Follow my IG @vieren.cia
***
Alcan berjalan sambil menundukkan kepalanya, tatapan sengit, ejekan, dan cemoohan tidak pernah didengarnya, ia selalu menulikan pendengerannya.
"Ooww ... sorry, gue gak sengaja," ucap seseorang yang baru saja menabrak bahu Alcan. Dia Reno, si cowok pentolan sekolah dengan gayanya yang selalu urakan, berbeda jauh dengan penampilan Alcan yang selalu rapi.
"Eehh ... mau kemana lo?" Reno menahan Alcan yang akan kembali melanjutkan langkahnya. Teman-teman Reno juga ikut menghadang langkah Alcan.
"Apa mau lo?" Alcan bersuara membuat Reno berdecak kagum saat Alcan membuka suaranya, jarang sekali mereka mendengar Alcan berbicara.
"Wow ... ternyata lo bisa ngomong juga, ya, gue kira lo, BISU!"
Lalu, Reno tertawa saat dirinya menekankan kata, bisu.
Alcan hanya menatap Reno dengan datar, sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, Alcan segera meninggalkan Reno bersama kedua temannya, yang dari tadi hanya diam.
"Songong tuh si cupu," gumam Reno sambil tersenyum jahat.
***
Saat Alcan akan melangkah menuju gerbang sekolah, ada seseorang yang meneriaki namanya, refleks Alcan langsung berbalik dan menemukan guru matematikanya sedang melangkah ke arahnya.
"Kamu sudah mau pulang, ya?" tanya guru matematika itu yang Alcan tahu namanya adalah pak Agus.
Alcan mengangguk lalu menjawab, "Iya, ada apa, ya, Pak?"
Alcan, sesopan mungkin saat menjawabnya, mengingat pria paruh baya yang ada di hadapannya ini adalah gurunya dan yang pasti umurnya lebih tua dari Alcan.
"Hmm ... kamu dipanggil ketua yayasan di ruangan kepala sekolah," ucap pak Agus memberitahukan maksudnya memanggil Alcan.
"Untuk apa?" Alcan menjawabnya dengan pertanyaan.
"Saya kurang tahu, Alcan," jawab pak Agus. "Ya sudah kalau begitu saya duluan ya," lanjutnya lalu melangkah pergi.
Alcan mengusap wajahnya kasar, setelah itu ia melangkah menuju ruang kepala sekolah.
***
Terdengar ada suara yang menyuruhnya masuk, Alcan membuka pintu berwarna cokelat itu, lalu melangkah masuk.
Di kursi khusus tamu, ia melihat dua orang pria dengan setelan yang berbeda, yang satu memakai pakaian khusus guru dan yang satu lagi memakai pakaian resmi.
"Nah ... itu Alcan. Sini masuk, Alcan!" perintah kepala sekolah yang melihat Alcan sudah berdiri di ambang pintu ruangannya.
"Kalau begitu saya keluar dulu, Pak," ucap kepala sekolah setelah Alcan duduk di sebelahnya, lalu melangkah pergi dari ruangan.
"Apa kabar, Alcan?" tanya sang ketua yayasan sekolah berbasa-basi dengan Alcan.
"Ada apa Anda memanggil saya?" tanya Alcan menghiraukan pertanyaan ketua yayasan itu, bukannya tidak sopan, tapi Alcan tidak mau berbasa-basi.
"Opa ... kangen sama kamu, Alcan," ucapnya, yang ternyata ketua yayasan itu adalah kakek Alcan sendiri.
Alcan tertawa miris. "Maaf saya harus pulang," ucap Alcan lalu bangkit berdiri, baru saja akan melangkah, sebuah tangan mencekalnya.
"Apa kamu tidak bisa berbicara sebentar dengan Opa?" tanya kakek Alcan yang bernama, Abraham.
Alcan tidak menjawab, cowok itu langsung melepaskan cekalan tangan sang kakek, lalu segera melangkah pergi, sementara Abraham hanya bisa menghela napasnya pasrah. Pasrah kalau cucunya itu akan membencinya.
***
Alcan berjalan menelusuri komplek perumahannya setelah turun dari angkutan umum dan membayar ongkosnya.
Perumahan ini sangat sepi, dengan rumah yang besar-besar, menandakan bahwa penghuni perumahan ini kalangan menengah ke atas, seperti para pejabat dan pengusaha sukses.
Alcan berhenti di depan gerbang rumahnya, ia melihat mobil orang tuanya terparkir di dekat garasi.
"Mama, Papa," gumam Alcan yang bingung melihat mobil kedua orang tuanya ada di rumah sore hari seperti ini.
"Ma ... ayo nanti kita terlambat!"
Baru saja memasuki rumah, Alcan sudah di suguhkan pemandangan papanya yang sudah memakai baju formal dan sedang bersiap-siap.
"Iya ayo, Pa." Terdengar suara sang mama yang mengalun lembut. Ia melihat mama dan papanya yang berjalan sambil bergandengan ke arahnya.
Mamanya tersenyum manis ke arahnya, tapi Alcan langsung berjalan dan tidak menghiraukan orang tuanya yang berjalan mendekatinya.
"Alcander!" Itu suara papanya.
Saat Andra tahu anaknya itu berhenti melangkah, ia langsung melanjutkan, "Pulang sekolah kamu tidak mengucapkan salam kepada orang tuamu?"
Alcan tidak menjawab perkataan Andra, cowok itu kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda.
Andra ingin menyusul langkah Alcan, tapi Indah-mama Alcan-mencegahnya.
"Sudahlah, Pa," ucapnya dengan raut wajah memohon. Setelah itu mereka berjalan keluar rumah.
***
Alcan membanting tubuhnya ke atas ranjang, setelah melemparkan tas dan juga membuka kacamatanya, ia membuka kancing seragam paling atas, dan melonggarkan dasinya.
Beberapa menit Alcan hanya memandangi langit-langit rumahnya. "Buat apa gue tinggal di rumah sebesar ini kalau yang nempatin cuma gue," gumam Alcan bermonolog.
'Drrrtt ....'
Merasakan ponselnya bergetar, Alcan segera meraihnya yang berada di saku celana abu-abunya.
Ester Jovita added you by id line.
Itulah notifikasi yang tertera di layar ponselnya.
"Ester?" gumamnya, apakah itu Ester yang kemarin ditolongnya saat gadis itu pingsan, atau Ester yang lain? Kebingungannya terjawab saat ponselnya kembali berbunyi dan ada pesan masuk.
Ester Jovita: Add back, ya, Alcan.
Ester Jovita: Gue Ester, yang kemaren lo tolongin waktu gue pingsan.Itulah pesan yang dikirim oleh Ester dan ternyata, benar Ester itu adalah gadis yang kemarin ditolongnya.
Alcan A: Oh, iya.
Begitulah balasan Alcan.
Ester yang tadi rebahan di ranjangnya langsung bangkit terduduk mendapat balasan dari Alcan.
"Gila nih cowok cuek banget, cuma gitu doang balesnya? Basa-basi kek, apa kek," gerutu Ester sedikit kesal dengan apa yang dikatakan Alcan lewat pesan itu.
"Hmmm ... bales apa lagi, ya?" tanya Ester pada diri sendiri.
Ester Jovita: Oh ya, thanks ya lo udah mau nolongin gue pas gue pingsan.
Alcan A: Iya.
Sekali lagi Ester dibuat kesal dengan jawaban Alcan. "Iihhh ... bilang sama-sama kek, ini cuma bilang iya, doang?"
Ester mendengkus kesal, tiba-tiba bayangan wajah Alcan melintas begitu saja. Sebuah senyuman terbit di wajah cantiknya. Tapi, detik selanjutnya Ester langsung menghilangkan senyumannya karena merasa dirinya sudah tidak waras senyum-senyum sendiri seperti itu.
"Stres lo, Ter."
Bersambung...
Vote+comment
![](https://img.wattpad.com/cover/95300761-288-k437630.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...