Dua Puluh Sembilan

3.8K 189 3
                                    

***

Alcan berdiri di atas atap gedung sekolah. Tatapannya tertuju ke bawah sana, lebih tepatnya ke arah lapangan olahraga. Di sana sedang ada kegiatan olahraga yang sedang dilakukan oleh kelas dua belas.

Sebenarnya tatapan Alcan hanya fokus pada satu titik. Dan satu titik itu sekarang sedang duduk di pinggir lapangan sambil meminum air mineral yang dibawanya dari rumah.

Alcan tersentak kaget ketika ada seseorang yang menepuk bahu sebelah kirinya lumayan keras. Alcan menengokkan kepalanya, lalu memberikan tatapan protes pada orang yang mengagetkannya.

"Sori. Kaget, ya?" tanya Bobby yang tadi menepuk bahu Alcan sambil cengengesan dengan wajah tanpa dosanya.

Alcan tidak menjawab, cowok itu langsung kembali mengalihkan perhatiannya ke arah lapangan olahraga di bawah sana. Bobby yang melihat itu menjadi penasaran. Pandangan Bobby pun mengikuti pandangan Alcan.

Setelah menyadari apa yang sedang Alcan perhatikan, senyum jahil muncul di wajah Bobby. "Pantesan anteng banget lo liat terus ke bawah. Lagi liat bidadari, ya?"

Mendengar Bobby bersuara lagi, Alcan menengokkan kepalanya ke arah Bobby dengan kedua alis yang saling bertautan.

Sementara Bobby terkekeh melihat ekspresi Alcan. Cowok itu kembali menepuk bahu Alcan. "Lo tenang aja, gue bakalan bantuin lo buat semakin deket sama Ester. Gimana?"

Alcan semakin menautkan kedua alisnya bingung ketika Bobby berbicara seperti itu. Malah membuat Alcan jadi bingung. "Maksud lo?"

Bobby berdecak kesal karena Alcan tidak mengerti maksud ucapannya. "Gue tau lo suka sama Ester. Jadi, gue berinisiatif buat bantu lo deketin Ester. Gitu."

Alcan menggelengkan kepalanya, bermaksud tidak setuju dengan perkataan Bobby. "Gak suka."

"Hah? Maksud lo nggak suka?" tanya Bobby yang sekarang bingung akibat perkataan singkat Alcan. Bobby terkadang kesal sendiri jika sedang berbicara dengan Alcan. Karena Alcan pasti selalu menjawabnya dengan singkat. "Kalau ngomong yang jelas dong lo!"

"Gak suka Ester."

Oke, sekarang Bobby paham maksud Alcan apa. "Bohong banget lo. Udah jelas lo dari tadi ngeliatin dia mulu. Itu berarti lo suka sama dia."

Alcan hanya mengangkat bahunya, tak peduli. Setelah itu Alcan segera beranjak pergi, dengan sebelumnya berkata sangat singkat.

"Terserah."

Bobby melongo begitu saja melihat Alcan yang sangat cuek. "Mimpi apa gue punya temen kayak dia."

***

Ester menghela napasnya. Baru saja kelasnya melaksanakan tes olahraga lari. Sejujurnya Ester sangat tidak suka dengan pelajaran olahraga. Tapi, mau tidak mau, Ester harus melakukannya, karena kalau tidak melakukan, tidak akan dapat nilai.

"Nih," ucap Clara memberikan sebotol air mineral milik Ester. Lalu duduk di samping Ester.

"Thanks," ujar Ester sambil menerima botolnya yang diberikan Clara tadi. "Veron mana?" tanyanya.

Clara menggidikan bahunya, tanda bahwa dia tidak tahu keberadaan Veron. Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka. Tapi, Ester merasa ada yang memerhatikannya.

"Clar, lo ngerasa ada yang merhatiin nggak, sih?"

Clara memerhatikan sekitar. Teman-teman sekelasnya sedang istirahat, sedangkan siswa-siswi yang lain sedang belajar di kelas mereka masing-masing. Clara lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak tuh."

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang