Tiga Puluh Delapan

2.3K 131 3
                                    

Alcan baru saja menghentikan sepeda motornya di area paviliun sekolah, bersamaan dengan seseorang yang berhenti tepat di sebelahnya.

Alcan membuka helmnya, meletakkannya di atas motor, lalu merapikan rambutnya yang agak berantakan.

Seseorang di sebelah Alcan pun melakukan hal yang sama, bedanya cowok itu menampilkan ekspresi tersenyum, sedangkan Alcan menampilkan ekspresi datarnya.

Ketika Alcan akan melangkah meninggalkan parkiran, seseorang yang sedari tadi berada di samping Alcan tiba-tiba saja mencegahnya.

"Eh ... wait!" seru orang itu. Alcan pun berhenti melangkah dan membalikkan badannya.

Cowok itu pun tersenyum ke arah Alcan, lalu menjulurkan tangan kanannya. "Gue Dio, murid baru di sini."

Alcan diam, hanya menatap cowok bernama Dio itu, tapi tak lama setelah itu Alcan pun membalas jabatan tangan Dio.

"Alcan," ucap Alcan, lalu melepaskan jabatan tangannya.

Dio kembali tersenyum lebar. "Salam kanal, Can. Oh iya, gue kan murid baru, lo bisa tunjukin ruang kepala sekolah?"

"Ikut gue." Alcan berjalan lebih dulu meninggalkan Dio yang terdiam sejenak.

"Datar amat kek triplek he-he," gumam Dio sambil terkekeh, lalu mengikuti langkah Alcan yang sudah jauh di depannya.

***

Sudah lima belas menit sejak Ester sampai di kelasnya, ia terus diam saat kedua temannya mengajak Ester untuk berbicara.

Veron menghela napas, lalu berdecak. "Gini, nih, kalau lo ketemu sama doi pasti langsung diem."

Giliran Ester yang menghela napas, ia pun berkata, "Gue kepikiran aja, ngapain dia balik lagi, sih?"

"Ngapain lo pikirin, Ter, nggak usah dipikirin. Gak guna tau," ujar Clara dengan nada ketusnya.

Saat Ester, Clara, dan Veron tengah berbincang, tiba-tiba saja seseorang datang menghampiri mereka, dan tersenyum tipis ke arah salah satu dari ketiga gadis itu.

"Alcan," gumam Ester yang tidak percaya melihat Alcan datang ke kelasnya sambil melemparkan senyum tipis.

Alcan tidak banyak bicara, ia merogoh saku celana abu-abunya, dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Cowok bermata abu-abu itu pun menyerahkan sebuah permen lolipop ke arah Ester.

"Ini apa?" tanya Ester melirik permen yang dijulurkan Alcan, lalu kembali melirik ke arah Alcan.

"Lo tau ini apa," jawab Alcan. "Ambil." Dengan ragu, Ester pun mengambil permen yang diberikan Alcan.

Setelah Ester mengambil permen pemberiannya, Alcan pun membungkukkan badannya, lalu mendekatkan wajahnya ke samping wajah Ester. Ia pun berbisik, "Pagi-pagi jangan cemberut."

Setelah itu Alcan pun pergi dari kelas Ester, meninggalkan tatapan heran dari ketiga gadis remaja itu. Alcan sengaja memberikan permen lolipop itu kepada Ester, karena tadi dirinya tidak sengaja melihat Ester yang agak murung, jadilah Alcan rela ke kantin pagi-pagi hanya untuk membeli permen lolipop itu untuk Ester, agar cewek itu bisa tersenyum lagi.

"Oh my God ... itu tadi Alcan?" tanya Clara masih menganga tidak percaya, "Kok ... tumben senyum," lanjutnya.

"Ngapain dia ngasih permen ke lo, Ter?" tanya Veron yang sudah mengubah ekspresinya menjadi biasa lagi.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang