasana kelas berubah ribut dengan beberapa yang berbondong ke meja Zedney. Ke tebak bukan apa yang dilakukan mereka? Memang banyak yang mengucapkan selamat kepada cewek itu atas hubungannya drngan Rehan. Tapi, tak sedikit pula yang terang-terangan menatapnya tak suka.
"Anjir Zee, gue kira cuma berita hoax!"
"Gila gila sumpah gila lo! Keren anjir!"
"Ciee selamat ya Zedney!"
"Eh tunggu lah, lo jangan lupa sama PJ nya okee?"
"Selamat cantik!"
Sekiranya seperti itulah lontaran ucapan dari teman-temannya yang mungkin mendukung hubungannya.
Setelah tak lama meladeni ucapan teman-temannya, Zedney dan ketiga sahabatnya langsung bergegas menuju kantin. Karena sesuatu sudah mulai konser dengan suara yang nyaring dari perut masing-masing. Mereka merasakan itu.
Setibanya di kantin, Giselle menuntun ke salah satu meja yang berada di tengah ruangan. Lantas mereka langsung duduk manis. Dan senyum pun merekah ketika sesuatu berbau gratis menanti ketiga cewek itu.
"Pada mau makan apa?"
"Yuhuuu di traktir Zedney!!" Heboh Dhera membuat sedikitnya pengunjung kantin melihatnya datar.
"Eh husshh! Jangan heboh kenapa sih, Ra?" Zedney menegurnya.
"Eh hahah, maaf Zee maaf! Yaudah yaudah gue mau baso yaa?" Cewek itu meyengir seakan tanpa dosa. "Sama es jeyuk oke?"
"Kalo lo berdua apa?"
"Gue baso sama jus mangga aja ah."
"Aja? Itu udah sepaket ya makanan minuman, nggak boleh lebih!" Zedney sempat memasang wajah serius sebelum akhirnya terkekeh pelan. "Lo apa Nya?"
"Gue samaain kayak Giselle aja."
"Oke tunggu!"
Zedney bergegas menuju salah satu warung setelah mendapatkan menu untuk disantapnya hari ini. Sementara dirinya yang sedang mengantri, terlihat Rehan menghampiri ketiga sahabatnya tanpa sepengetahuan cewek itu.
"Halo, siang!" Sapa Rehan tampak berbasa-basi.
Ketiganya sempat saling melempar tatapan datar, sebelum akhirnya kembali menatap sosok cowok di hadapannya. "Siang!" Balasnya serentak, namun terdengar nada sumringah.
"Ehmm," jeda, Rehan tampak menatap sesaat punggung Zedney yang masih mengantri. "Nanti abis makan, tolong bilangin Zedney ya, temui gue di taman belakang, oke?"
Di akhir kalimat tampak sebuah pertanyaan. Namun tanpa perlu lagi mendengar jawaban itu, Rehan melemparkan senyum pesonanya sambil berlalu meninggalkan ketiga cewek yang langsung tercengang.
"Anjir, gant-- aww!" Dhera merintih saat merasakan lengannya panas sebab cubitan Giselle. "Apasih sel-- eh Zedney!" Lanjut cewek itu kepada Giselle, namun sadar ketika Zedney sedang meletakkan makanan di atas meja.
"Kenapa Ra? Kok lo kayak kaget gitu?"
Aduh mati, ember banget sih ini mulut, Dhera merutuki mulutnya sendiri yang suka ceplas-ceplos.
"Eh gapapa kok say, tadi gue abis ngelamun, jadinya agak kaget gitu." Ujar Dhera membela diri.
"Oh kirain apa, yaudah makan dulu nih!"
![](https://img.wattpad.com/cover/92153572-288-k677712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last [Completed]
Roman pour AdolescentsLo ibarat logika, dan dia ibarat kata hati. Sejauh apapun gue memperjuangkan logika, pada ujung jalan tetap aja ada dia sebagai kata hati gue. Karena pada dasarnya cinta itu tentang kata hati, bukan sebuah logika.