Part 1

13.9K 324 5
                                    


Derap langkah seorang wanita cantik bak seorang model tubuh tingginya dan body sexy yang ia miliki ditambah wajah cantiknya mampu membuat semua orang terkagum melihatnya, ia sedang menyusuri lorong rumah sakit dengan langkah terburu-buru.
Sedikit peluh menghiasi wajah cantiknya, namun dia tak memperdulikan hal itu. Berkali-kali ia berpapasan dengan orang -orang dilorong itu mentap kagum dan ada pula yang iri akan kesempurnaan yang ada padanya. Tapi dia tak memperdulikan hal itu, ia hanya ingin cepat-cepat sampai kamar rawat kedua orang tuanya.

"Ckrekkk."
Pintu kamar rawat terbuka dan mila sedang berdiri disana.

Senyum dan tangis bercampur jadi satu sudah sejak satu bulan ini mama dan papanya terbaring dengan dilengkapi alat-alat medis yang menempel disana.

"Apa kabar?... Sudah dua hari ini mila gk kesini. Apa kalian merindukan mila?..." kata gadis yang bernama mila itu duduk ditengah-tengah rajang kedua orang tuanya.

"Kapan kalian bangun... Mila minta maaf sampai saat ini mila masih belum punya uang untuk mengoprasi kalian.. Mila sudah berusaha mencari uangnya tapu belum ketemu juga." kata menangis sambil memegang tangan mamanya.

Mila menatap kedua orang tuanya bergantian, mama mila adalah seorang ibu rumah tangga sedangkan papanya adalah seorang manager keuangan disalah satu perusahaan milik sehabatnya.

Om rudi seminggu yang lalu datang kerumah sakit menjenguk kedua orang tua mila bersama istrinya. Om rudi adalah sahabat papanya pemilik perusahan tempat papanya berkerja, dia datang dengan membawa sebuah kabar yang tak baik untuk papa mila. Bukan tanpa alasan dia melepas posisi papa mila, bukan karna dia tak menganggap sahabatnya. Tapi tidak mungkin mereka membiarkan perusahaan merugi jadi di menggantikan tugas Tedi pada wakilnya dan mila mengerti akan hal itu. Sudah sebulan ini orang tua mila dirawat dan itu cukup menguras seluruh tabungan milik ayahnya dan mila juga terpaksa meminjam uang pada om rudi untuk biaya pengobatan kedua orang tuanya namun semua masih saja itu kurang.  Om rudi sebenarnya tidak tega pada mila tapi mau bagaimana lagi dan dengan sangat terpaksa om rudi melepaskan tanggung jawab papa mila pada wakilnya. Ia ingin mila menggantikan hal itu tidak mungkin secara mila bukan mahasiswi bergelut dibidang bisnis dan keuangan.

Mila bahkan terus menunda kedua orang tuanya untuk dioprasi lagi-lagi karna keuangan walau sebenarnya dia belum menanyakan hal itu. Tapi tetap saja itu menjadi beban yang sangat berat untuknya, ia takut tak mampu membayarnya. Hanya doa dan doa saja yang mila naikkan untuk kesembuhan mama dan papanya.

Mila terus menggenggam tangan mama dan papanya bergantian. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya.
Mila seorang mahasiswi jenjang magister pendidikan, dia seorang yang cerdas bahkan dia bisa meneruskan S2nya dengan beasiswa.

Tok.. Tok.. Tokk.

Mila menghapus kasar air matanya kemudian berjalan gontai kearah pintu dan membuka pintu kamar rawat kedua orang tuanya.

"Ya.. Ada apa sus?..." tanya mila dengan suara seraknya.

"Dokter hady ingin bicara pada anda nona mila."

"Baiklah.. Apa saya bisa minta tolong menitip sebentar orang tua saya?.." tanya mila pada suster ana.

"Tentu mila.. Bukannya selalu seperti itu saat kamu tidak ada.. Ayo cepatlah ke ruangan dokter hady, sepertinya ada sesuatu yang serius dia mau katakan. Berdoalah terus yang terbaik untuk kedua orang tuamu mila." mila mengangguk lemah dan berjalan keruangan dokter hady yang merawat kedua orang tuanya.

Mila menarik nafasnya panjang kemudian dengan gejolak perasaan yang tak menentu dia memberanikan diri untuk mengetok pintu ruangan itu. Setelah mendengar perintah masuk dari dalam, mila menatap dokter hady sebentar kemudian mengambil kursi dan duduk dihadapan dokter hady.

"Maaf dokter.. Apa yang ingin dokter katakan?.."

"Aku tau ini benar-benar sangat berat untukmu mila, tapi segeralah kamu ambil keputusan.. Papa dan mamamu kondisinya sudah sangat lemah, bahkan kalau tidak segera dilakukan oprasi maka kamu akan membuat semuanya semakin buruk." kata dokter hady padanya.

"Tapi... Hemm baiklah aku akan segera mengambil keputusan. " kata mila meremas kedua tanganya, air matanya sudah menggenang dipelupuk mata cantiknya.

"Kamu memang harus segera melakukan hal itu mila." kata dokter hady memandang iba pada mila.

"Be.. Berpa kira-kira biaya oprasi kedua orang tua saya dok?.."

"Kamu urus ke petugas administrasi saja mil."

"Baik om kalau begitu saya permisi.. Terimakasih dok."

"Sama-sama mil."

Mila keluar dari ruangan dokter hady untuk menanyakan pada petugas administrasi berpa biaya yang harus ia keluarkan untuk oprasi kedua orang tuannya.

"Permisi.. Saya mau tanya berpa biaya oprasi untuk pasien atas nama bapak Tedi Brimantara dengan ibu Jane Jeseline Brimantara."

"Tunggu sebntar bu kami cek dulu."

"Baik." setelah menunggu beberpa saat akhirnya petugas tersebut mengatakan nominal yang harus dia bayar.

"Apa... Apa bisa saya bayar separoh dulu bu?..." tanya mila hati-hati padahal kepalanya tengah berfikir bagaimana cara mendapatkan uang sebnayak 600 juta dalam waktu singkat.

Mila berjalan gontai menuju ruang rawat mama dan papanya dari kejauhan ia melihat orang yang tak asing baginya.

"Mila bagaimana ada perkembangan tentang papa dan mamamu?..." tanya om rudi mentap mila yang sangat kacau.

"Mama dan papa belum ada perkembangan. Dan kondisi keduanya semakin buruk."kta mila berusaha setenang mungkin dan ide yang mungkin sangat jauh dari kata baik muncul di otak cantiknya.

"Om tante apa mila boleh ngomong sesuatu?.." tanyanya takut

"Tentu nak.. Apa yang mau kamu tanya?..." tanya tante Rima istri om rudi

"Mila..emmmm... Mila..mau.. Mau minta tolong, apakah om bisa bantu mila untuk menjual rumah tempat tinggal mila."

"Apa... Tidak.. Jangan macam-macam mila... Kamu tau bagaimana kerja keras papamu sampai dia bisa membangun rumah tempat kalian tinggal humh..." kata om rudi yang sedikit terpancing emosi.

"Mila sudah gk tau lagi harus bangaimana om.. 600 ratus juta bukan uang yang sedikit yang dapat mila dapatkan dalam waktu satu hari.. Kondisi papa dan mama semakin memburuk mila gk mau.. Mila gk mau kehilangan mama dan papa om.." tangis mila pecah saat ia mengatakan semua itu pada om rudi dan tante rima.

Rima membawa mila dalam pelukkannya  menenangkan mila, yang menangi  tersedu-sedu. "Bukan maksud om tidak mau meminjamkanmu uang mila tapi perusahaan om juga lagi dalam masalah.. Hehfuhhhhh.. Baiklah om akan membantumu untuk menjual rumah kalian." katanya dengan berat hati.

"Baiklah om.. Hasil dari penjualan itu om bisa ambil sebagian untuk melunasi hutang mila dan sisanya mila akan belikan rumah yang cukup dengan sisa uang yang ada. Karna mila tak ada pilihan lain dan setelah mama dan papa sadar nanti mila akan memberitahukan secara pelan-pelan. Dan semoga saja mereka mau mengerti." kata mila yang mulai bangkit berdiri ing menuju ruangan mama dan papanya dirawat.

"Kasihan mila pa.. Dia harus menanggung semuanya sendiri." mama rima memeluk suaminya.

"Ya ma.. Mau bagaimana lagi.. Perusahan kita juga sedang dalam masalah ini semua karna juna.. Seandainya dia tidak termakan oleh buayaian wanita ular itu semua ini tidak akan terjadi."

"Ya sudahlah.. Berdoa saja semoga semua berjalan baik dan masalah kita cepat selesai."

"Ya ma, kamu benar. Kalau begitu ayo kita jenguk Tedi dan Jane." mama rima membalas dengan anggukan kemudian keduanya berjalan memasuki kamar rawat tedi dan jane.



This is new story... Cerita ini gue gk tau alurnya entar akan bagaimana yang pasti  alurnya sesuai mood gue...

Lagi-lagi gue ngangkat ceritanya tentang mila yang tersakiti habis kalo dari segi kevin gue bingung..

So if you like this story give me your vote and comment...

Thanks before...

Give Me Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang