[19] - The Last

4.7K 274 3
                                        

"Silahkan pilih, ini pilihan bebas, lepaskan atau pertahankan?"

■□■□■

"Setelah itu, lo yakinkan perasaan cinta lo untuk memiliki itu buat gue atau dia, dan perasaan cinta lo yang kadarnya jauh dibawah rasa lo ingin memiliki itu buat gue atau dia! Bebas, semuanya cuma tergantung lo Han, jangan menahan keduanya untuk lo miliki, karena salah satunya pasti akan tersakiti!"

Kata - kata yany tepat menampar ulu hati Rehan. Membuat cowok itu kembali berperang dengan otaknya. Mencerna setiap kata demi kata yang melesat dari mulut Dena.

Matanya menatap lekat pasang mata milik Dena. Mencari makna yang tersirat dari manik mata itu. Ada sesuatu disana. Sesuatu yang ternyata adalah jawaban dari pertanyaan hati Rehan. Sesuatu yang selama ini membuatnya ingin selalu mempertahankannya, disamping egonya yang jauh bertolak belakang.

"Na." ucap Rehan lembut. Dari sorot matanya menunjukkan dirinya sedang berperang melawan hati.

Dena hanya menjawabnya lewat senyuman. Baik dirinya sendiri maupun Rehan sebenarnya tau, senyuman itu palsu.

Dan ia siap mendengar apapun yang menjadi keputusan Rehan. Karena ia juga tau, bahwa cinta tak harus memiliki. Dan satu lagi, tuhan tau, dan dia tau, apa yang menjadi miliknya, sejauh apapun terpisah dia akan tetap kembali kepadanya.

"Maaf, gue belum bisa melepas Zedney!"

Plaak!!

Suaranya memang lembut. Ibarat ulat sutra, yang katanya lembut namun tetap saja menggelikan. Dan itu sama dengan kalimat Rehan barusan. Suaranya lembut, tapi entah kenapa rasanya menggelikan bagi Dena. Ingin rasanya cewek itu tertawa sekeras mungkin sekarang. Tertawa untuk menutupi air matanya yang akan segera mengalir deras.

Dena tersenyum simpul, namun tetap saja mata tak mampu berbohong. Rehan lihat itu, kesedihan yang sempurna tersirat di dalamnya. Tapi ia pun tak lagi bisa melakukan apa - apa setelah ucapannya tadi.

Meskipun ia menyadari, perang antara hati dan ego nya tadi, telah dimenangkan oleh ego. Yang artinya, jauh dilubuk hatinya yang dalam, ia masih mencintai Dena seperti dulu. Rasa itu masih sama. Namun ego untuk memiliki Zedney menepis hatinya untuk Dena. Membuat rasa untuk melepas Zedney menjadi menakutkan. Dan akhirnya, mempertahankan Zedney, melepaskan Dena.

■□■□■

Kini kedua orang yang berada diatas kemudi motor tengah melaju melawan teriknya matahari siang bolong ini. Setelah melakukan ziarah dan bercerita singkat tadi, Dinar mengajak Zedney yang masih menggunakan seragam batik dan abu - abunya ke sebuah tempat, yang tak diberitahu Dinar sebelumnya.

"Ini mau kemana lagi?" Ujar Zedney tepat disamping telinga Dinar yang tidak dilapisi helm.

"Haah!" Cowok itu berteriak asal.

Ih budeg banget sih ni orang. Untung ganteng, ehh.

"Budi banget sih lo!" Zedney tak kalah memamerkan teriakannya yang memekikkan telinga Dinar.

"Lo mau bawa gue kemana lagi?" Katanya lagi.

"Oooh."

"Jangan oh doang kunyuk!"

Cowok yang masih beradu dengan jalanan hanya bercengir ria. Benar - benar menunjukkan ekspresi tanpa dosa nya. Dan tentu membuat Zedney dibalik bahunya semakin menggeram gemas.

Sampai keduanya memasuki sebuah komplek yang menjajarkan rumah - rumah berukuran besar. Dari jalanannya saja, Zedney sudah mengenalinya. Dan matanya menatap datar ketika sebuah rumah yang sebelumnya juga pernah ia kunjungi kini ada dihadapannya.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang