Dua Puluh Enam

3.3K 203 0
                                    

***

Alcan membuka matanya perlahan. Ruangan berwarna putih menjadi pemandangan yang pertama kali Alcan lihat saat membuka matanya.

"Sshh ...."

Alcan meringis merasakan pening di bagian kepalanya. Memorinya kembali mengingat sebelum dirinya terbaring di ranjang UKS.

"Alcan, lo udah sadar?"

Alcan langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar suara seorang cewek yang berada tepat di sampingnya.

"Masih pusing?" tanya Ester lagi yang hanya dijawab anggukan oleh Alcan.

"Siapa yang bawa gue ke sini?" tanya Alcan sambil mendudukkan dirinya.

Dengan sigap Ester langsung membantu Alcan untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang UKS. "Bobby, Reno, sama Denilah. Ya kali gue yang bawa lo."

Alcan sedikit terkekeh mendengar lelucon yang Ester lontarkan, meskipun lelucon itu tidak terlalu lucu. Dan entah kenapa Ester sangat senang melihat Alcan yang terkekeh seperti tadi. Meskipun hanya sebentar.

"Jam berapa?" tanya Alcan lagi.

Ester bergumam sejenak sambil melirik jam tangan yang digunakan di tangan sebelah kanannya. "Jam tiga."

Pukul tiga, itu artinya bel pulang seharusnya sudah berbunyi. Tapi, yang buat Alcan kaget adalah ia terlalu lama pingsan. Alcan ingat kejadian saat dirinya terkena bola tepat di bagian muka itu setengah jam yang lalu. Berarti sudah hampir 30 menit Alcan pingsan.

"Selama itu gue pingsan?" gumam Alcan kepada dirinya sendiri, tapi Ester masih bisa mendengarnya.

"Iya. Kayaknya lo bukan pingsan deh."

"Terus?"

"Lo ngebo kali. He-he ...."

Lagi-lagi Alcan terkekeh mendengar lelucon Ester. Entah kenapa saat Alcan bersama Ester rasanya sangat mudah tertawa. Waktu Alvan membuat lelucon yang lumayan lucu, Alcan tidak tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum sedikitpun tidak. Tapi, jika Ester yang membuat lelucon tidak terlalu lucu bisa dengan mudah membuatnya tertawa.

Teringat sesuatu lagi, Alcan kembali bertanya, "Selama itu juga, lo di sini?"

Ester mengangguk. "Iya, lagian di kelas gue tadi nggak ada guru. Jadi, gue tungguin lo aja di sini."

Mendengar jawaban Ester, entah kenapa lagi membuat Alcan merasa senang. Alcan merasa Ester sangat peduli padanya, sampai mau menungguinya yang sedang pingsan di UKS.

"Thanks, ya."

Ester menautkan kedua alisnya. "Makasih, buat?"

"Lo udah mau nungguin gue di sini," jawab Alcan dengan sedikit senyuman di wajah tampannya.

Ester membalas senyuman Alcan, lalu mengangguk. "Sama-sama."

Setelah itu tiba-tiba saja pintu UKS terbuka lebar, menampakkan siapa yang membuka pintu. Bobby, Reno, dan Deni masuk bersamaan ke dalam UKS.

"Lo udah sadar, Bro?" tanya Bobby sambil membawa tas ransel hitam milik Alcan.

Alcan tidak menjawab pertanyaan Bobby, karena menurutnya pertanyaan Bobby barusan hanya pertanyaan basa-basi yang tak perlu dijawab. Sudah tahu dan terlihat di depan mata kalau Alcan sudah bangun dan duduk dengan manisnya di atas ranjang UKS, Bobby malah bertanya 'udah sadar?' sangat lucu.

"Udah bel, 'kan? Gue mau balik."

Baru saja Alcan ingin turun dari ranjang UKS, Bobby sudah mencegahnya. "Lo mau balik bawa motor sendiri?" tanya Bobby yang langsung dijawab anggukan oleh Alcan.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang