Alcan sedang tersenyum menatap ponselnya. Tidak ... Alcan tidak gila karena tersenyum sendiri sambil memandang ponselnya, cowok itu sedang saling berkirim pesan dengan seseorang. Entah kenapa Alcan hanya bisa tersenyum ketika berchat ria dengannya saja, tidak dengan yang lain.
Ester Jovita: Lo itu datar banget, ya.
Alcan A: Datar?
Ester Jovita: Iya datar, kayak triplek.
Alcan A: Gue manusia.
Beberapa menit Ester tidak lagi membalas pesannya, maka dari itu Alcan meletakkan ponselnya, lalu fokus pada buku pelajaran yang ada di depannya saat ini.
Sementara di seberang sana, Ester sedang berusaha untuk sabar menghadapi Alcan. Bertukar pesan dengan Alcan membuat dirinya ingin mengumpat cowok ganteng itu, meskipun begitu Ester sangat senang ketika Alcan membalas pesannya.
"Lo beneran ngeselin, Alcan," gumam Ester, bermonolog. Setelah itu, Ester kembali membalas pesan Alcan.
Alcan yang tadinya sudah sangat fokus belajar, kini konsentrasinya harus buyar ketika ponselnya berbunyi, menandakan ada sebuah pesan masuk. Alcan terkekeh saat membaca pesan dari Ester.
Ester Jovita: Sabodo teuing, Aa.
Mereka terus bertukar pesan hingga larut malam. Sambil sesekali Alcan membaca buku pelajarannya karena besok kelas Alcan akan mengadakan kuis. Hingga mereka berhenti chat ketika Ester mengatakan bahwa dirinya sudah mengantuk, dan Alcan kembali melanjutkan belajarnya. Sebenarnya Alcan sudah paham dengan materi kimia yang akan di kuiskan besok, tapi Alcan ingin mempelajarinya lagi. Sangat rajin.
***
Meja makan pagi hari ini agak sepi, karena yang menduduki bangku meja makan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Di situ hanya ada Andra, Indah, dan Alvan, sementara Alcan masih berada di kamarnya sedang bersiap-siap.
Andra melirik Indah yang hanya diam sedari tadi. Andra tahu apa yang sedang ada di dalam pikiran istrinya itu.
"Udahlah, Ma ... nggak usah dipikirin," ujar Andra sambil sesekali melihat ke arah Indah dan ponselnya.
Indah menghela napasnya, lalu berkata, "Gimana Mama nggak mau mikirin, Pa. Mama takut kalau dia itu datang ke sini lagi."
"Mama tenang aja di--"
Perkataan Andra barusan terpaksa berhenti ketika Alcan sudah datang. Andra tidak mau jika Alcan mengetahui apa yang dibicarakan oleh dirinya dan Indah.
"Hai, Sayang, mau makan apa?" tanya Indah sambil menampilkan senyum keibuan yang membuat hati Alcan tenang.
"Roti," jawab Alcan singkat.
Indah segera mengolesi roti dengan mentega dan selesai kacang kesukaan Alcan. Sambil menunggu, Alcan memerhatikan setiap gerak-gerik Indah.
Sejujurnya, tadi Alcan sedikit mendengar pembicaraan antara mama dan papanya itu. Rasanya Alcan ingin bertanya, tapi ia tidak mau dicap sebagai anak yang ingin tahu urusan orang tua.
"Ini, Sayang," ujar Indah sambil menyerahkan sepiring roti ke hadapan Alcan.
"Makasih, Ma."
Keheningan terjadi lagi saat mereka berempat sudah sibuk dengan sarapannya masing-masing, sampai akhirnya Alvan yang memecahkan keheningan itu.
"Can, gimana hubungan lo sama si Et ... maksud gue Ester?" tanya Alvan sambil menatap Alcan dengan kedua alis yang dinaik-turunkan.
"Temen," jawab Alcan, seperti biasanya sangat singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...