Dua Puluh Tiga

3.8K 205 5
                                    

***

Setelah izin selama tiga hari dengan alasan sakit, akhirnya hari ini Alcan bisa masuk sekolah lagi.

Dengan seragam yang selalu rapi, begitu juga dengan tatanan rambutnya. Alcan segera keluar dari kamarnya, lalu menuruni setiap anak tangga yang ada di rumahnya menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Alcan bisa melihat di sana, kedua orang tuanya serta Alvan sudah duduk di tempat masing-masing.

"Selamat pagi, good morning my brader! he-he," sapa Alvan sambil cengengesan, begitu Alcan sudah duduk di sampingnya.

Alvan selalu menampilkan wajah cerianya terhadap semua orang setiap hari. Mungkin cowok itu bahkan tidak pernah menampilkan wajah datar, ataupun marah. Berbeda dengan Alcan yang selalu menunjukkan ekspresi datar.

"Juga," jawab Alcan singkat, sementara Alvan malah mendengus mendengar jawaban Alcan yang sangat singkat itu.

"Mau sarapan apa, Sayang?" tanya Indah sambil menunjukan beberapa menu untuk sarapan yang ada di meja makan.

"Minum susu aja," jawab Alcan.

"Loh, nggak mau roti atau nasi goreng?"

Alcan hanya menggeleng. Entah kenapa hari ini rasanya Alcan sangat malas untuk memakan sesuatu. Mungkin efek baru sembuh dari sakit.

"Alcan baru sembuh. Makan dulu, nanti di sekolah pingsan lagi," ucap Andra penuh perhatian. Sementara Alcan tetap menggeleng, dan keukeuh nggak mau sarapan.

"Ya udah, terserah. Bawa bekal aja, mau ya?" tanya Indah yang lagi-lagi dijawab gelengan oleh Alcan.

Indah menghela napas. Putranya yang satu ini selain irit bicara, sangat keras kepala juga ternyata. "Ya udah, gini aja. Nanti istirahat di sekolah beli makan  ya."

Alcan mengangguk, lalu setelah menghabiskan susu rasa vanilanya, Alcan bangkit dari duduknya. "Alcan berangkat dulu," ujarnya. Setelah berpamitan kepada kedua orangtuanya serta Alvan, Alcan pun segera berangkat ke sekolah menggunakan motor putihnya yang sudah beberapa hari kebelakang ini selalu dipakainya ke sekolah.

***

Ester berjalan memasuki halaman sekolah sambil memasang senyum yang begitu manis. Rasanya hari ini Ester sangat senang. Entah apa yang membuat Ester bisa sesenang ini.

"Ciieee... Senyum-senyum sendiri. Kenapa tuh?"

Clara yang baru datang langsung merangkul Ester dari belakang, dan langsung menggoda gadis dengan rambut yang diikat menjadi satu itu.

Eser mendelik ke arah sahabatnya itu. "Emang salah kalau gue senyum?"

"Nggak sih. Tapi, tumbenan aja senyum lo manis gitu. Biasanya kan senyum lo, pahit."

"Sialan!"

Clara malah terbahak mendengar umpatan yang keluar dari mulut Ester. Jarang-jarang  Ester mengumpat seperti itu. Ester kan terkenal anak yang baik.

Suara deruman motor yang memasuki halaman sekolah, mengalihkan perhatian siswa-siswi yang sedang berjalan memasuki halaman sekolah. Begitu juga dengan Ester dan Clara.

Motor putih itu berhenti tepat di bawah pohon. Sepertinya sang pemilik motor sangat pintar dalam memilih lahan parkir untuk motornya. Karena jika motornya itu di parkirkan di bawah pohon, pasti motornya tidak akan kepanasan. Motor juga butuh kesejukan dan keteduhan.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang