***
Ester berjalan sangat cepat. Dia harus buru-buru bertemu dengan Reno, dan menanyakan apa maksud Reno memukuli Alcan tadi pagi.
"Ester, pelan-pelan kali." Veron dan Clara terus menggerutu, mengikuti langkah Ester yang hampir setengah berlari itu.
"Diem!"
Veron maupun Clara tidak lagi berbicara saat Ester berkata dengan raut wajah yang kesal. Mereka berdua tidak mau kena imbasnya jika Ester sudah marah seperti itu.
"Itu Reno," desis Ester. Wajahnya semakin merah menahan amarah. Dia sudah sangat kesal dengan Reno, cowok itu selalu berbuat semaunya. Sifatnya itu yang membuat Ester selalu menolak Reno, jika tampan tidak usah diragukan lagi Reno memang tampan. Tapi ya itu, sifatnya itu yang tidak disukai Ester.
'Braak ....'
Reno dan teman-temannya yang sedang tertawa tadi, seketika diam dengan tampilan wajah terkejut. Ester datang tiba-tiba langsung menggebrak meja yang digunakan Reno dan kawan-kawan.
"Ester, kenapa?" Meskipun terkejut, tapi Reno begitu antusias melihat Ester yang menghampirinya seperti saat ini, meskipun harus menggebrak meja.
"Gue mau ngomong sama lo." Ester menahan suaranya agar tidak berteriak. Melihat wajah Reno yang sok polos membuat emosi Ester semakin memuncak.
"Okey ... okey." Reno bangkit berdiri setelah menghabiskan minumannya. "Bro, gue mau ngomong dulu, ya sama cewek gue," lanjutnya berpamitan kepada teman-temannya.
"Yuk, Yang," ujar Reno langsung merangkul Ester, tapi Ester segera menepisnya. Dia tidak suka dirangkul-rangkul seperti itu. Sementara Reno hanya menghela napasnya pasrah.
"Weyy ... tungguin." Clara langsung menarik lengan Veron untuk mengikuti langkah Ester dan Reno.
"Lo berdua tunggu sini aja!" titah Ester yang langsung diangguki oleh keduanya.
***
Alcan terus memegangi luka di daerah wajahnya, setiap pukulan Reno tadi masih sangat terasa, karena Reno memukulinya sangat keras.
"Nih." Alcan mendongakan kepalanya saat tiba-tiba ada seseorang yang menjulurkan bongkahan es batu yang terbungkus plastik.
Alcan mengangkat sebelah alisnya bingung, ternyata Bobby yang menjulurkan es batu itu.
"Lo tempelin ini di luka lo yang lebam. Lumayanlah buat ngurangin bengkaknya," ucap Bobby menjelaskan kenapa dirinya memberi Alcan es batu.
"Thanks," gumam Alcan memberikan sedikit senyum kepada Bobby.
Bobby mengangguk, lalu duduk di samping Alcan. "Sori ya, tadi gue telat, lo jadi bonyok kayak gini deh." ada raut penyesalan saat Bobby berbicara seperti itu.
Alcan menatap Bobby dengan kedua alis yang bertaut. Dia bingung kenapa Bobby yang meminta maaf.
"Reno kan temen gue, jadi gue ngerasa gak enak aja sama lo. Maafin Reno ya, dia emang kayak gitu," jelas Bobby mengerti dengan tatapan bingung Alcan tadi.
Alcan menggeleng, tidak setuju dengan perkataan Bobby barusan. "Lo gak salah, mungkin Reno emang lagi emosi aja."
Bobby mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah lengkungan kecil.
***
"Kenapa sih, tadi pagi lo tiba-tiba mukulin Alcan gitu aja?" Ester bersendikep dada, menatap Reno yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcander (End)
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Alcander, seorang remaja laki-laki yang sempat berpenampilan culun, membuat hampir semua teman satu sekolahnya mencibir dirinya, tapi Alcander tidak pernah mempedulikan itu. Alcander, seorang remaja laki-laki yang selal...