Tiga Puluh

4.1K 196 5
                                    

***

Ester jadi pendiam sejak kemarin, entah apa yang membuat cewek itu jadi diam seperti saat ini.

"Lo kenapa sih, Ter?" tanya Clara untuk yang kesekian kalinya. Tapi, belum juga ada jawaban dari Ester.

"Nggak apa-apa," ucap Ester juga untuk yang kesekian kalinya.

Clara dan Veron jadi bingung sendiri melihat Ester yang diam seperti itu.

"Ada apa sih sama Ester, Ver?" tanya Clara sedikit berbisik pada Veron.

"Gue juga kagak tau. Lo malah nanya gue," jawab Veron.

"Kita boleh kan, duduk di sini?"

Suara seseorang membuat Clara dan Veron menengok ke arah Sumber suara. Sementara Ester masih diam dengan dunianya sendiri.

"Boleh."

"Nggak!"

Ucapan Clara dan Veron hampir bersamaan. Keempat cowok yang berdiri di samping meja mereka jadi bingung.

"Mana yang bener, nih?" tanya Deni dengan muka konyolnya.

"Nggak boleh!" jawab Veron agak sedikit nyolot.

"Pelit banget lo, bilang nggak boleh segala. Emang ini bangku punya Nenek moyang, lo?! Liat noh, kantin penuh!" balas Bobby dengan nyolot juga.

"Ya suka-suka gue lah!"

Alcan berdecak, mendengar Bobby dan Veron yang malah adu mulut. Padahal Alcan sudah sangat lapar, ingin cepat-cepat makan. Alcan langsung saja duduk di sebelah Ester yang masih belum menyadari kehadiran Alcan dan ketiga temannya-- Bobby, Reno, dan Deni. Padahal Alcan sudah duduk di sampingnya.

"Udah duduk aja, jangan dengerin Veron," ucap Clara memperbolehkan keempat cowok itu untuk duduk bergabung.

Deni langsung tersenyum dan langsung duduk di bangku yang masih kosong, begitu juga dengan Reno yang duduk di sebelah Deni. Veron berdcak kesal.

Jujur saja bukannya tidak memperbolehkan keempat cowok itu untuk duduk satu meja dengannya. Tapi, masalahnya di antara keempat cowok itu ada seorang cowok yang entah kenapa selalu bikin Veron naik darah. Cowok itu adalah Bobby. Mereka berdua selalu saja adu mulut kalau bertemu.

"Lo bertiga mau makan apa? Biar gue yang pesenin," tanya Deni yang kembali berdiri dari duduknya.

"Seperti biasa," jawab Reno yang fokus pada ponselnya.

"Can, Bob, mau makan apa?"

"Samain aja," jawab Bobby. Sementara Alcan hanya mengangguk saat Deni menatapnya dengan tatapan bertanya. Setelah itu, Deni segera beranjak dari tempatnya untuk memesan makanan.

"Kenapa?"

Suara berat seseorang tadi memasuki indera pendengaran Ester, membuat cewek itu kembali ke dunia nyata.

"Alcan? Sejak kapan lo di sini?" tanya Ester baru menyadari jika Alcan duduk di sampingnya.

"Tuh kan, Ter. Lo tuh kenapa, sih? Masa Alcan duduk di sebelah lo ... lo gak nyadar?" ucap Clara.

Ester mengusap tengkuknya. Merasa tidak enak karena ia tidak tahu saat Alcan dan ketiga temannya datang. "Gue nggak apa-apa kok."

"Nggak apa-apa gimana? Lo bengong mulu gitu kok," ucap Veron.

"Bener gue nggak apa-apa. Suer," balas Ester sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sehingga membentuk huruf 'V'.

Alcan hanya menatap Ester dari samping dengan tatapannya yang bingung. Alcan ingin tahu apa yang sedang Ester pikirkan. Tapi, Alcan juga tidak mau bertanya, nanti dikiranya Alcan terlalu kepo dengan urusan orang.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang