Part 5

5.8K 245 10
                                    


"Cu.. Masih lama gak sih kita disini."

"Ya sabar dong mila sayang... Lo gk liat nohhh  macetnya panjang banget.."

"Cu perasaan gue benar-benar gk tenang.." mila duduk dengan gelisah, tangannya sudah memerah karna remasan kuat dari tangannya yang satu.

"Lo doain aja semoga nyokap lo bokap lo nggak kenapa-napa ye. Kan bentar lagi mereka bakalana dioprasi.. Lo harus optimis dong."

"Iya cu lo benar... Gue harus optimis. Gue gk boleh mikir yang macam-macam." ia berusaha tenang tapi tetap saja perasaan sedih tiba-tiba menyerang hati dan pikirannya.

"Ma, pa maafin mila ya.. Kalau kalian tahu kalian pasti malu punya anak kaya mila." kata hatinya menangis.

Cukup lama mereka terjebak macet, jam sudah menunjukan pukul 11 berarti sudah 1,5 jam mereka di tengah kerumunan mobil-mobil yang belum bergerak.

"Mil.. Gimana rasanya tidur bareng orang ganteng plus tajir?..." kata ricu yang tak sengaja menanyakan pertannya itu.
"Maaf mil.. Gue gk bermaksud." kata ricu tak enak hati.

"Gk apa kok cu.. Gue gak tau rasanya seperti apa.. Yang gue pikirin cuman nyokap sama bokap gue doang." katanya lirih.

"Maafkan gue mil."

"Bukan lo yang salah... Gue yang mau."

"Mhhhhhhh... Gimana kalau kita gk usah bahas masalah itu.. Gimana kalau kita bahas tentang acara wisuda lo, kan 3 bulan lagi lo bakalan di wisuda dan lo mau gue beliin drees yang gimana?..." ricu menatap mila.

"Anggap aja ini hadiah karna lo lebih dahulu lulus dari gue." katanya lagi mila hanya membalas dengan senyum manisnya.

"Ya elah mil.. Jawab kali."

"Terserah lo aja cu.. Gue apa kata lo aja. Cu kalau 30 menit lagi mobilnya masih belum keluar juga, mau gk mau gue cari ojek aja ya."

"Iya mil.. Atau gk gini aja gue hubungin ojek online biar lo bisa cepat kesana gimana?.."

"Boleh cu."

"Ok.. 5 menit lagi ojeknya bakaln dimari."

"Makasih ya cu."

"Sama-sama milo."

"Lama banget sih cu." perotes mila.

"Ahelah.. Sabar kali mil.. Blom ada 5 menit.."

"Tapi kok lama banget."

"Nahhh.. Tu sono abang ojeknya." katanya menunjuk seseorang dengan seragam ojeknya.

"Ok gue turun dulu.. Selamat berjuang melawan macet." katanya terus berlari kearah tukang ojek.

"Harusnya yang berjuang itu elo mil. Kasihan banget sih hidup lo." ricu masih saja terjebak macet.

Sesampainya di rumah sakit 🏥 mila berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan mama dan papanya. Namun baru sampai didepan pintu mila melihat beberpa dokter dan beberpa perawat berlari kekamar rawat mama dan papanya. Mila dibuat panik seketika. Ia berlari cepat dan menerobos masuk kedalam.

"Mama.. Papa.. Ada apa dok... Ada apa dengan mereka." tanya mila yang berdiri disebelah dokter hady dan dokter emelyn.

"Sebentar mila." kata dokter hady ia mengecek kondisi pasiennya. Mila berjalan mendekat kearah kedua orang tuanya.  Ia seakan melihat mama dan papanya sekarang sudah membuka mata dan tersenyum kearahnya. Senyum mila terbit disela isak tangisnya bisa melihat senyum itu kembali. Ia menatap dokter hady dan berjalan kearahnya.

"Dok saya punya uangnya tolong segera lakukan oprasinya dok." kata mila panik.

"Aku tidak tau oprasinya akan berjalan dengan baik atau tidak mila. Kondisi mereka sudah benar-benar kitris."

"Lakukanlah dok.. Kalau kita tidak mencobanya kita tidak akan pernah tahu." kata mila mencoba menyemangati dirinya sendiri.

"Baiklah.. Segera bereskan admistrasi kamu akan segera menangani kedua orang tuamu."

"Baik dok." mila berlari tak karuan berkali-kali ia menabrak orang yang lewat. Mila mengurus semua administrasinya. Dan saat ini kedua orang tuanya sedang ditangani oleh dokter hady dan team.
Mila berjalan mondar-mandir didepan ruang oprasi. Doa terus ia panjatkan semoga Tuhan berbaik hati menyembuhkan kedua orang tuanya.

1 jam kemudian dokter hady keluar dengan wajah yang sulit diartikan. Mila yang melihat hal itu merasa hatinya semakin tak tenang.

"Dok katakan padaku.. Mama dan papaku selamatkan." katanya tak sabaran.

Dokter hady menggeleng lemah, ia menatap mila yang sudah membungkam mulutnya dengan tanganya mata cantik itu sudah memerah, air mata menggenang dan sebentar lagi akan luruh keluar membasahi wajah cantiknya.
"Mila kami sudah berusaha semampu kami tapi nyatanya Tuhan berkehendak lain. Bersabarlah mila."

Tubuh mila seketika merosot kebawah tangannya menutup telinganya kuat dan menggeleng tak percaya akan apa yang dia hadapi sekarang.

"Gk.. Gk mungkin dok.. Hiks.. Hiks... Bukannya dengan oprasi mereka bisa sembuh dok... Mereka akan sembuh dok itu pasti" kata mila menangis pilu.

"Maaf mila kita sudah terlambat, Tuhan lebih sayang sama orang tuamu dia tidak ingin melihat keduanya tersiksa kebih lama dengan sakit yang mereka hadapi." sesal dokter hady menatap mila sedih.

"Gk.. Dok... Arghhhh mama papa..." kata mila bangkit berdiri menuju ruang oprasi ia berjalan mendekat bangkar kedua orang tuanya.
"Ma... Pa... Bangun ya... Bangunnn please bangun buat mila ... Ya ma.. Pa..." kata mila menggoncang tubuh mama dan papanya bergantian.

"Bangunnn ma. Pa." lirih mila mencium tangan mamanya dan sebelah tanganya menggenggam kuat tangan papa Tedi.

Dokter hady dan teamnya tak mampun menahan air matanya mereka ikut merasakan kesedihan mila.

Suster ana mendekat dan memeluk mila.
"Mila.. Kamu harus sabar.. Mungkin ini yang terbaik untuk mereka." kata suster ana yang ikut memangis.

"Gk sus.. Mereka pasti bisa balik lagi sama gue."  kata mila menggeleng kuat
"Ohhh.. Atau papa marah sama mila krna mila jual rumah papa makanya papa bawa mama pergi ninggalin mila.. Iya pa?..." katanya menangis.
"Mila janji pa ma.. Kalau mila sudah dapat kerjaan mila akan nabung buat ganti semuanya. Hiks.. Hiks."

"Bangun ya ma pa.. Please jangan tinggalin mila." katanya pilu.

Ricu yang baru sampai didepan ruang rawat kedua orang tua mila dibuat kaget mendengar kabar kalau kedua orang tua mila sudah meninggal dunia.
Rucu berjalan cepat ia melihat mila saat ini benar-benar hancur.

"Ma... Bangunnn mila sayang mama." katanya menagis sambil menciumi wajah pucat mamanya.

"Papa juga ayo bangunnn pa.."

"Mil.. Mila." kata ricu berjalan mendekat.

Melihat siapa yang datang mila langsung menghambur memeluk ricu, ia menangis menumpahkan semua kesedihannya. Ricu hanya bisa memeluk dan mengelus surai panjang mila dengan sayang. Ia tahu mila begitu terpukul.

"Iklasin nyokap bokap lo mila.. Kasihan mereka kalau melihat lo begini."

"Gue gak siap cu.. Semua percuma... Percuma cu," teriak mila dalam pelukan ricu.

"Mila.. Gue tau.. Gue tau semua berat buat lo.. Tapi lo harus kuat."

"Kuat lo bilang.. Gimana gue mau kuat saat sekarang gue sudah gak punya sandara." kata mila keras sambil menangis.

Mila memangis pilu saat melihat jasad kedua orang tuanya ditutup dengan kain menutupi seluruh tubuh mereka. Hanya ricu saat ini yang menjadi kekuatan untuk mila.

Kedua orang tua mila sedang disemayamkan dirumah duka. Banyak yang hadir untuk melihat kedua almarhum untuk yang terakhir kalinya.
Om Rudi dan tante rima serta kedua anaknya ikut melayat. Mereka turut prihatin dan berbela sungkawa atas meninggalnya kedua orang tua mila.
Mila hanya duduk didekat mayat kedua orang tuanya dengan ditemini air matanya tak henti-hentinya mengalir, ricu selalu ada menemaninya menemaninya beberpa hari ini selama orang tua mila berada disana..





Sorry banget kalau banyak typo..
Selamat pagi.. Semangat buat beraktifitas

Give Me Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang