Tiga Puluh Enam

2.2K 131 2
                                    

Alcan terus menggiring bola berwarna oranye itu dengan cara dipantulkan. Setelah dekat dengan ring, Alcan langsung menembakkan bola itu, dan ... masuk. Tembakan Alcan sangat tepat, cowok itu sangat jago memasukkan bola basket dari area three point.

"Alcan!"

Alcan menoleh saat suara seseorang yang sangat dikenalnya, memanggilnya.

Dengan senyuman manisnya, Ester berjalan dengan sedikit berlari menghampiri Alcan. Sebuah kotak makan berwarna biru muda berada di tangan Ester.

"Hai, Alcan!" sapa Ester dengan ceria.

"Hai," balas Alcan sambil tersenyum tipis.

"Gue punya sesuatu, nih, buat lo," ujar Ester, lalu menarik tangan Alcan ke pinggir lapangan. Mereka pun duduk di area tribun untuk penonton.

Ester mulai membuka kotak makan yang dibawanya tadi. Setelah dibuka, terlihatlah dua buah roti isi yang berisikan aneka sayuran dan daging cincang, sungguh roti isi itu sangat menggugah selera.

"Nih ... buat lo," ucap Ester sambil menjulurkan kotak makannya ke arah Alcan.

"Gue?" tanya Alcan agak ragu, yang dibalas anggukan semangat oleh Ester. Senyum manis di wajah Ester terus mengembang.

"Gue ambil satu, ya," ucap Alcan, lalu mengambil salah satu roti isi itu, dan satunya lagi diambil oleh Ester.

"Enak nggak?" tanya Ester setalah Alcan memakan roti isi itu. Sebenarnya Alcan kurang suka dengan sayuran, tapi demi menghargai Ester, ia pun mengangguk.

Ester semakin tersenyum, lalu memakan roti isi bagiannya. Pandangan Ester melihat ke sekeliling lapangan indoor ini, di sini sangat sepi hanya ada dirinya dan Alcan. Siswa-siswi yang lain lebih suka menghabiskan waktu istirahat mereka di lapangan outdoor dan kantin. Sementara Alcan, cowok itu sedari tadi terus memeperhatikan Ester dari samping, dengan senyuman tipis terbit di wajahnya.

"Lo cantik," gumam Alcan.

Refleks Ester langsung menengok ke arah Alcan. "Hah?"

"Kalau gue nembak lo ... gimana?" tanya Alcan terus menatap Ester.

Ester bingung dengan pertanyaan Alcan tadi, cewek itu pun terkekeh garing. "Mabok lo, Al, masa gue mau ditembak, mati dong."

Alcan semakin menatap Ester dengan dalam, tatapannya itu tepat ke dalam bola mata Ester yang berwarna cokelat.

"Gue serius, Ester," gumam Alcan lagi semakin mengecilkan volume suaranya.

Dengan gugup Ester mengalihkan perhatiannya, lalu ia berdiri. "Bentar lagi bel, gue masuk duluan ya, bye, Alcan."

Alcan kembali sendiri di lapangan itu. Cowok itu terus memperhatikan Ester yang sedang berjalan menuju ke pintu keluar lapangan tersebut. Setelah Ester menghilang dari pandangannya, Alcan berkata, "Aku suka sama kamu."

***

Alcan baru saja ingin memakai helmnya, tapi seseorang tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya. Alcan menoleh ke samping kiri, dan melihat seorang pria bertubuh besar sudah ada di sampingnya.

"Lo Alcan, 'kan?" tanya pria itu dengan wajah sangarnya membuat Alcan sedikit takut, tapi Alcan tetap memasang raut wajah datarnya. Alcan hanya mengangguk untuk membalas pertanyaan pria itu.

"Lo harus ikut gue," ucap pria itu sedikit menggeram dan masih memegang pergelangan tangan Alcan.

"Siapa?" tanya Alcan dengan kedua alis yang bertaut.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang