[17] - The Last

4.2K 255 1
                                        

Rumah Masa Depan ~

Zedney melongo saat melihat tempat yang dipijaknya saat ini. Untuk apa Dinar mengajaknya ke tempat ini? Apa ini tempat tongkrongan sehari-hari Dinar? Apa Dinar adalah cowok horror yang mengajaknya bolos untuk nongkrong di kuburan? Karena dia kan cowok gila?

Pertanyaan konyol.

Zedney membalikan arah tubuhnya yang membelakangi Dinar. Menatap cowok itu dengan tatapan bertanya, tanpa suara. Sinyal hati keduanya ternyata kuat.

"Gausah nanya, ikut gue!" Cowok itu melangkahkan kakinya lebih dulu dengan ekspresi bukan lagi bercanda.

Melihat perubahan pada raut Dinar membuat cewek itu sedikit takut dan penasaran. Bahkan ia tak lagi berani mengatakan kalimat lainnya dan langsung mensejajarkan langkahnya dengan Dinar. Zedney hanya diam ketika Dinar membeli 2 batang mawar putih. Sepertinya kali ini bukan candaan, ini serius.

Siapa yang meninggal?

■□■□■

Mobil sedan hitam mendarat sempurna di parkiran sekolah semenit sebelum gerbang ditutup. Wajah cowok yang menggenggam kuat stir itu dingin dan tegang. Ia tak kunjung keluar dari mobilnya.

Dena yang melihat tingkah Rehan seperti ini rasanya sangat ingin memeluknya seperti dulu. Ketika dulu kekasihnya marah, Dena selalu siap untuk memeluknya. Tapi itu, hanya dulu.

"Rehan." sapa lembut Dena. Nadanya terdengar begitu hati-hati.

"Keluar." Jawab sengit cowok yang masih duduk dibalik bangku kemudinya.

"Kamu..."

"Keluar."

Ya, masih sama. Cowok keras kepala. Memori demi memori kembali naik ke permukaan seiring waktu berjalan. Entah membuat rasa rindunya perlahan menghilang atau justru mengantarkan rindu yang baru.

Sedetik sebelum Dena turun dari mobil hitam itu, ia menatap sendu cowok di sampingnya. Kalimat yang menjadi penutup pagi hari ini, ia suarakan dengan lembut. Selembut air mata yang mengiringi kalimat itu.

"Meski dulu bukan berarti hanya dulu. Aku masih sama, yang berubah hanya kamu."

Senyum mengulas ketika setetes air mata terjatuh. Karena senyum itu adalah palsu. Senyum yang hanya ia jadikan kedok dari serpihan luka hatinya.

Dan ini adalah hari pertama ia kembali masuk ke sekolah tersayang ini, SMA Nusantara. Sepertinya tak cukup jika langkahnya hanya diiringi rasa senang dan rindu, malu pun melonjak ketika ia sadar, matanya sembab sebab kejadian tadi.

Di koridor yang gelap Dena berjalan seorang diri. Diterpa sang sinar mentari yang menyeruak lewat sepilah celah kecil. Ternyata sudah banyak yang berubah, bukan hanya Rehan.

Berbagai ekspresi terpampang jelas di tepi koridor yang ia lewati. Jelas saja, pasang mata mana yang tidak kaget melihat sosoknya kembali menjadi penghuni sekolah ini. Karena sebagian besar dari mereka tau siapa itu Dena Nadhira.

Ya, meski dulu bukan berarti hanya terjadi dulu. Mulai hari ini semua akan kembali ia jalani seperti sedia kala.

Langkahnya memasuki ruang kelas yang bergema lantaran guru tidak ada, dan seluruh penghuni kelas itu dibuat tercengang dengan kehadirannya. Stop, semua diam, semua mencerna pandangannya masing - masing.

"Dena?"

"Lo Dena?"

"OMG Dena Nadhiraaaaa!"

Dan seketika itupun kelas jauh lebih bergema dengan kedatangan sosok lama. Yang cewek memeluknya dengan tatapan rindu. Yang cowok? Pengen sih, tapi nanti ditabok Dena.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang