Ester sibuk membereskan alat tulisnya yang berserakan di atas meja kelasnya. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Melihat Ester yang masih sibuk dengan peralatan tulisnya itu, Clara dan Veron menghampiri Ester.
"Ter, lo pulang sama siapa?" tanya Veron.
"Sendiri aja," jawab Ester tanpa menatap kedua sahabatnya itu.
"Nggak mau bareng gue atau Veron, nih?" Giliran Clara yang bertanya.
Setelah selesai, Ester menggendong tas ranselnya itu, lalu menjawab, "Nggak usah ... kalian duluan aja," katanya sambil tersenyum.
"Yakin?"
Ester mengangguk masih mempertahankan senyumannya itu. "Iya, yakin."
Setelah itu mereka bertiga keluar dari kelas bersamaan. Sesampainya di koridor sekolah yang dekat dengan parkiran, mereka berpisah karena Veron dan Clara membawa kendaraan masing-masing, sementara Ester tidak. Ester sedang tidak mood untuk membawa kendaraan hari ini.
Ester pun kembali melanjutkan langkahnya setelah berpamitan dengan kedua sahabatnya tadi. Saat akan sampai di gerbang sekolah, Ester melihat Alcan yang juga sedang berjalan.
"Alcan!" panggil Ester agak berteriak karena jaraknya dengan Alcan cukup jauh.
Merasa ada yang memanggil namanya, Alcan membalikkan badannya. Di jarak sekitar sepuluh meter, Alcan melihat Ester yang sedang berjalan ke arahnya.
"Lo mau pulang?" tanya Ester ketika sampai di dekat Alcan.
"Iya," jawab Alcan singkat.
Ester menautkan kedua alisnya, lalu kembali bertanya, "Kok jalan? Nggak bawa motor?"
Pertanyaan Ester hanya dijawab gelengan oleh Alcan.
"Tumben," gumam Ester.
"Lo?"
Mengerti pertanyaan Alcan, Ester pun langsung menjawab, "Gue juga lagi nggak bawa mobil."
"Tumben," gumam Alcan mengikuti cara bicara Ester tadi.
"Dih, ngikutin!"
Alcan terkekeh melihat ekspresi Ester yang menautkan kedua alisnya sambil berusaha memasang wajah sejutek mungkin.
"Mau bareng?" tanya Alcan.
Dengan senyum lebarnya, Ester mengangguk sangat antusias. Dan akhirnya, Alcan dan Ester pun berjalan menuju depan sekolah untuk menunggu angkutan umum yang akan melintas.
***
Sebelum pulang ke rumah masing-masing, Ester mengajak Alcan untuk mampir dulu ke sebuah taman yang jika sore hari seperti ini sangat ramai.
"Ngapain?" tanya Alcan yang masih ditarik-tarik oleh Ester.
"Kita nongkrong dulu aja di sini," jawab Ester.
Sesampainya di sebuah bangku panjang yang menghadap ke sebuah danau, Ester pun melepaskan tangan Alcan yang dari tadi digenggamnya.
"Nah ... duduk di sini, nih, adem," ujar Ester sambil duduk. Alcan pun mengikuti Ester-duduk di samping cewek itu.
Beberapa menit hanya keheningan yang menemani mereka, sampai akhirnya Ester mengeluarkan suaranya, ia berkata, "Lo tau, kalau gue takut buat jatuh cinta?"
Mendengar perkataan Ester, Alcan langsung memusatkan perhatiannya ke arah cewek berambut sebahu itu.
"Kenapa?" tanya Alcan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...