Dua Puluh Lima

3.7K 210 5
                                    

***

Alcan mengusap wajahnya. Ia masih memikirkan tentang pembicaraan antara mama dan kakaknya kemarin. Indah sang mama, memang sudah menjelaskan kepada Alcan. Tapi, Alcan masih setengah percaya akan penjelasan mamanya itu.

Lamunan Alcan buyar saat tiba-tiba suara seseorang menyadarkannya dari lamunan, disertai dengan gedoran pintu yang cukup keras.

"Alcan! Buruan lo keluar dari kamar. Kita sarapan bareng. Lo jangan kayak anak perawan galau deh, diem mulu di kamar. Alcaaann!!"

Alcan tidak perlu bertanya suara siapa itu. Alcan tahu seseorang yang ada dibalik pintu kamarnya. Alvan, cowok yang berstatus sebagai kakak Alcan itu semakin hari semakin menyebalkan-menurut Alcan, karena Alvan selalu melakukan hal yang aneh-aneh jika sedang berhadapan dengan dirinya. Terkadang Alvan bersikap manja terhadap Alcan. Alcan jadi berpikir sebenarnya siapa kakaknya di sini? Dia atau Alvan?

"ALCANDER AILEEN WOY! BURUAN!!"

Alcan berdecak ketika suara menyebalkan itu kembali terdengar. Setelah itu Alcan segera meraih tas ransel yang berada di atas meja belajarnya, lalu berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

Setelah Alcan membuka pintu kamarnya, terpampanglah seorang cowok yang tingginya hampir sama dengan tinggi Alcan. Dengan gaya casualnya,  Alvan berdiri di depan pintu kamar Alcan. Wajahnya terlihat seperti sedang ngambek. Alvan memang sedang ngambek karena Alcan yang lama membukakan pintunya.

Sementara Alcan bukannya merasa bersalah karena telah membuat Alvan menunggu, cowok itu malah memasang wajah datarnya.

"Nggak usah teriak," ujarnya datar sambil melongos begitu saja.

Alvan melongo melihat Alcan barusan. "Harusnya gue yang marah. Kenapa jadi dia?" tanya Alvan pada dirinya sendiri.

***

Bobby masuk ke dalam sebuah kelas. Mencari seseorang. Setelah melihat orang yang dicarinya, segera Bobby menghampiri orang itu.

Terlihat Alcan yang sedang berkutat dengan buku-buku berisi rumus yang Bobby terkadang sulit untuk memahaminya. Semenjak masuk kelas tadi, Alcan memang langsung disibukkan oleh buku-buku itu, karena hari ini kelas Alcan akan mengadakan ulangan matematika.

"Rajin amat lo, Bro," ujar Bobby setelah dirinya duduk di bangku samping Alcan. Bangku itu selalu kosong, karena Alcan lebih memilih untuk duduk sendiri.

Alcan hanya melirik sebentar ke arah Bobby, setelah itu cowok yang  menggunakan kacamata,  kembali fokus pada bukunya.

Bobby berdecak melihat Alcan yang mengacuhkannya.

"Emang hari ini kelas lo ada ulangan?" tanya Bobby berharap mendapat respon dari Alcan.

Harapan Bobby terkabul, karena Alcan merespons pertanyaannya. Meskipun hanya direspon dengan anggukan saja.

Baru saja Bobby mau mengeluarkan suaranya lagi. Suara seseorang yang tiba-tiba masuk ke kelas Alcan, membuat Bobby kembali mengatupkan mulutnya.

"Kabar gembira, guys.  Hari ini kagak jadi ulangan matematika!! Gurunya nggak masuk, dan katanya soalnya belum dibikin!" seru orang itu, yang Bobby ketahui sebagai ketua kelas di kelas Alcan.

Seluruh siswa-siswi di kelas Alcan bersorak senang, kecuali Alcan. Cowok itu malah mengerenyit tidak suka, karena merasa aneh dengan gurunya.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang