Dua Puluh Tujuh

3.5K 198 3
                                    

***

Alcan menuruni setiap anak tangga yang ada di rumahnya. Hari ini adalah hari Sabtu malam, lebih tepatnya ini adalah malam Minggu. Alcan merasa gabut berada di rumah, jadi rencananya cowok itu akan pergi keluar.

Saat Alcan berjalan melewati ruang keluarga, langkahnya terhenti begitu melihat kedua orang tuanya berada di ruang keluarga sedang nonton televisi. Dengan Andra yang merangkul Indah.

Sebuah semyuman tipis terukir di wajah Alcan. Dia sangat bersyukur, karena sekarang orang tuanya bisa membagi waktu antara waktu di rumah dan waktu di kantor mereka. Yang paling penting, kedua orang tuanya sekarang sangat peduli padanya.

"Ma, Pa," ucap Alcan membuat sepasang orang tua itu mengalihkan perhatiannya dari televisi ke arah Alcan.

"Loh, Alcan? Kamu mau kemana? Kok udah rapi gitu," tanya Indah menyadari penampilan Alcan yang sepertinya hendak pergi.

"Alcan izin keluar sebentar," jawab Alcan sambil berjalan menghampiri kedua orang tuanya.

"Ke mana?" tanya Andra.

"Jalan-jalan aja."

"Emangnya kamu udah nggak kenapa-kenapa? Itu hidung masih bengkak gitu, kok," ucap Indah sedikit meringis melihat hidung Alcan yang membengkak akibat terkena bola basket kemarin.

Alcan menggeleng. "Udah nggak sakit."

"Ya sudah. Tapi, jangan pulang terlalu malam, ya," ucap Andra mengingatkan.

Alcan mengangguk, lalu menyalami kedua orang tuanya. "Iya."

Setelah itu Alcan segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama rumah untuk segera keluar dari rumah. Tapi, langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Indah.

"Hati-hati, Sayang! Inget jangan terlalu malem pulangnya."

Alcan berbalik, lalu tersenyum ke arah Indah dan Andra yang juga sedang menatapnya.

***

Malam Minggu kali ini begitu sangat membosankan bagi Ester. Sama saja dengan malam-malam sebelumnya. Rasanya sangat hampa meskipun tempat yang Ester datangi kali ini cukup ramai.


Banyak pasangan muda-mudi yang ada di taman itu. Melihat mereka membuat Ester teringat dengan ... dia. Entah kenapa sulit sekali bagi Ester untuk melupakannya. Masa lalu yang sekarang masih ada di otak dan hatinya.

'Aku janji, nggak akan ninggalin kamu.'

Bullshit.

Ester sudah tidak percaya lagi dengan janji-janjinya dulu. Karena semua janjinya hanya omdo alias omong doang, tanpa ada pembuktian.

Mengingat itu rasanya Ester ingin menangis. Bukan lagi 'ingin' karena sekarang Ester memang sudah menangis.

Beruntung Ester duduk di bangku yang agak jauh dari keramaian. Mungkin jika Ester duduk di dekat keramaian itu, dirinya akan malu, karena tiba-tiba saja menangis.

"Ester?"

Mendengar suara seseorang yang memanggilnya, lantas Ester langsung mengelap air mata yang jatuh ke pipinya dengan kasar. Ester kira tidak akan ada yang melihat bahkan mengenalinya di sini. Ternyata ada seseorang yang mengenalinya.

Saat Ester membalikkan badannya, betapa terkejutnya Ester saat melihat Alcan sudah berdiri tepat di belakangnya.

Ester refleks langsung berdiri. "Alcan? Lo ngapain di sini?"

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang