[16] - The Last

4.6K 267 3
                                        

Berlari dari Rehan itu rasanya seperti berlari dari kenyataan. Kenyataan yang mengantarkan kepada rasa sakit. Kenyataan yang mengantarkan kepada serpihan luka. Kenyataan yang mengantarkan kepada air mata.

Kenyataan yang menghancurkan!

Sejauh apapun dirinya berlari, semua akan tetap sama. Tak bisa mengatur mundur sang waktu. Tak bisa menghapus pandangan itu.

Andai aku bisa meminta, tolong jangan biarkan pandanganku menatapnya. Biarkan semua terjadi dibelakangku, tanpa sepengetahuanku.

Diapun lebih rela seperti itu. Biarkan saja, daripada hatinya semakin terluka.

Ditengah lari, sepenggal tangan mengambil sepenggal tangan dirinya. Menariknya namun Zedney segera menepis kencang. Menatap tajam cowok itu. Rehan.

"Jangan ikutin aku!" Ujar Zedney berusaha menahan suaranya agar tak menjerit.

"Zedney aku mohon kamu jangan salah paham dulu!"

"Aku berusaha untuk gak selalu salah paham sama kakak, tapi nyatanya kakak sendiri yang selalu matahin itu semua!" Ia tak kuasa menahan air matanya meski ia selalu menolak untuk terlihat menyedihkan di hadapan Rehan. Bahkan Zedney juga sudah tak menghiraukan pasal waktu masuk sekolahnya yang tinggal menghitung menit. Semua berantakan, karena dia. Rehan.

Rehan terlihat sangat frustasi, ia mengacak kasar rambutnya dan kembali menatap dalam mata Zedney. Sedangkan yang ditatap hanya menatap sendu ke aspal jalanan bawah.

"Baru tadi malem semuanya kembali...."

"Dan ternyata semua yang terjadi tadi malem itu cuma omong kosong yang kakak kasih ke aku, Iya kan!?"

Semua semakin rumit. Sepertinya tuhan sengaja mengembalikan Dena agar Rehan tak lagi membohongi perasaannya. Membohongi Dirinya. Dan tanpa sadar membohongi Zedney.

Serpihan luka juga mengerat dilingkup hati Dena Nadhira. Ketika ternyata ia keluar dari mobil dan menyaksikan perselisihan antara Rehan dan seorang cewek yang tak ia kenal dari jarak yang jauh.

Silahkan katakan dia egois, setelah apa yang akan Dena lakukan setelah ini.

■□■□■

Apa ada sejarahnya jika hari ini merupakan hari terlambat nasional? Terlalu lebay emang. Tapi itu memang nyata. Nggak ada kata janjian diantara semuanya. Atau bahkan emang hati mereka aja yang saling saut menyaut dalam diam, ketika Dinar juga terlambat masuk kesekolah.

Cowok dengan kemeja batik sekolahan menggantung bebas dan celana abu - abu langsung berlari menaiki motor ninjanya setelah berpamitan dengan Hani, bundanya. Meski fisiknya belum sepenuhnya pulih tapi ia tetap memaksakan berangkat sekolah hanya untuk bertemu dia, Zedney Malika.

Ditelusurinya jalanan yang ramai akan lalu lalang dengan kecepatan yang sepatutnya dikatakan gila. Tapi seketika decitan ban motornya dan aspal jalanan terdengar sangat kencang saat ia menoleh ke trotoar sebelah kiri.

Dan kini gantian dirinya yang melepas semua bayangan tentang keterlambatan sekolah. Tangannya mengepal ketika pandangannya menangkap tajam seorang cewek yang tengah menangis. Tak terkecuali dengan seorang cowok yang tak asing lagi.

Dinar menepikan motornya tak jauh didepan mobil Rehan yang terparkir dibahu jalan. Menghampiri keduanya yang masih dalam perselisihan sendu.

Tepat sebelum langkah larinya terhenti teriakan seorang cewek menggema ditelinganya. Dan tentunya larinya semakin ia percepat ketika dirinya menyadari teriakan itu bukanlah dari Zedney.

Dena melancarkan aksinya. Ia tak berpikir jauh tentang hal yang akan terjadi setelah ini. Apakah ia tetap bisa bersama Rehan atau justru semakin jauh dengan cowok itu. Bahkan dibencinya.

The Last [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang