Dua Puluh Delapan

3.7K 192 5
                                    

***

Alcan duduk di ruang tamu rumah Ester. Tadi, saat mereka bertemu di taman, dan jalan-jalan sebentar, Alcan langsung mengantarkan Ester pulang. Tapi, nahas saat di tengah-tengah perjalanan, hujan lebat turun. Jadilah Alcan dan Ester basah kuyup.

"Nih, Al. Lo pake baju Kakak gue aja. Pasti cukup, kok. Badan kalian hampir sama," ucap Ester sambil menyerahkan sepasang pakaian dan handuk kecil.

Alcan menerima pakaian dan handuk pemberian Ester. "Kamar mandi di mana?"

"Ayo gue anter."

Alcan bangkit berdiri, lalu berjalan mengikuti Ester yang ada di depannya.

"Nih kamar mandinya," ucap Ester sambil membukakan pintu kamar mandi itu. "Silakan masuk," lanjutnya sambil membungkuk layaknya pelayan kepada tuannya. Sementara Alcan terkekeh kecil sebelum masuk ke kamar mandi.

Setelah Alcan masuk, Ester segera beranjak ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk Alcan.

"Ada siapa di kamar mandi?" tanya suara seseorang yang tiba-tiba muncul.

"Ngagetin lo, Kak," ucap Ester lalu kembali menyibukkan diri dengan dua gelas yang ada di depannya.

"Lo bikin minuman buat siapa, sih?" tanya Evan.

"Buat temen gue," jawab Ester tanpa mengalihkan perhatiannya.

Evan hanya bergmam  lalu duduk di bangku meja makan.

Pintu kamar mandi pun terbuka, memperlihatkan Alcan yang baru saja berganti pakaian. Begitu keluar dari kamar mandi, Alcan sedikit terkejut ketika melihat ada seorang cowok yang sedang duduk di sebelah Ester.

"Eh, Al. Lo udah ganti bajunya? Sini deh, gue bikinin lo teh anget, biar lo nggak masuk angin," ujar Ester ketika melihat Alcan yang baru keluar dari kamar mandi.

Alcan berjalan menuju meja makan dengan langkahnya yang ragu. Ragu dan canggung, karena cowok yang berada di sebelah Ester itu menatapnya dengan tajam.

"Duduk, Al!" perintah Ester yang melihat Alcan hanya berdiri di samping meja makan.

Alcan mengangguk, lalu duduk di bangku meja makan, berseberangan dengan Evan.

Sementara Evan masih saja menatap Alcan dengan tatapan menyelidik. "Lo siapa?" tanya Evan. "Maksud gue, siapanya Adek gue?" lanjutnya.

"Temen," jawab Alcan dengan datar. Meskipun dalam hati juga Alcan deg-degan ditatap seperti itu oleh Evan. Tapi, Alcan tetaplah Alcan. Si cowok datar dan cuek.

"Set dah! Datar amat lo jawab," ucap Evan dengan nada yang sedikit bergurau, membuat Alcan menautkan kedua alisnya bingung.

'Tadi serius, sekarang kok kayak bercanda gitu?' batin Alcan.

Evan terkekeh melihat wajah Alcan yang kebingungan. "Lo santai aja. Ngeliat gue kayak yang ngeliat apa aja," ucap Evan. "Nama lo siapa?" lanjutnya bertanya.

"Alcan," jawab Alcan singkat.

Evan mengangguk sambil meminum teh buatan Ester. Sementara Ester sudah memandangi kakaknya itu dengan tatapan membunuh.

"Kenapa?" tanya Evan polos saat Ester memandangnya.

"Itu tehnya buat Alcan. Bukan buat lo!" jawab Ester nyolot.

Evan menautkan kedua alisnya bingung. "Lah! Lo kan bikin dua, Dek. Jadi, yang satu buat gue."

"Enak aja lo! Itu satunya buat gue!" balas Ester masih dengan nada nyolotnya.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang