Mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Dua orang yang berada di dalamnya hanya saling diam, tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Alcan yang sedari tadi menatap ke luar jendela mobil, dengan pikiran yang entah ke mana. Sementara Baron, pria berbadan besar itu fokus menyetir sambil sesekali menghela napasnya.
Setelah menempuh perjalanan dengan waktu tempuh kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Alcan bersama dengan Baron sampai di sebuah rumah sederhana. Alcan keluar dari dalam mobil, ia pun menatap sekelilingnya.
Rumah itu dikelilingi oleh pepohonan, dan letaknya sangat jauh dari keramaian. Berbeda dengan rumah yang Alcan tempati, rumah ini hanya menggunakan pagar yang terbuat dari kayu, catnya pun sudah memudar, bahkan pintu dan jendela yang terbuat dari kayu itu sudah mulai keropos.
"Ayo," ucap Baron sambil menepuk bahu Alcan, lalu berjalan masuk ke dalam area rumah itu. Alcan terdiam sejenak sebelum mengikuti langkah Baron.
Tok ... tok ... tok
Baron mengetuk pintu yang sudah agak usang itu. Tak lama, seseorang membukakan pintu.
Seorang wanita menggunakan kaus berwarna merah muda dan rok sebatas betis itu pun muncul di ambang pintu. Tatapan wanita itu awalnya ke arah Baron, tapi detik selanjutnya ia melirik ke arah seseorang yang berada di belakang Baron. Baik wanita itu ataupun Alcan sama-sama terkejut saat mereka beradu tatap.
"Alcan ...," gumam Aura dengan lirih.
Baron bergeser sedikit agar Aura bebas untuk menatap Alcan. Sementara Alcan, remaja laki-laki itu masih menampakkan wajah bingungnya dan terkejut. Terkejut dan bingung karena wanita itu adalah wanita yang pernah ia temui di depan rumah, wanita itu yang menanyakan alamat kepadanya.
Dengan tidak sabar, Aura langsung memeluk Alcan dengan erat. Rasa rindu yang begitu besar kini sudah terbalaskan.
"Ta-tante, siapa?"
***
"APA?!" Andra menggebrak meja di hadapannya dengan sangat keras. Mendengar bahwa Alcan sudah dibawa oleh seseorang membuatnya sangat terkejut.
"Maaf, Tuan," ucap orang suruhan Andra untuk menjaga Alcan.
"Kalian ini bagaimana, sih? Saya sudah memercayakan kalian untuk menjaga Alcan, tapi ... Aarrggh!"
Suasana di dalam ruang kerja Andra sangat mencekam. Dua orang bodyguard untuk menjaga Alcan itu juga wajahnya sudah pucat pasi, apalagi saat melihat atasan mereka marah seperti saat ini.
"Kami minta maaf, Tuan, tadi saat mas Alcan keluar dari sekolah kami tidak bisa mengejarnya karena mas Alcan membawa kendaraannya sangat cepat, jadi kam-"
"Cukup!" Andra mengangkat sebelah tangannya, meminta agar orang suruhannya itu berhenti berbicara. "Sekarang, lebih baik kalian cari Alcan."
"Baik, Tuan." Tanpa membantah dua bodyguard itu melangkah pergi.
Andra mengehela napasnya dengan kasar, tidak menyangka hal ini akan terjadi. Pria yang umurnya sudah menginjak kepala lima itu memijat pangkal hidungnya, berharap rasa pusing itu akan hilang.
"Siapa yang bawa Alcan ...?" gumam Andra.
***
Alcan menatap wanita di depannya itu dengan pandangan menyelidik. Berbeda dengan Aura, ia menatap Alcan dengan tatapan kerinduan yang sangat kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...