Dua Puluh Empat

3.7K 207 2
                                    

***

Alcan memberhentikan motor putihnya bersisian dengan motor-motor yang lain. Setelah Alcan mematikan mesin motornya, Ester yang berada diboncengan Alcan langsung turun.

"Lo ngomong kek kalau lo laper. Bikin gue nethink aja," ucap Ester begitu dirinya sudah turun dari motor Alcan sambil merapikan rambutnya yang tidak diikat. "Gue kira lo mau nyulik gue."

"Ayo!"

Alcan tidak menghiraukan gerutuan Ester. Cowok itu langsung mengajak Ester memasuki kafe yang rata-rata di datangi oleh remaja seumuran mereka.

Ester memajukan bibirnya sambil terus menggerutu kesal, saat Alcan berjalan begitu saja meninggalkannya.

"Buruan masuk!" seru Alcan yang sudah berdiri tepat di depan pintu masuk kafe tersebut. Ester menghentakkan kakinya sebelum berjalan menghampiri Alcan.

***

Bobby berjalan sambil mendengarkan lagu menggunakan earphone yang menyumbat kedua telinganya. Saat akan berbelok di belokan koridor, tak sengaja Bobby bertabrakan dengan seseorang yang sedang membawa setumpukkan buku.

Veron menatap setumpukkan buku catatan milik murid-murid di kelasnya dengan tatapan melongo. Lalu Veron mendongak untuk melihat siapa orang yang menabraknya tadi.

Dengan tatapan tanpa dosanya, Bobby menatap Veron dengan satu alis terangkat. Earphone putih miliknya sudah terlepas satu dari salah satu telinganya, karena tadi Bobby sempat kaget saat dirinya bertubrukan dengan seseorang. Jadi, refleks Bobby melepaskan salah satu earphonenya.

"Lo jalan pake mata, dong!"

"Jalan pake kaki, bukan pake mata."

Veron menggeram. Moodnya hari ini sangat buruk. Tadi, dia di hukum oleh guru kimia karena lupa mengerjakan tugas. Sampai akhirnya Veron mendapatkan hukuman membersihkan meja guru kimia itu yang berantakan. Dan berakhir dengan dirinya yang disuruh membawa setumpukkan buku milik teman-teman sekelasnya. Sekarang mood Veron semakin buruk saat Bobby menabraknya, sampai buku-buku yang dibawanya berserakan.

"Beresin bukunya!" titah Veron menujuk buku-buku yang berserakan di lantai. Setelah itu kedua tangannya dilipat di depan dadanya.

Bobby mengerut tidak setuju saat Veron menyuruhnya untuk membereskan buku-buku itu. "Ogah! Lagian bukan salah gue. Lo aja yang jalannya nggak bener."

Veron membulatkan kedua matanya sambil berkacak pinggang. Berharap ekspresinya itu mampu membuat Bobby takut, dan akhirnya cowok itu mau membereskan buku-buku yang berserakan itu.

Namun, harapan Veron tidak berjalan karena Bobby yang menggidikan bahunya cuek sambil berlalu pergi. Tidak peduli dengan Veron yang semakin marah. Dan Bobby tidak takut sama sekali dengan ekspresi yang ditunjukkan Veron tadi. Bukannya seram, cewek itu malah terlihat lucu. Sambil menaiki motornya Bobby tersenyum kecil mengingat ekspresi Veron tadi.

Sementara Veron mengumpat dengan kesal. "Dasar cowok nggak beertanggung jawab! Awas lo!"

Veron kembali berjalan menuju kelasnya untuk menaruh buku-buku dalam dekapannya. Ini sudah sore dan Veron ingin cepat-cepat sampai rumah dan beristirahat. Gara-gara dihukum Veron menjadi tidak bisa pulang cepat.

***

Ester sebenarnya risih ditatap terus oleh Alcan. Tapi, saking laparnya Ester tidak peduli dengan tatapan Alcan, cewek itu terus melahap makanannya.

Alcander (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang